Contoh Soal Sumpah Pemuda
Contoh Soal Sumpah Pemuda - Pada tahun 1915 berdirilah organisasi pemuda pertama bernama Tri Koro Darmo. Organisasi itu dipimpin oleh Satiman Wiryosanjoyo. Perkumpulan ini pada mulanya didirikan sebagai tempat berkumpulnya para pelajar yang merantau dari Jawa dan Madura. Tujuan utama perkumpulan Tri Koro Darmo adalah mempererat tali persaudaraan di antara pemuda pelajar dari Jawa dan Madura. Pada tahun 1918, nama Tri Koro Darmo diubah menjadi perkumpulan pemuda Jawa atau sering disebut Jong Java, sehingga keanggotaannya bisa terbuka bagi seluruh pemuda Jawa.
Munculnya Jong Java mendorong lahirnya organisasi-organisasi pemuda kedaerahan lainnya. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta, para pemuda Sumatera mendirikan Jong Sumatranen Bond dengan tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin. Tujuannya hampir sama dengan Jong Java, yakni mempererat hubungan dan persaudaraan antara pemuda pelajar dari Sumatera. Para pemuda dari berbagai daerah juga terdorong untuk mendirikan organisasi sejenis yang bersifat kedaerahan, seperti Jong Minahasa, Jong Celebes (Sulawesi), dan Jong Batak.
Selain itu juga terdapat organisasi-organisasi kepanduan yang sejak awal abad ke-20 dikenal sebagai Nederlands Padvinders Organisatie (NPO). Organisasi kepanduan ini pertama kali didirikan oleh John Smith, seorang Belanda. Atas usulan dari kepanduan Belanda, namanya diubah menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeneging. Setelah perubahan itu, barulah orang-orang pribumi (bumiputera) bisa masuk mengikuti kegiatannya.
Semakin maraknya organisasi kepanduan bumiputera yang muncul, ternyata semakin menyuburkan paham kebangsaan di tanah air. Keberadaan organisasi kepanduan ini kemudian dimanfaatkan oleh organisasi-organisasi kebangsaan untuk menyebarkan dan memperkuat kesadaran nasional di lingkungan para pemuda Indonesia. Walaupun organisasi-organisasi kepanduan itu memiliki asas yang berbeda, namun ada satu kesatuan yang mendasar, yaitu nasionalisme Indonesia.
Munculnya elit baru di kalangan kaum muda terpelajar, memunculkan pemahaman baru di kalangan mereka. Kalangan elit baru itu lebih cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara, dan wartawan. Munculnya elit baru itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda lantas semakin meluas untuk mencapai cita-cita persatuan. Maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926, diadakanlah rapat besar pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda I. Kongres itu diketahui oleh M. Tabrani.
Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dalam kongres itu. Soemarto misalnya, tampil sebagai pembicara dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Djaksodipoero berbicara tentang “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara tentang “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin berbicara tentang “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Masa Mendatang”.
Pada tanggal 20 Februari 1927, pertemuan dilanjutkan. Dalam pertemuan itu dibahas tentang fusi antar organisasi pemuda, tetapi hasilnya belum maksimal. Persoalan kedaerahan masih muncul. Pada saat itu pula Jong Java mulai kehilangan peran dominannya dalam gerakan pemuda. Peran itu kemudian diambil alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Perjuangan pemuda dari tahun 1926-1928 berjalan dengan cepat. Baik dari kalangan muda maupun kalangan tua memandang bahwa sudah waktunya untuk bersatu. Bahkan untuk merapatkan barisan di tanah Hindia, para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Di antara mereka adalah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische Clubgebouw.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu, kongres dihadiri sekitar 100 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres, dibicarakan tentang masalah-masalah pendidikan. Pembicara saat itu, antara lain, Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
Selain itu juga terdapat organisasi-organisasi kepanduan yang sejak awal abad ke-20 dikenal sebagai Nederlands Padvinders Organisatie (NPO). Organisasi kepanduan ini pertama kali didirikan oleh John Smith, seorang Belanda. Atas usulan dari kepanduan Belanda, namanya diubah menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeneging. Setelah perubahan itu, barulah orang-orang pribumi (bumiputera) bisa masuk mengikuti kegiatannya.
Semakin maraknya organisasi kepanduan bumiputera yang muncul, ternyata semakin menyuburkan paham kebangsaan di tanah air. Keberadaan organisasi kepanduan ini kemudian dimanfaatkan oleh organisasi-organisasi kebangsaan untuk menyebarkan dan memperkuat kesadaran nasional di lingkungan para pemuda Indonesia. Walaupun organisasi-organisasi kepanduan itu memiliki asas yang berbeda, namun ada satu kesatuan yang mendasar, yaitu nasionalisme Indonesia.
Munculnya elit baru di kalangan kaum muda terpelajar, memunculkan pemahaman baru di kalangan mereka. Kalangan elit baru itu lebih cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara, dan wartawan. Munculnya elit baru itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda lantas semakin meluas untuk mencapai cita-cita persatuan. Maka pada tanggal 30 April-2 Mei 1926, diadakanlah rapat besar pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda I. Kongres itu diketahui oleh M. Tabrani.
Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dalam kongres itu. Soemarto misalnya, tampil sebagai pembicara dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Djaksodipoero berbicara tentang “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara tentang “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin berbicara tentang “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Masa Mendatang”.
Pada tanggal 20 Februari 1927, pertemuan dilanjutkan. Dalam pertemuan itu dibahas tentang fusi antar organisasi pemuda, tetapi hasilnya belum maksimal. Persoalan kedaerahan masih muncul. Pada saat itu pula Jong Java mulai kehilangan peran dominannya dalam gerakan pemuda. Peran itu kemudian diambil alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Perjuangan pemuda dari tahun 1926-1928 berjalan dengan cepat. Baik dari kalangan muda maupun kalangan tua memandang bahwa sudah waktunya untuk bersatu. Bahkan untuk merapatkan barisan di tanah Hindia, para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Di antara mereka adalah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische Clubgebouw.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu, kongres dihadiri sekitar 100 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres, dibicarakan tentang masalah-masalah pendidikan. Pembicara saat itu, antara lain, Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
Bangkitnya Nasionalisme Modern
Sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru, Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai yang bersifat revolusioner ini sebelumnya bernama Klub Studi Umum. Soekarno memimpin PNI hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang. Soekarno juga turut serta memprakarsai berdirinya permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) pada 1927. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah, munculnya nasionalisme digerakkan pula oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.
Perlawanan terhadap kekuasaan kolonial pada masa pergerakan umumnya berbasis perkumpulan agama. Sementara itu, komunis merupakan target langsung dari pemerintah Belanda, namun Belanda tidak dapat mempertahankan kekuasaan mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu, semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialisme begitu kuat dalam benak pengikut-pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-desa atau bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama.
Sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru, Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai yang bersifat revolusioner ini sebelumnya bernama Klub Studi Umum. Soekarno memimpin PNI hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang. Soekarno juga turut serta memprakarsai berdirinya permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) pada 1927. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah, munculnya nasionalisme digerakkan pula oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.
Perlawanan terhadap kekuasaan kolonial pada masa pergerakan umumnya berbasis perkumpulan agama. Sementara itu, komunis merupakan target langsung dari pemerintah Belanda, namun Belanda tidak dapat mempertahankan kekuasaan mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu, semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialisme begitu kuat dalam benak pengikut-pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-desa atau bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama.
Pengaruh Sumpah Pemuda
Setelah adanya Kongres Pemuda II, pada mulanya, pemerintah Belanda tidak menanggapi secara serius. Mereka menganggap pertemuan para pemuda itu bukan suatu perkara yang mengancam. Bahkan, Van Der Plass, seorang pejabat kolonial untuk urusan negara jajahan, menganggap remeh kongres itu dan keputusan-keputusannya. Van Der Plass sendiri menertawakan keputusan kongres untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, mengingat bahwa sebagian pembicara dalam kongres itu justru menggunakan bahasa Belanda dan bahasa daerah. Soegondo Djojopuspito sendiri, meskipun didaulat sebagai pimpinan sidang dan berusaha mempergunakan bahasa Indonesia terlihat kesulitan berbahasa Indonesia dengan baik. Namun, apa yang diperkirakan oleh Van Der Plass ternyata meleset. Pada kenyataannya, Sumpah Pemuda berhasil membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan untuk mempersiapkan Indonesia merdeka.
Pengaruh Sumpah Pemuda terhadap organisasi pergerakan nasional sangat besar. Organisasi-organisasi politik yang lahir setelah Sumpah Pemuda, semuanya menggunakan kata “Indonesia” pada nama organisasinya, seperti Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) tahun 1931, dan Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935. Bahkan Partai Sarekat Islam, pada tahun 1929, berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dengan demikian partai ini lebih menunjukkan semangat kebangsaannya. Selain itu, Sumpah Pemuda juga mendorong diselenggarakannya Kongres Wanita I pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Tanggal 22 Desember kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Bagi organisasi pemuda sendiri, gerakan ke arah persatuan semakin giat diusahakan setelah Kongres Pemuda II. Oleh sebab itu, sejak Kongres Pemuda II, terus diusahakan mempersatukan organisasi-organisasi pemuda kedaerahan dalam sebuah wadah. Usaha ini berhasil pada tanggal 31 Desember 1930 dengan dibentuknya organisasi Indonesia Muda. Organisasi ini merupakan gabungan dari organisasi-organisasi pemuda yang dulu ikut melahirkan Sumpah Pemuda. Adapun tujuan Indonesia Muda adalah mempererat tali persatuan antara segenap pemuda Indonesia yang berbahasa, berbangsa, dan bertanah air satu, di Indonesia.
Setelah adanya Kongres Pemuda II, pada mulanya, pemerintah Belanda tidak menanggapi secara serius. Mereka menganggap pertemuan para pemuda itu bukan suatu perkara yang mengancam. Bahkan, Van Der Plass, seorang pejabat kolonial untuk urusan negara jajahan, menganggap remeh kongres itu dan keputusan-keputusannya. Van Der Plass sendiri menertawakan keputusan kongres untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, mengingat bahwa sebagian pembicara dalam kongres itu justru menggunakan bahasa Belanda dan bahasa daerah. Soegondo Djojopuspito sendiri, meskipun didaulat sebagai pimpinan sidang dan berusaha mempergunakan bahasa Indonesia terlihat kesulitan berbahasa Indonesia dengan baik. Namun, apa yang diperkirakan oleh Van Der Plass ternyata meleset. Pada kenyataannya, Sumpah Pemuda berhasil membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan untuk mempersiapkan Indonesia merdeka.
Pengaruh Sumpah Pemuda terhadap organisasi pergerakan nasional sangat besar. Organisasi-organisasi politik yang lahir setelah Sumpah Pemuda, semuanya menggunakan kata “Indonesia” pada nama organisasinya, seperti Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) tahun 1931, dan Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935. Bahkan Partai Sarekat Islam, pada tahun 1929, berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dengan demikian partai ini lebih menunjukkan semangat kebangsaannya. Selain itu, Sumpah Pemuda juga mendorong diselenggarakannya Kongres Wanita I pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Tanggal 22 Desember kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Bagi organisasi pemuda sendiri, gerakan ke arah persatuan semakin giat diusahakan setelah Kongres Pemuda II. Oleh sebab itu, sejak Kongres Pemuda II, terus diusahakan mempersatukan organisasi-organisasi pemuda kedaerahan dalam sebuah wadah. Usaha ini berhasil pada tanggal 31 Desember 1930 dengan dibentuknya organisasi Indonesia Muda. Organisasi ini merupakan gabungan dari organisasi-organisasi pemuda yang dulu ikut melahirkan Sumpah Pemuda. Adapun tujuan Indonesia Muda adalah mempererat tali persatuan antara segenap pemuda Indonesia yang berbahasa, berbangsa, dan bertanah air satu, di Indonesia.
S1
Pada tahun 1915 didirikan organisasi pemuda bernama Tri Koro Darmo. Organisasi tersebut dipimpin oleh…
S2
Dalam pembentukan organisasi sebelum Sumpah Pemuda, para pemuda Indonesia membuat kongres pertama dengan melahirkan gagasan-gagasan dalam menentukan perubahan yang lebih maju. Salah satunya gagasan yang dibicarakan oleh Bahder Djohan yang bertemakan…
S3
Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal…
S4
Para pemuda Sumatera mendirikan Jong Sumatranen Bond dengan tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin pada tanggal …
S5
Organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) didirikan pada tahun …
S6
Setelah adanya Kongres Pemuda II, pada mulanya, pejabat Belanda menganggap pertemuan para pemuda itu bukan suatu perkara yang mengancam. Bahkan, ia menganggap remeh kongres dan keputusan-keputusan yang dibuat di dalamnya. Pejabat tersebut bernama…
S7
Sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru, Soekarno mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia pada tanggal 4 Juli 1927. Partai tersebut lebih bersifat…
S8
Organisasi-organisasi pemuda ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, berbahasa satu, yaitu Indonesia. Isi dari ikrar sumpah pemuda tersebut merupakan bagian dari refleksi perjuangan pemuda yang sangat tinggi. Sumpah pemuda diadakan dan diperingati sampai sekarang pada tanggal…
S9
Pada tahun 1915 berdirilah organisasi pemuda pertama bernama…
S10
Organisasi kepanduan Nederlands Padvinders Organisatie (NPO) pertama kali didirikan oleh…