Contoh Soal Pengekspresian Dialog

Contoh Soal Pengekspresian Dialog Gaya berdialog seorang calon presiden tentunya akan lain dengan gayanya seorang preman pasar. Tidak mungkin seorang pemimpin negara memakai aksen dialog mencak-mencak di depan publik, sebaliknya tidak masuk akal jika seorang preman pasar berbicara dengan penuh perhatian. Seorang pembaca drama yang baik, dituntut untuk menghidupkan tokoh tersebut secara wajar dan alami. Selain gaya berbicara; keadaan fisik, pakaian, atau cara berhubungan dengan tokoh lain, merupakan cara penggambaran karakter tokoh yang akan diperankan.
      Nah, untuk memudahkan kalian dalam memperdalam penghayatan watak tokoh dalam drama, ada baiknya kalian mengetahui beberapa ketentuan dalam dialog drama berikut ini.
1. Dialog harus mendukung peran.
Dalam naskah drama yang baik, penulis naskah beserta sutradara mengatur dialog secara sedemikian rupa agar mencerminkan apa yang tengah terjadi dalam lakon. Dengan begitu, ketika dialog tersebut diperankan akan terungkap pikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.
Misalnya:
Viera       : Kenapa kau melakukannya, Gery?
Gery       : Aku tidak sengaja melakukannya kawan. Aku dijebak!
Viera       : Kau tetap harus bertanggung jawab.
Pada cuplikan adegan di atas, tergambar suasana gugup dan khawatir yang dialami oleh tokoh Gery. Hal itu tergambar dari dialog yang dilontarkannya sekaligus tanggapan tokoh lain yang memperkuat karakter sang tokoh.
2. Dialog lebih tertib daripada percakapan sehari-hari.
Dalam sebuah naskah drama yang baik, harus diusahakan kalimat-kalimat dialog yang berisi dan tidak terbuang percuma. Dengan begitu, pada saat diperankan menjadi sebuah adegan pementasan, para tokoh dapat berbicara dengan jelas dan tepat sesuai dengan maksud yang mendukung cerita.
Misalnya:
Angga       : Bagaimana?
Kiki         : Oke.
Angga       : Jadi?
Kiki         : Ayo.
Angga       : Kapan?
Kiki         : Sekarang.
Dalam cuplikan drama di atas, cerita tidak tergambar dengan baik. Waktu pementasan juga akan terbuang percuma dengan dialog sepotong-sepotong seperti itu. Alangkah baiknya jika dialog dipadatkan seperti ini:
Angga       : Bagaimana dengan rencana kita waktu itu? Apa kita musnahkan saja bukti itu?
Kiki         : Emh.. baiklah aku ikut denganmu. Kita lakukan itu sekarang juga.
Pembaca akan memahami maksud cerita dengan lengkap. Begitupun saat menafsirkannya menjadi sebuah adegan pementasan dengan ekspresi yang tepat.
3. Improvisasi di luar dialog secara wajar.
Para pemain drama bisa saja menambahkan improvisasi pada alur naskah yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghidupkan suasana dan menjadikan dialog yang dihasilkan lebih wajar dan alamiah. Akan tetapi, harus dicatat juga agar tidak menambahkan improvisasi secara berlebihan sehingga akan merusak keseluruhan pementasan.
Misalnya:
Naskah
Ibu : (Suara lemah) Saya meminta kebaikan Tuan. Jika kelak saya sembuh,        saya akan melunasi semua utang-utang saya. Sumpah.
Pada naskah tersebut, pemain drama (sebagai seorang “ibu” yang banyak utang dan sakit-sakitan) merasa tidak mendapatkan suasana yang mengkhawatirkan dengan dialog tersebut sehingga dia menambahkan improvisasi pada beberapa bagian.
Improvisasi
Ibu : (mencoba duduk, tetapi rebah kembali karena lemah) Saya mohon kemurahan hati, Tuan …. Kalau saya sembuh akan segera melunasinya (batuk-batu) atau, …. Kami akan pindah saja.
Pada contoh improvisasi tersebut digambarkan secara wajar dan alamiah. Tidak ada adegan improvisasi yang berlebihan dan merusak alur cerita keseluruhan.

Contoh Soal Pengekspresian Dialog

Perempuan : Lalu apa yang Bung kagumi?
Penyair : Pernyataan saudari tadi.
Perempuan : Aku tidak mengerti. Coba jelaskan!

Penyair : Hikmahnya begitu puitis.
Perempuan : Apa itu pu-i-tis?
Penyair : Hemm.. Begini. Maksudku pernyataanmu tadi mengandung unsur-unsur rasa kasih sayang yang begitu murni.
Perempuan : Oh begitu?
Penyair : Ya, begitu. Dan baru pertama kali, aku merasa bahwa ada seseorang yang menaruh perhatian pada keselamatanku. Dan yang memperhatikan adalah seorang wanita.
Gambaran yang diperoleh dari penggalan drama di atas adalah ….
Cermatilah dialog berikut ini!

neu : Sudah lama kita tidak bertemu teman kita ya, Del?
Adel : Benar, Neu. Sudah rindu rasanya berkumpul seperti dulu.
Ineu : ….
Adel : Itu ide bagus. Kapan kita wujudkan?
Ineu : Liburan akhir tahun pelajaran saja.
Kalimat improvisasi yang tepat untuk melengkapi dialog di atas adalah ....
(1) Iman : (tertawa sendirian)
(2) Revaldy : Jangan tertawa. Saya sungguh-sungguh. Kau tahu bahwa aku sudah lama ingin les bahasa Korea
(3) Iman : Kau sudah pernah mencari tempat lesnya?
(4) Revaldy : sudah
(5) Iman : Jadi, bagaimana kau bisa les?
(6) Revaldy : Aku lagi mau nyari informasinya sekarang
….
Perbaikan dialog (4) adalah ....
Perhatikan petikan drama berikut ini!

(1) Ade : Pagi! Wah sedang sibuk, ya?
(2) Dwi : Pagi juga. Silakan masuk (berdiri).
(3) Ade : Gini… Ada berita penting. Begini Dwi ... (berbisik)
(4) Dwi : Wah, berita itu mungkin tidak benar. Sebaiknya kamu selidiki dulu.
(5) Ade : Kamu tidak percaya? Berita itu benar, semua orang sudah tahu.
Ekspresi tokoh “Dwi” pada kalimat (4) adalah ....
                                                      Puteri : 
Ayah, sudah lama aku tidak mendengar suara alat musik seindah ini. Ternyata namanya Kecapi. Bukankah negeri ini kaya akan budaya dan musik yang unik ayah? Tapi kenapa kita lupa pada musik tradisional yang kita miliki? Sampai aku pun lupa suara seruling. Aku ingin alat musik tradisional ini kembali ada untuk bersaing dengan alat musik modern saat ini ayah.
                                                      Ratu : 
Wah, puteriku pintar sekali. Ibu sangat bangga olehmu Nak!
                                                      Raja : 
Baiklah, kalau begitu sebagai raja di kerajaan Unyu-unyu ini, saya perintahkan agar semua rakyat memperlajari budaya musik tradisional serta menjaga dan melestarikannya.
(Gaul versus Budaya, Panji Pratama)
Ungkapan yang tepat untuk menggambarkan ekspresi ratu dalam adegan di atas adalah ....
Gadis        : Aku tidak mengemis nyawa pada Tuan!
Penjajah : Akan kita lihat nanti ….
                Hei kau Ibu! Siapkan dirimu! Sekarang giliranmu!
Ibu           : Tidak! Tidak! Biarkan aku pulang. Demi kemanusiaan. Aku punya anak dua orang, masih kecil-kecil. Mereka terkunci. Jika aku harus mati buat mereka, aku akan menerima dengan senang hati.
Simpulan dari penggalan dialog di atas yang tepat adalah ….
Asdiarti : Kenapa?
Yanti : Sangat ruwet!

Asdiarti : Kau dipaksa kawin oleh orang tuamu?
Yanti : Antara lain itu. Tapi banyak lagi soalnya.
Asdiarti : Apa?
Yanti : Ah, sudahlah. Sebaiknya kau tak usah memaksaku mengatakan semuanya. Sulit. Terlalu sulit.
Asdiarti : Cobalah program yoga atau zikir untuk menenangkan hatimu.
Yanti : (memandang)
Asdiarti : Mungkin olah fisik, hati, dan pikiran seperti itu bisa membantumu.
Bagian dialog yang mendukung watak tokoh Yanti yang tertekan karena banyak masalah adalah ….
Perhatikan dialog berikut!
Alam : Jelas yang saya persalahkan adalah sopir yang kurang waspada.
Zul : Ah, jangan sopir saja yang disalahkan. Lihat juga kondisinya.
Tedi : Benar, mungkin jalan di situ memang licin.
Berdasarkan dialog-dialognya, tampak bawah ketiga tokoh itu mengungkapkan .…
Dee : Jadi, kamu tidak mengakui kalau dia itu ibumu?
Toro : Tidak!
Dee : Kenapa? Kamu tidak taku dosa seperti Malin Kundang?
Toro : Aku tidak punya ibu seperti itu!
Dee : Kamu mau durhaka dengan tidak mengakui dia sebagai ibumu?
Toro : Bukan aku yang durhaka, tapi perempuan tua itu. ibuku telah meninggal setahun lalu. Dipelukanku. Karena justru perempuan itu yang menabraknya!
Perkataan tokoh Toro diekspresikan dengan nada ….
Cecep : Baru kali ini, saya belanja dengan tidak perlu memikirkan tentang jumlahnya atau uang yang ada dalam dompet saya.
Hakam : Waaah…hebat betul, belanja sudah seperti orang kaya, eh, masih naik ojek.
Penuturan tokoh Cecep disampaikan dengan gaya ….

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel