Sistem Penggolongan Darah
Sistem Penggolongan Darah - Pada topik sebelumnya, kalian telah mengenal sifat yang diturunkan khususnya cacat dan penyakit, baik yang terpaut atau yang tidak terpaut pada kromosom seks. Pada topik kali ini, kalian akan belajar tentang salah satu sifat yaitu golongan darah yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Apa saja jenis golongan darah? Bagaimana golongan darah diturunkan? Mari simak analogi berikut ini.
Pernahkah kamu membaca komik cerita detektif? Saat ada peristiwa pembunuhan, salah satu identitas korban yang diperiksa adalah golongan darah. Selain itu, untuk menentukan hubungan kekeluargaan juga dapat dilacak dari golongan darah. Hal ini menunjukkan bahwa golongan darah termasuk sifat yang diturunkan dan penting untuk diketahui. Bagaimana golongan darah itu diwariskan? Bagaimana cara memprediksi golongan darah? Mari simak penjelasan berikut ini.
Golongan darah merupakan salah satu sifat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Golongan darah ditentukan oleh sepasang gen yang ada dalam sel. Berdasarkan keberadaan gen tertentu, ditemukan beberapa sistem penggolongan darah, diantaranya sebagai berikut.
Golongan darah merupakan salah satu sifat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Golongan darah ditentukan oleh sepasang gen yang ada dalam sel. Berdasarkan keberadaan gen tertentu, ditemukan beberapa sistem penggolongan darah, diantaranya sebagai berikut.
1. Sistem A, B, O ▩▩▩▩
Berdasarkan penggolongan darah sistem ABO, darah manusia digolongkan menjadi empat, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Penggolongan darah ini didasarkan jenis antigen dalam eritrosit. Antigen-antigen itu diwariskan oleh alel ganda dengan simbol I.Gen IA dominan terhadap IO dan gen IB dominan terhadap IO.
2. Sistem M N ▩▩▩▩
Landsteiner dan Lavene mengemukakan adanya golongan M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan oleh adanya antigen M, MN, atau N. Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan satu ke golongan yang lain tidak akan menimbulkan gangguan. Adanya antigen M ditentukan oleh gen Im, adanya antigen MN ditentukan oleh Im dan In, sedangkan adanya antigen N, ditentukanoleh gen In.
3. Sistem Rhesus (Rh) ▩▩▩▩
Landsteiner dan A. S. Weiner menemukan antigen tertentu dalam darah---sejenis kera India---Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen Rhesus (Rh). Antigen ini juga ditemukan dalam sel darah merah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya antigen rhesus ini, darah manusia dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. golongan Rh+, apabila dalam sel darah merahnya ditemukan antigenrhesus; dan
b. golongan Rh-, apabila dalam sel darah merahnya tidak ditemukan antigen rhesus.
Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh, sehingga genotip golongan darah menurut sistem Rh ini dapat dibedakan seperti berikut.
Jika individu Rh+ menerima darah dari individu Rh+, maka tidak akan terjadi penggumpalan darah, sebab tidak ada reaksi antibodi terhadap antigen Rh dalam tubuh resipien. Demikian juga individu Rh+ yang menerima darah dari individu Rh– juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena resipien tidak mempunyai antibodi.
a. golongan Rh+, apabila dalam sel darah merahnya ditemukan antigenrhesus; dan
b. golongan Rh-, apabila dalam sel darah merahnya tidak ditemukan antigen rhesus.
Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh, sehingga genotip golongan darah menurut sistem Rh ini dapat dibedakan seperti berikut.
Jika individu Rh+ menerima darah dari individu Rh+, maka tidak akan terjadi penggumpalan darah, sebab tidak ada reaksi antibodi terhadap antigen Rh dalam tubuh resipien. Demikian juga individu Rh+ yang menerima darah dari individu Rh– juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena resipien tidak mempunyai antibodi.
Jika individu Rh– yang menerima darah dari individu Rh+, pada awalnya tidak terjadi penggumpalan darah. Akan tetapi setelah menerima darah kembali untuk kedua kalinya di Rh+ maka akan terjadi penggumpalan, sebab antibodi sebelumnya yang sudah terbentuk akan menyerang antigen baru. Misalnya, ibu Rh– menikah dengan suami Rh+, akan melahirkan bayi Rh+ lahir dengan selamat. Pada waktu lahir, rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang ikut dalam peredaran darah ibu. Apabila melahirkan bayi kedua dengan Rh+ lagi, maka akan terjadi lagi perembesan darah janin ke peredaran darah ibu, sehingga jumlah antibodi yang terbentuk di dalam tubuh ibu menjadi sangat banyak. Akibatnya bayi tersebut mengalami penyakit anemia berat atau eritroblastosis fetalis yang bisa menyebabkan kematian bayi tersebut.