Seleksi Alam

Seleksi Alam - Bagaimana pendapatmu mengenai materi Evolusi ini? Sangat menarik, bukan? Ya, di tiap topik selalu saja ada hal-hal baru yang mengejutkan. Nah, jika di topik sebelumnya kalian belajar mengenai homologi dan sistem evolusi, kini kita akan membahas seleksi alam. Apakah sebenarnya seleksi alam itu? Apa sajakah yang termasuk seleksi alam? Yuk, kita langsung mempelajarinya! 

Seleksi alam bisa diartikan sebagai proses penyesuaian diri makhluk hidup agar sesuai dengan alamnya dalam upaya mempertahankan hidup. Seleksi alam merupakan hal yang penting di dalam evolusi. Sejak dicetuskan oleh Charles Darwin, hampir seluruh ilmuwan evolusi setuju bahwa evolusi dapat terjadi karena adanya seleksi alam. 
Pada dasarnya, ada empat macam seleksi alam, yaitu seleksi mengarah, seleksi stabilisasi, seleksi memisahkan, dan seleksi siklis.

1. Seleksi Mengarah (Directional Selection)

Seleksi mengarah mengakibatkan frekuensi alel mengarah kepada salah satu ciri fenotipe yang ekstrim. Frekuensi alel sendiri dapat diartikan sebagai seberapa seringnya suatu alel muncul dalam suatu populasi. Akibat dari seleksi ini, terjadi perubahan frekuensi alel ke salah satu keadaan homozigot, baik itu dominan maupun resesif. 
Sebagai contoh dari seleksi mengarah adalah dalam suatu populasi ulat terdapat dua macam fenotipe, yaitu bergaris dan berbercak. Di tempat yang banyak alang-alang, ulat bergaris diuntungkan karena lebih sulit dilihat oleh predator. Akibatnya, pada habitat alang-alang hanya ditemukan ulat yang bergaris saja. Sebaliknya, di tempat lain yang banyak terdapat batu kerikil, ulat bergaris akan terlihat jelas, sedangkan ulat berbercak akan sulit dilihat. Akibatnya, pada tempat ini hanya didominasi oleh ulat yang berbercak. 
Contoh lain yang populer dari organisme yang mengalami seleksi mengarah adalah ngengat Biston betularia. Di Inggris terdapat dua jenis ngengat Biston betularia, yaitu yang berwarna terang dan yang berwarna gelap. Sebelum terjadi revolusi industri, ngengat yang berwarna terang lebih banyak jumlahnya. Batang pohon berwarna lebih terang sehingga ngengat yang berwarna terang lebih sulit dilihat oleh predator karena tersamar di antara lumut kerak. Akan tetapi, setelah terjadi revolusi industri, batang pohon menjadi lebih gelap akibat terpapar asap industri. Lumut kerak pun berkurang drastis. Oleh karena itulah, ngengat berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh predator. Hal ini mengakibatkan jumlah ngengat yang berwarna terang menurun dan ngengat yang berwarna gelap meningkat.

2. Seleksi Stabilisasi

Pada seleksi stabilisasi, fenotipe yang ekstrim selalu terkena seleksi. Misalnya, siput homozigot berwarna kuning dan cokelat tua, sedangkan siput yang heterozigot berwarna seperti tanah. Oleh karena siput berwarna kuning dan cokelat tua terlihat jelas, maka burung lebih sering memangsa kedua siput berfenotipe ini. Sementara itu, siput berwarna tanah sulit untuk dilihat oleh predator sehingga lebih jarang dimangsa. Namun, karena siput berwarna tanah adalah heterozigot, setiap generasi akan menghasilkan kembali individu yang berwarna kuning dan cokelat tua. Dengan demikian, frekuensi alel akan tetap mendekati 25% cokelat tua, 50% cokelat tanah, dan 25% kuning. 
Contoh makhluk hidup lain yang mengalami seleksi stabilisasi adalah makhluk-makhluk hidup yang merupakan fosil hidup, seperti Coelacanth, Ginkgo, dan kepiting tapak kuda. Makhluk-makhluk hidup tersebut relatif tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan makhluk hidup leluhurnya.

3. Seleksi Memisahkan

Seleksi memisahkan tertuju pada individu yang heterozigot. Misalnya, kepik yang homozigot berwarna kuning dan hijau, sedangkan fenotipe heterozigotnya berwarna merah. Oleh karena warna merah mencolok di antara dedaunan, maka burung selalu memakan kepik yang berwarna merah. Akibatnya, selang beberapa waktu kita hanya akan menemukan kepik yang berwarna kuning dan hijau saja karena terjadi eliminasi yang efektif terhadap kepik merah yang heterozigot.


4. Seleksi Siklis

Pada seleksi siklis, seleksi alam bekerja silih berganti. Misalnya ada suatu serangga yang berwarna merah dan kuning. Pada musim hujan, sejenis burung pendatang memakan serangga berwarna merah. Pada musim kemarau, burung tersebut bermigrasi. Kemudian, datanglah jenis burung lain yang lebih menyukai serangga berwarna kuning. Hal ini menyebabkan pada musim hujan, serangga berwarna kuning lebih banyak jumlahnya, sedangkan pada musim kemarau, serangga berwarna merah lebih banyak jumlahnya. Dengan adanya pergantian musim setiap tahunnya, frekuensi alel dari serangga tersebut selalu berubah-ubah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel