Contoh Soal Revolusi Hijau di Indonesia dan Dampaknya

Contoh Soal Revolusi Hijau di Indonesia dan Dampaknya Revolusi Hijau adalah keberhasilan teknologi pertanian untuk menghasilkan jenis tanaman unggul yang meningkatkan produksi bahan pangan. Tanaman unggul tersebut memiliki ciri masa panen yang lebih pendek, hasil produksi yang berlipat ganda dan mudah beradaptasi dalam bermacam lingkungan. Secara umum, Revolusi Hijau memberikan keuntungan kepada manusia sebagai berikut:
1. Munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek sehingga menambah intensitas kegiatan penanaman per tahunnya.
2. Memudahkan panen untuk dilakukan dengan menggunakan teknologi pertanian.
3. Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan hasil pertanian yang melimpah.
       Konsep Revolusi Hijau di Indonesia dituangkan dalam Panca Usaha Tani, yaitu:
1. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul.
2. Pemupukan yang teratur.
3. Pengairan yang cukup.
4. Pemberantasan hama secara intensif.
5. Teknik penanaman yang teratur.
       Peningkatan produksi pangan dan produksi pertanian di Indonesia umumnya dilakukan dengan empat usaha pokok, yaitu:
1. Intensifikasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan panca usaha tani.
2. Ekstensifikasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru.
3. Diversifikasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menambah keanekaragaman usaha pertanian.
4. Rehabilitasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan memulihkan kemampuan sumber daya tani yang sudah kritis.
       Sebelum perkembangan Revolusi Hijau, produksi padi merupakan bahan pangan utama di Indonesia yang masih bergantung pada metode pertanian dengan mengandalkan luas lahan dan pengolahan dengan teknologi sederhana. Setelah Revolusi Hijau diterima oleh petani Indonesia, secara perlahan mulai dilakukan intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Usaha peningkatan produksi pangan di Indonesia sendiri sudah dilakukan sejak tahun 1950.
       Peningkatan produksi pertanian adalah salah satu poin dari Rencana Kemakmuran Kasimo (Kasimo Plan) yang menjabat Menteri Perekonomian di masa Republik Indonesia Serikat (Demokrasi Parlementer) dari Kabinet Kerja Burhanuddin Harahap. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah seperti Bimas (Bimbangan Massal), Inmas (Intensifikasi Masal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Opsus (Operasi Khusus). Insus dan Opsus lebih menekankan pada peningkatan partisipasi petani secara kelompok dan aparat pembina dalam meningkatkan produksi, sementara Insus merupakan upaya intensifikasi kelompok guna meningkatkan potensi lahan, sedangkan Opsus adalah upaya menjangkau lahan yang belum diintensifikasi dan mencoba memberi rangsangan dalam peningkatan produksi.
       Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia mengalami pasang surut karena faktor alam ataupun kerusakan ekologi. Hal ini berpengaruh langsung pada persediaan beras nasional. Pada tahun 1972, produksi beras Indonesia terancam oleh musim kering yang panjang. Usaha peningkatan produksi beras nasional sekali lagi terganggu karena serangan hama dengan mencakup wilayah yang sangat luas pada tahun 1977. Produksi pangan Indonesia mengalami kenaikan ketika program Intensifikasi Khusus (Insus) dilaksanakan pada tahun 1980. Hasilnya, Indonesia mampu mencapai tingkat swasembada beras dan berhenti mengimpor beras pada tahun 1984. Padahal, pada tahun 1977 dan 1979 Indonesia merupakan pengimpor beras terbesar di dunia.
       Selain memanfaatkan jenis padi baru yang unggul, peningkatan produksi beras di Indonesia didukung oleh penggunaan pupuk kimia, mekanisasi pengolahan tanah, pola tanam, pengembangan teknologi pascapanen, penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama pengganggu, pencetakan sawah baru, dan perbaikan serta pembangunan sarana dan prasarana irigasi. Revolusi Hijau memberikan pengaruh yang positif dalam pengadaan pangan. Sejak tahun 1950, Indonesia masuk menjadi anggota FAO (Food and Agriculture Organization). FAO telah banyak memberi bantuan untuk pengembangan pertanian. Keberhasilan Indonesia dalam swasembada pangan dibuktikan dengan adanya penghargan dari FAO pada tahun 1988. Hal ini berarti Indonesia telah dapat mengatasi masalah pangan.
       Walau telah terbukti memberikan hasil yang mengalami peningkatan dibandingkan teknik pengolahan yang dilakukan selama ini, Revolusi Hijau ternyata memberikan dampak negatif bagi para petani Indonesia antara lain:
1. Perubahan pada sistem bagi hasil, pembeli hasil panen memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang.
2. Biaya produksi menjadi tinggi karena memiliki ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembashi hama.
3. Peningkatan produksi pangan tidak dinikmati oleh seluruh petani karena penggunaan teknologi modern hanya dapat digunakan oleh petani dengan modal yang banyak.

Contoh Soal Revolusi Hijau di Indonesia dan Dampaknya

Pernyataan yang salah mengenai hasil yang ingin dicapai melalui Revolusi Hijau adalah ….
Revolusi Hijau diadaptasi oleh masyarakat Indonesia dalam bentuk ….
Peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan Panca Usaha Tani dikenal sebagai ….
Peningkatan hasil agraris dengan menambah keanekaragaman tanaman dikenal sebagai ….
Peningkatan produksi pertanian adalah pokok kerja dari kabinet pemerintahan di masa jabatan menteri ….
Program peningkatan produksi pangan Indonesia dimulai pada tahun ….
Berikut ini yang bukan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mendidik petani Indonesia ….
Swasembada pangan Indonesia berlangsung di tahun ….
Indonesia menjadi anggota organisasi pangan dunia pada tahun 1950. Organisasi yang dimaksud adalah ….
Berikut ini yang bukan merupakan dampak dari Revolusi Hijau di Indonesia adalah ….

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel