Contoh Soal Pendudukan militer Jepang di Indonesia
Contoh Soal Pendudukan militer Jepang di Indonesia - 1. Tentara Jepang Masuk ke Indonesia
Usaha Jepang untuk membangun suatu imperium Asia telah memicu meletusnya perang di Pasifik. Hal tersebut dimulai pada tanggal 8 Desember 1941 ketika Jepang mendadak melakukan penyerangan dan membom Pearl Harbour. Tempat ini merupakan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) terbesar di Pasifik. Sejak saat itu, pecahlah perang Asia Timur Raya.
Negara-negara sekutu AS ikut mendukung dan menyatakan perang terhadap Jepang, termasuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborg Stachouwer. Selanjutnya, Jepang menyerang Indonesia. Pada tanggal 10 Januari 1942, tentaranya telah sampai di Tarakan, Kalimantan Timur. Dalam waktu singkat, daerah ini berhasil dikuasai, ditandai dengan menyerahnya komandan Belanda pada tanggal 13 Januari 1942. Menyusul kemudian Balikpapan, Pontianak, Martapura, dan Banjarmasin hanya dalam waktu dua bulan.
Pada tanggal 14 Februari 1942, pasukan payung menyerbu Palembang. Dalam waktu dua hari, wilayah ini berhasil dikuasai. Dalam upaya menghadapi serangan Jepang, dibentuklah komando oleh pihak sekutu yaitu American British Dutch Australian Command atau ABDACom. Komando tersebut bermarkas di Lembang, Jawa Barat. Sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL) diangkatlah Letnan Jenderal H. Ter Poorten.
Tentara Jepang berhasil mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat) dan di Kragan (Jawa Tengah). Dengan kekuatan 120 ribu orang, Batavia berhasil dikuasai oleh Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitosyi Imamura pada tanggal 1 Maret 1942. Selanjutnya, Kota Buitenzorg (Bogor) pun berhasil dikuasai Jepang pada 5 Maret 1942.
Jepang berhasil menguasai Kota Subang pada tanggal 1 Maret 1942 dan lapangan terbang Kalijati. Untuk melancarkan invasi Jepang, mereka berinteraksi dengan pribumi melalui pengangkatan para pejabat setempat. Sebanyak 11 orang pejabat diangkat menjadi pengurus Badan Perantaraan dan Propaganda Balatentara Nippon Subang yang diketuai oleh O. Sutaatmadja.
Pertempuran antara tentara KNIL dan Jepang berakhir setelah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat dalam sebuah perjanjian di Kalijati, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942. Dengan adanya peristiwa ini, berakhirlah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
Negara-negara sekutu AS ikut mendukung dan menyatakan perang terhadap Jepang, termasuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborg Stachouwer. Selanjutnya, Jepang menyerang Indonesia. Pada tanggal 10 Januari 1942, tentaranya telah sampai di Tarakan, Kalimantan Timur. Dalam waktu singkat, daerah ini berhasil dikuasai, ditandai dengan menyerahnya komandan Belanda pada tanggal 13 Januari 1942. Menyusul kemudian Balikpapan, Pontianak, Martapura, dan Banjarmasin hanya dalam waktu dua bulan.
Pada tanggal 14 Februari 1942, pasukan payung menyerbu Palembang. Dalam waktu dua hari, wilayah ini berhasil dikuasai. Dalam upaya menghadapi serangan Jepang, dibentuklah komando oleh pihak sekutu yaitu American British Dutch Australian Command atau ABDACom. Komando tersebut bermarkas di Lembang, Jawa Barat. Sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL) diangkatlah Letnan Jenderal H. Ter Poorten.
Tentara Jepang berhasil mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat) dan di Kragan (Jawa Tengah). Dengan kekuatan 120 ribu orang, Batavia berhasil dikuasai oleh Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitosyi Imamura pada tanggal 1 Maret 1942. Selanjutnya, Kota Buitenzorg (Bogor) pun berhasil dikuasai Jepang pada 5 Maret 1942.
Jepang berhasil menguasai Kota Subang pada tanggal 1 Maret 1942 dan lapangan terbang Kalijati. Untuk melancarkan invasi Jepang, mereka berinteraksi dengan pribumi melalui pengangkatan para pejabat setempat. Sebanyak 11 orang pejabat diangkat menjadi pengurus Badan Perantaraan dan Propaganda Balatentara Nippon Subang yang diketuai oleh O. Sutaatmadja.
Pertempuran antara tentara KNIL dan Jepang berakhir setelah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat dalam sebuah perjanjian di Kalijati, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942. Dengan adanya peristiwa ini, berakhirlah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
2. Usaha Menanamkan Kekuasaan
Pemerintah militer pendudukan Jepang membagi wilayah kekuasaan sebagai berikut untuk mempermudah memperluas pengaruhnya:
1) Tentara keenam belas di Pulau Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia.
2) Tentara kedua puluh lima di Pulau Sumatera dengan pusatnya di Bukit Tinggi.
3) Armada Selatan kedua di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Barat dengan pusatnya di Makassar.
Tugas pemerintahan militer ini yaitu memulihkan ketertiban dan keamanan serta menanamkan kekuasaan. Pemerintahan militer ini disebut Gunseibu. Untuk membantu pemerintahan, banyak orang Indonesia diangkat menjadi pegawai pemerintahan Jepang, seperti R. Pandu Suradiningrat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat membantu Gubernur Kolonel Matsui.
Untuk men-“Jepang-kan” Indonesia, Jepang hanya membolehkan pemasangan bendera Kokki Jepang dan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan adalah Kimigayo. Selanjutnya, mulai tanggal 1 April 1942, waktu (jam) Jepanglah yang harus dipakai meskipun dengan Jawa berbeda 90 menit. Mulai tanggal 29 April 1942, penggunaan tarikh harus berdasarkan tarikh Sumera dan tahunnya adalah tahun 2602. Rakyat Indonesia pun harus merayakan hari raya Tencosetsu setiap tahunnya, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.
Jepang berusaha mempersatukan Asia, dengan membentuk Gerakan Tiga A yang dilaksanakan oleh Kantor Propaganda. Dengan semboyan Tiga A, yang berbunyi “Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia”, pemerintah Jepang berusaha meyakinkan penduduk untuk berlindung di balik Jepang.
Adapun untuk mencari dukungan rakyat, Jepang merintis kerja sama dengan tokoh nasionalis Indonesia, seperti Drs. Moh. Hatta dan Sjahrir. Kerja sama ini bertujuan memperlancar tugas Gunseibu. Selanjutnya, Ir. Soekarno bergabung dengan Moh. Hatta dan membentuk kerja sama dengan nama Dwi Tunggal.
Kerja sama Indonesia-Jepang berlanjut dengan dibentuknya Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tanggal 9 Maret 1943. Gerakan ini dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, K.H. Mas Mansur, dan Ki Hadjar Dewantara. Upacara pembukaan kantor pusat Putera berlangsung pada tanggal 16 April 1943. Tujuan Putera ialah mencoba menggunakan semua sarana Jepang guna memperjuangkan kemerdekaan.
Pemerintah militer pendudukan Jepang membagi wilayah kekuasaan sebagai berikut untuk mempermudah memperluas pengaruhnya:
1) Tentara keenam belas di Pulau Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia.
2) Tentara kedua puluh lima di Pulau Sumatera dengan pusatnya di Bukit Tinggi.
3) Armada Selatan kedua di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Barat dengan pusatnya di Makassar.
Tugas pemerintahan militer ini yaitu memulihkan ketertiban dan keamanan serta menanamkan kekuasaan. Pemerintahan militer ini disebut Gunseibu. Untuk membantu pemerintahan, banyak orang Indonesia diangkat menjadi pegawai pemerintahan Jepang, seperti R. Pandu Suradiningrat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat membantu Gubernur Kolonel Matsui.
Untuk men-“Jepang-kan” Indonesia, Jepang hanya membolehkan pemasangan bendera Kokki Jepang dan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan adalah Kimigayo. Selanjutnya, mulai tanggal 1 April 1942, waktu (jam) Jepanglah yang harus dipakai meskipun dengan Jawa berbeda 90 menit. Mulai tanggal 29 April 1942, penggunaan tarikh harus berdasarkan tarikh Sumera dan tahunnya adalah tahun 2602. Rakyat Indonesia pun harus merayakan hari raya Tencosetsu setiap tahunnya, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.
Jepang berusaha mempersatukan Asia, dengan membentuk Gerakan Tiga A yang dilaksanakan oleh Kantor Propaganda. Dengan semboyan Tiga A, yang berbunyi “Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia”, pemerintah Jepang berusaha meyakinkan penduduk untuk berlindung di balik Jepang.
Adapun untuk mencari dukungan rakyat, Jepang merintis kerja sama dengan tokoh nasionalis Indonesia, seperti Drs. Moh. Hatta dan Sjahrir. Kerja sama ini bertujuan memperlancar tugas Gunseibu. Selanjutnya, Ir. Soekarno bergabung dengan Moh. Hatta dan membentuk kerja sama dengan nama Dwi Tunggal.
Kerja sama Indonesia-Jepang berlanjut dengan dibentuknya Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tanggal 9 Maret 1943. Gerakan ini dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, K.H. Mas Mansur, dan Ki Hadjar Dewantara. Upacara pembukaan kantor pusat Putera berlangsung pada tanggal 16 April 1943. Tujuan Putera ialah mencoba menggunakan semua sarana Jepang guna memperjuangkan kemerdekaan.
3. Usaha Mempertahankan Kekuasaan
Perang Pasifik semakin melemahkan Jepang. Hal ini mengubah kebijakan Jepang terhadap negeri jajahannya. Tujuannya untuk mengerahkan rakyat supaya menahan serangan Sekutu. Pemerintah menyelenggarakan latihan kemiliteran bagi pemuda-pemuda Indonesia yang bertempat di Seinen Bojo, Tangerang. Pada tanggal 29 April 1943 dibentuk pula Keibodan (barisan bantu militer) dan Seinendan (barisan pemuda). Selain itu, dibentuk pula Heiho (pembantu prajurit). Barisan-barisan tersebut dinamakan barisan paramiliter.
Selain barisan paramiliter, dibentuk pula organisasi militer dengan nama Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) atau Boei Giyugun, pada tanggal 7 September 1943 dengan tujuan membantu militer Jepang di medan perang. Jepang pun mengerahkan penduduk untuk menghadapi Serikat dengan membentuk Tonarigumi (rukun tetangga), juga Djawa Hokokai pada tanggal 1 Maret 1944. Selain itu, dibentuk juga Fujinkai (perkumpulan kaum wanita), Kakyo Sokai (perhimpunan Cina), Taiku Kai (perkumpulan olahraga), Keimin Bunka Syidoso (himpunan kebudayaan). Di kemudian hari, organisasi ini dihimpun ke dalam Djawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa).
Perang Pasifik semakin melemahkan Jepang. Hal ini mengubah kebijakan Jepang terhadap negeri jajahannya. Tujuannya untuk mengerahkan rakyat supaya menahan serangan Sekutu. Pemerintah menyelenggarakan latihan kemiliteran bagi pemuda-pemuda Indonesia yang bertempat di Seinen Bojo, Tangerang. Pada tanggal 29 April 1943 dibentuk pula Keibodan (barisan bantu militer) dan Seinendan (barisan pemuda). Selain itu, dibentuk pula Heiho (pembantu prajurit). Barisan-barisan tersebut dinamakan barisan paramiliter.
Selain barisan paramiliter, dibentuk pula organisasi militer dengan nama Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) atau Boei Giyugun, pada tanggal 7 September 1943 dengan tujuan membantu militer Jepang di medan perang. Jepang pun mengerahkan penduduk untuk menghadapi Serikat dengan membentuk Tonarigumi (rukun tetangga), juga Djawa Hokokai pada tanggal 1 Maret 1944. Selain itu, dibentuk juga Fujinkai (perkumpulan kaum wanita), Kakyo Sokai (perhimpunan Cina), Taiku Kai (perkumpulan olahraga), Keimin Bunka Syidoso (himpunan kebudayaan). Di kemudian hari, organisasi ini dihimpun ke dalam Djawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa).
S1
Usaha Jepang untuk membangun suatu … telah memicu meletusnya perang di Pasifik.
S2
Jepang melakukan penyerangan dan membom Pearl Harbour pada …
S3
Pada tanggal … tentara Jepang telah sampai di Tarakan, Kalimantan Timur.
S4
Pada tanggal … pasukan payung menyerbu Palembang.
S5
Dalam upaya menghadapi serangan Jepang, dibentuklah komando oleh pihak sekutu yaitu ...
S6
Badan Perantaraan dan Propaganda Balatentara Nippon Subang diketuai oleh ...
S7
Pertempuran antara tentara KNIL dan Jepang berakhir setelah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat dalam sebuah perjanjian di ...
S8
Tentara kedua puluh lima Jepang di Pulau Sumatera berpusat di ...
S9
Hari lahirnya Kaisar Hirohito disebut …
S10
Yang dimaksud dengan Tonarigumi adalah...