Contoh Soal Akar-akar nasionalisme yang terkandung dalam Sarekat Islam, Indische Partij, dan Budi Oetomo
Contoh Soal Akar-akar nasionalisme yang terkandung dalam Sarekat Islam, Indische Partij, dan Budi Oetomo - 1. Sarekat Islam
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada tahun 1911 di Kota Solo oleh Haji Samanhudi. Berdirinya organisasi ini dilatarbelakangi keinginan untuk mengadakan perlawanan kepada para pedagang Cina. Selain itu, juga bertujuan merebut front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumiputra. Misalnya, terhadap rencana krestenings-politiek (politik pengkristenan) dari Zending, penindasan, dan kesombongan sosial.
Bila ditinjau anggaran dasarnya, maka tujuan SDI adalah :
• Mengembangkan jiwa berdagang.
• Memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita kesukaran.
• Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumiputra.
• Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam, maka SDI tidak terlibat politik.
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru yaitu Hadjie Oemar Said Cokroaminoto, nama organisasi ini diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Tujuan pergantian ini untuk memperluas bidang garapan SI, misalnya politik. Dalam kegiatannya, SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan pemerintah kolonial. Aksi-aksi yang dilakukan SI menarik banyak simpati. Hal ini membuat Belanda khawatir. Pada tahun 1912, SI dilarang menerima anggota baru dan mengadakan rapat-rapat. Penggeledahan ke rumah-rumah pun dilakukan. Selain itu, setiap cabang SI diharuskan berdiri sendiri. Ketentuan ini untuk menghindari persatuan di antara anggotanya.
Pada akhirnya, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad. Pada tahun 1918, terjadi pergolakan dalam tubuh SI akibat masuknya ajaran Marxis di bawah Semaun dan Darsono. Hal ini menimbulkan perdebatan sengit antara H.A. Agus Salim-Abdul Muis dan Semaun-Tan Malaka. Pada tahun 1921, organisasi ini terpecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah (Sarekat Rakyat). Sarekat Rakyat kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924 dan SI Putih berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927, organisasi ini menyatakan tujuannya yaitu untuk mencapai kemerdekaan nasional. PSI pun lantas berubah nama lagi menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).
Bila ditinjau anggaran dasarnya, maka tujuan SDI adalah :
• Mengembangkan jiwa berdagang.
• Memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita kesukaran.
• Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumiputra.
• Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam, maka SDI tidak terlibat politik.
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru yaitu Hadjie Oemar Said Cokroaminoto, nama organisasi ini diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Tujuan pergantian ini untuk memperluas bidang garapan SI, misalnya politik. Dalam kegiatannya, SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan pemerintah kolonial. Aksi-aksi yang dilakukan SI menarik banyak simpati. Hal ini membuat Belanda khawatir. Pada tahun 1912, SI dilarang menerima anggota baru dan mengadakan rapat-rapat. Penggeledahan ke rumah-rumah pun dilakukan. Selain itu, setiap cabang SI diharuskan berdiri sendiri. Ketentuan ini untuk menghindari persatuan di antara anggotanya.
Pada akhirnya, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad. Pada tahun 1918, terjadi pergolakan dalam tubuh SI akibat masuknya ajaran Marxis di bawah Semaun dan Darsono. Hal ini menimbulkan perdebatan sengit antara H.A. Agus Salim-Abdul Muis dan Semaun-Tan Malaka. Pada tahun 1921, organisasi ini terpecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah (Sarekat Rakyat). Sarekat Rakyat kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924 dan SI Putih berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PSI tahun 1927, organisasi ini menyatakan tujuannya yaitu untuk mencapai kemerdekaan nasional. PSI pun lantas berubah nama lagi menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).
2. Indische Partij
Fase ketiga dalam perkembangan sejarah pergerakan nasional adalah lahirnya konsepsi yang bercorak politik sepenuhnya dan program yang bersifat nasionalisme modern. Organisasi pendukung gagasan revolusioner nasional itu ialah Indische Partij (IP) yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Pendirinya adalah Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) serta Dr. Tjipto Mangunkusumo.
Tujuan IP adalah menghapuskan kolonialisme yang mengeksploitasi rakyat, membangkitkan patriotisme, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Sistem keanggotaan IP terbuka untuk semua golongan. Organisasi ini sangat aktif mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda, misalnya tulisan dari Dr. Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander Was (Seandainya Saya Seorang Belanda). Tulisan yang dimuat dalam surat kabar De express itu berisi kritikan terhadap Belanda yang bermaksud mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda. Selain tulisan itu, ada karangan-karangan Het Tijdschriff yang berisi propaganda-propaganda nasionalisme.
Perkembangan IP ini membuat para pemimpinnya diawasi. Dan akibat tulisan tersebut, mereka ditangkap serta dibuang ke negeri Belanda pada Agustus 1913. Pengasingan ini membuat IP melemah, kemudian IP berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berganti lagi menjadi National Indische Partij (NIP).
Tujuan IP adalah menghapuskan kolonialisme yang mengeksploitasi rakyat, membangkitkan patriotisme, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Sistem keanggotaan IP terbuka untuk semua golongan. Organisasi ini sangat aktif mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda, misalnya tulisan dari Dr. Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander Was (Seandainya Saya Seorang Belanda). Tulisan yang dimuat dalam surat kabar De express itu berisi kritikan terhadap Belanda yang bermaksud mencari dana untuk merayakan peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda. Selain tulisan itu, ada karangan-karangan Het Tijdschriff yang berisi propaganda-propaganda nasionalisme.
Perkembangan IP ini membuat para pemimpinnya diawasi. Dan akibat tulisan tersebut, mereka ditangkap serta dibuang ke negeri Belanda pada Agustus 1913. Pengasingan ini membuat IP melemah, kemudian IP berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berganti lagi menjadi National Indische Partij (NIP).
3. Budi Oetomo
Politik etis banyak melahirkan golongan cendekiawan yang menyadari pentingnya pendidikan dalam perjuangan menentang penjajah. Namun, hal ini terhambat oleh kemiskinan masyarakat Indonesia sehingga anak-anak mengalami hambatan dalam meraih pendidikan tinggi. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan Dr. Wahidin Sudirohusodo, sehingga pada tahun 1906-1907, beliau bersama-sama siswa STOVIA, diantaranya, Sutomo dan Goenawan Mangunkusumo mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk menghimpun dana pendidikan.
Usaha ini mendapat simpati di kalangan masyarakat Jawa. Akhirnya, Sutomo dan rekan-rekan mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Jl. Abdurahman Saleh No. 20, Jakarta. Tujuan Budi Utomo adalah melakukan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha membangkitkan kembali budaya Jawa. Hal ini mendapat banyak reaksi dari orang Belanda maupun kaum priyayi Jawa. Para penentang mendirikan Regent Bond Setia Mulya di Semarang, tetapi ada pula yang mendukung seperti Bupati Karang Anyar yaitu Tirto Kusumo. Meskipun tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan Hindia, namun hal ini tetap menarik banyak dukungan. Anggota organisasi ini dalam waktu 6 bulan sudah mencapai ribuan orang, meskipun hanya terbatas dari Jawa dan Madura saja. Cabang organisasi ini berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.
Untuk mengkonsolidasikan diri, pada bulan Oktober 1908, di kota Yogyakarta diadakan kongres pertama. Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu sebagai berikut.
• Budi Utomo tidak ikut dalam kegiatan politik.
• Kegiatan diutamakan pada bidang pendidikan dan budaya.
• Cakupan organisasi dibatasi pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres juga memutuskan pengurus diketuai oleh R.T. Tirtokusumo yang merupakan Bupati Karang Anyar dan pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Organisasi Budi Utomo disahkan oleh Belanda sebagai badan hukum, karena semula dianggap tidak melibatkan diri dalam bidang politik. Dengan demikian, diharapkan organisasi ini dapat bergerak lebih luas.
Harapan tersebut tidak tercapai karena lambannya gerak organisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Adanya kesulitan keuangan.
b. Para bupati mendirikan organisasi sendiri.
c. Golongan terpelajar keluar dari keanggotaan.
d. Pendidikan golongan priyayi lebih diutamakan daripada penduduk.
e. R.T. Tirtokusumo lebih banyak memerhatikan reaksi Belanda daripada rakyat Indonesia.
Budi Utomo akhirnya terseret dalam kegiatan politik, yaitu ketika terjadi Perang Dunia I tahun 1915. Untuk mempertahankan Indonesia, diusulkanlah pembentukan Indiandsche Millitie (milisi untuk bumiputra) dan Volksraad (dewan rakyat). Sayangnya, lambat laun organisasi ini tersisihkan oleh organisasi-organisasi nasionalis lainnya.
Usaha ini mendapat simpati di kalangan masyarakat Jawa. Akhirnya, Sutomo dan rekan-rekan mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Jl. Abdurahman Saleh No. 20, Jakarta. Tujuan Budi Utomo adalah melakukan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha membangkitkan kembali budaya Jawa. Hal ini mendapat banyak reaksi dari orang Belanda maupun kaum priyayi Jawa. Para penentang mendirikan Regent Bond Setia Mulya di Semarang, tetapi ada pula yang mendukung seperti Bupati Karang Anyar yaitu Tirto Kusumo. Meskipun tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan Hindia, namun hal ini tetap menarik banyak dukungan. Anggota organisasi ini dalam waktu 6 bulan sudah mencapai ribuan orang, meskipun hanya terbatas dari Jawa dan Madura saja. Cabang organisasi ini berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.
Untuk mengkonsolidasikan diri, pada bulan Oktober 1908, di kota Yogyakarta diadakan kongres pertama. Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu sebagai berikut.
• Budi Utomo tidak ikut dalam kegiatan politik.
• Kegiatan diutamakan pada bidang pendidikan dan budaya.
• Cakupan organisasi dibatasi pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres juga memutuskan pengurus diketuai oleh R.T. Tirtokusumo yang merupakan Bupati Karang Anyar dan pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Organisasi Budi Utomo disahkan oleh Belanda sebagai badan hukum, karena semula dianggap tidak melibatkan diri dalam bidang politik. Dengan demikian, diharapkan organisasi ini dapat bergerak lebih luas.
Harapan tersebut tidak tercapai karena lambannya gerak organisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Adanya kesulitan keuangan.
b. Para bupati mendirikan organisasi sendiri.
c. Golongan terpelajar keluar dari keanggotaan.
d. Pendidikan golongan priyayi lebih diutamakan daripada penduduk.
e. R.T. Tirtokusumo lebih banyak memerhatikan reaksi Belanda daripada rakyat Indonesia.
Budi Utomo akhirnya terseret dalam kegiatan politik, yaitu ketika terjadi Perang Dunia I tahun 1915. Untuk mempertahankan Indonesia, diusulkanlah pembentukan Indiandsche Millitie (milisi untuk bumiputra) dan Volksraad (dewan rakyat). Sayangnya, lambat laun organisasi ini tersisihkan oleh organisasi-organisasi nasionalis lainnya.
S1
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada tahun …
S2
Berdirinya Sarekat Dagang Islam dilatarbelakangi keinginan untuk mengadakan perlawanan kepada …
S3
Yang dimaksud dengan krestenings-politiek ialah ...
S4
Yang bukan termasuk tujuan Sarekat Dagang Islam (SDI) adalah …
S5
Perubahan nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam berlangsung di bawah kepemimpinan ...
S6
Indische Partij (IP) didirikan pada ...
S7
Als Ik eens Nederlander Was merupakan judul tulisan dari ...
S8
Budi Utomo didirikan pada ...
S9
Lambannya gerak organisasi Budi Utomo disebabkan oleh beberapa faktor, kecuali ….
S10
Yang dimaksud dengan Volksraad adalah ...