Contoh Soal Kehidupan Awal Indonesia
Contoh Soal Kehidupan Awal Indonesia - Berdasarkan hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan oleh masyarakat di kepulauan Nusantara sebelum mengenal tulisan (masa prasejarah), maka kehidupan masyarakat paling awal di Indonesia oleh para ahli dibagi atas dua zaman, yaitu :
I. ZAMAN BATU
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tua berlangsung selama Kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sangat lambat akibat keadaan alam yang masih sangat liar dan labil.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada Zaman Batu Tua masih sangat kasar sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan Zaman Batu Tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Kebudayaan Pacitan
Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di sungai Baksosko, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, kapak perimbas,kapak penetak, pahat genggam dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).
b) Kebudayaan Ngandong
Alat-alat Zaman Batu Tua dari Ngandong, dekat Ngawi Jawa Timur berupa kapak-kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Di samping itu ditemukan pula alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alaat dari tulang tersebut berupa alat penusuk (belati) dan tanduk menjangan atau duri ikan pari yang diruncingkan dan digunakan sebagai mata tombak.
2) Manusia Pendukung
Zaman Batu Tua berlangsung pada Kala Pleistosen. Pada kala ini di Indonesia hidup beberapa macam manusia purba. Walaupun demikian, hanya sebagian dari mereka yang dapat dihubungkan dengan kebudayaan Zaman Batu Tua. Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecantrophus Erectus dengan alasan :
• Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus Erectus yaitu pada Pleistosen Tengah (Lapisan dan Fauna Trinil).
• Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus Erectus beserta dengan alat-alat batu serupa dengan alat batu dari Pacitan.
Sedangkan pendukung kebudayaan Ngandong yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis dengan alasan :
• Di Ngadirejo, Sambung Macan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo Soloensis
• Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo Wajakensis yaitu Pleistosen Atas.
3) Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolitik dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung Zaman Batu Tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan, hidup berpindah-pindah (nomaden) dengan pertimbangan kebutuhan akan hewan buruan dan umbi-umbian di tempat yang dituju. Oleh karena hidupnya selalu berpindah-pindah mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil.
4) Kepercayaan
Di Afrika, Eropa, dan Asia kecil pada Zaman Batu Tua sudah ditemukan bukti-bukti kepercayaan manusia kepada kekuatan alam. Sedangkan di Indonesia sendiri belum ditemukan bukti-bukti adanya kepercayaan.
2. Zaman Batu Madya (Mesolitikum) *
Zaman Batu Madya berlangsung pada kala Holosen. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung lebih cepat daripada Zaman Batu Tua. Hal ini disebabkan pendukung zaman ini adalah manusia yang cerdas (Homo Sapiens). Selain itu keadaan alam sudah tidak seliar dan selabil Zaman Batu Tua.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan dari Zaman Batu Tua pada Zaman Batu Madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan sehingga memunculkan corak tertentu. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah, yaitu benda pecah belah yang dibuat dari tanah liat yang dibakar.
• Kebudayaan Tulang Sampung
Banyak alat-alat batu dan tulang dari Zaman Batu Madya ditemukan di *abris sous roche, yaitu gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Alat-alat Mesolitikum yang ditemukan berupa alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Karena sebagian besar alat yang ditemukan terletak di Gua Lawa, dekat Sampung maka disebut dengan kebudayaan Tulang Sampung.
• Kebudayaan Toala
Selama tahun 1893-1896 dua orang berkebangsaan Swiss, bernama Fritz Sarasin dan Paul Sarasin melakukan penelitian di gua-gua Lumancong, Sulawesi Selatan yang masih didiami oleh suku Bangsa Toala. Mereka berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Mereka memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolitikum yang berlangsung sekitar tahun 3000-1000 SM.
• Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra
Di sepanjang pesisir Sumatra Timur Laut antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari Zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang kjokkenmoddinger yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Bersamanya ditemukan juga :
Pebble (kapak genggam Sumatra)
Hache courte (kapak pendek)
Batu-batu penggiling
Alu dan lesung batu
Pisau batu
2) Manusia pendukung
Pendukung kebudayaan Mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang Sumatra.
3) Kehidupan Sosial
Sebagian manusia pendukung kebudayaan Mesolitikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi sebagian dari mereka sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Ada pula yang hidup di pesisir dengan menangkap ikan, siput dan kerang.
4) Seni Lukis
Lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua di Eropa, Afrika, dan sebagian Asia berasal dari zaman Paleolithikum. Di Indonesia sendiri lukisan-lukisan itu baru ada pada zaman Mesolithikum. Kegiatan menggambar pada dinding-dinding gua dilakukan ketika mereka mulai hidup menetap di gua-gua dengan alat batu dan tulang .
5) Kepercayaan
Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum) *
Perkembangan kebudayaan pada Zaman Batu Muda sudah sangat maju daripada zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto-melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang dipergunakan pada Zaman Batu Muda sudah sangat halus pembuatannya karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :
Kapak Persegi
Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Von Heine Geldern, yaitu kapak yang berbentuk memanjang dengan penampangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Kapak Lonjong
Kapak Lonjiong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai kemudian diikat menyiku.
Gerabah
Gerabah pada Zaman Batu Muda memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Untuk keperluan sehari-hari, rumah tangga atau untuk keperluan upacara. Gerabah ini banyak ditemukan di lapisanteratas bukit-bukit kerang Sumatra.
2) Manusia Pendukung
Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada Zaman Neolitikum bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka berasal dari ras Proto Melayu yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM.
3) Kehidupan Sosial Budaya
Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada Zaman Batu Muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik, yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan dan dari kehidupan berpindah-pindah menjadi kehidupan menetap. Manusia pada Zaman Batu Muda cenderung bertempat tinggal di dekat sumber air.
4) Kepercayaan
Masyarakat Zaman Neolitikum memeprcayai adanya kekuatan di luar kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan animisme yaitu kepercayaan adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib dan dinamisme yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan ruh.
4. *Megalitikum
Kebudayaan Megalitikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalitik ini dipergunakan sebagai sarana penghormatan dan pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan Megalitikum adalah sebagai berikut :
1) Menhir, yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dengan fungsi untuk sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang, memperingati seseorang, dan tempat menampung kedatangan roh.
2) Punden Berundak, bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat (undak-undak)
3) Dolmen, meja batu sebagai tempat sesaji
4) Kubur peti batu, peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisa-sisanya dibuat dari lempengan-lempengan batu.
5) Sarkofagus atau keranda, peti jenazah yang berbentuk seperti palung atau lesung yang mempunyai tutup.
6) Waruga, peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah.
7) Arca, arca-arca Megalitik banyak ditemukan di Sumatra Selatan dan diteliti oleh Von Heine Gelden. Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang.
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tua berlangsung selama Kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sangat lambat akibat keadaan alam yang masih sangat liar dan labil.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada Zaman Batu Tua masih sangat kasar sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan Zaman Batu Tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Kebudayaan Pacitan
Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di sungai Baksosko, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, kapak perimbas,kapak penetak, pahat genggam dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).
b) Kebudayaan Ngandong
Alat-alat Zaman Batu Tua dari Ngandong, dekat Ngawi Jawa Timur berupa kapak-kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Di samping itu ditemukan pula alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alaat dari tulang tersebut berupa alat penusuk (belati) dan tanduk menjangan atau duri ikan pari yang diruncingkan dan digunakan sebagai mata tombak.
2) Manusia Pendukung
Zaman Batu Tua berlangsung pada Kala Pleistosen. Pada kala ini di Indonesia hidup beberapa macam manusia purba. Walaupun demikian, hanya sebagian dari mereka yang dapat dihubungkan dengan kebudayaan Zaman Batu Tua. Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecantrophus Erectus dengan alasan :
• Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus Erectus yaitu pada Pleistosen Tengah (Lapisan dan Fauna Trinil).
• Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus Erectus beserta dengan alat-alat batu serupa dengan alat batu dari Pacitan.
Sedangkan pendukung kebudayaan Ngandong yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis dengan alasan :
• Di Ngadirejo, Sambung Macan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo Soloensis
• Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo Wajakensis yaitu Pleistosen Atas.
3) Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolitik dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung Zaman Batu Tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan, hidup berpindah-pindah (nomaden) dengan pertimbangan kebutuhan akan hewan buruan dan umbi-umbian di tempat yang dituju. Oleh karena hidupnya selalu berpindah-pindah mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil.
4) Kepercayaan
Di Afrika, Eropa, dan Asia kecil pada Zaman Batu Tua sudah ditemukan bukti-bukti kepercayaan manusia kepada kekuatan alam. Sedangkan di Indonesia sendiri belum ditemukan bukti-bukti adanya kepercayaan.
2. Zaman Batu Madya (Mesolitikum) *
Zaman Batu Madya berlangsung pada kala Holosen. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung lebih cepat daripada Zaman Batu Tua. Hal ini disebabkan pendukung zaman ini adalah manusia yang cerdas (Homo Sapiens). Selain itu keadaan alam sudah tidak seliar dan selabil Zaman Batu Tua.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan dari Zaman Batu Tua pada Zaman Batu Madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan sehingga memunculkan corak tertentu. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah, yaitu benda pecah belah yang dibuat dari tanah liat yang dibakar.
• Kebudayaan Tulang Sampung
Banyak alat-alat batu dan tulang dari Zaman Batu Madya ditemukan di *abris sous roche, yaitu gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Alat-alat Mesolitikum yang ditemukan berupa alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Karena sebagian besar alat yang ditemukan terletak di Gua Lawa, dekat Sampung maka disebut dengan kebudayaan Tulang Sampung.
• Kebudayaan Toala
Selama tahun 1893-1896 dua orang berkebangsaan Swiss, bernama Fritz Sarasin dan Paul Sarasin melakukan penelitian di gua-gua Lumancong, Sulawesi Selatan yang masih didiami oleh suku Bangsa Toala. Mereka berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Mereka memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolitikum yang berlangsung sekitar tahun 3000-1000 SM.
• Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra
Di sepanjang pesisir Sumatra Timur Laut antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari Zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang kjokkenmoddinger yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Bersamanya ditemukan juga :
Pebble (kapak genggam Sumatra)
Hache courte (kapak pendek)
Batu-batu penggiling
Alu dan lesung batu
Pisau batu
2) Manusia pendukung
Pendukung kebudayaan Mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang Sumatra.
3) Kehidupan Sosial
Sebagian manusia pendukung kebudayaan Mesolitikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi sebagian dari mereka sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Ada pula yang hidup di pesisir dengan menangkap ikan, siput dan kerang.
4) Seni Lukis
Lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua di Eropa, Afrika, dan sebagian Asia berasal dari zaman Paleolithikum. Di Indonesia sendiri lukisan-lukisan itu baru ada pada zaman Mesolithikum. Kegiatan menggambar pada dinding-dinding gua dilakukan ketika mereka mulai hidup menetap di gua-gua dengan alat batu dan tulang .
5) Kepercayaan
Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum) *
Perkembangan kebudayaan pada Zaman Batu Muda sudah sangat maju daripada zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto-melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.
1) Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang dipergunakan pada Zaman Batu Muda sudah sangat halus pembuatannya karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :
Kapak Persegi
Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Von Heine Geldern, yaitu kapak yang berbentuk memanjang dengan penampangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Kapak Lonjong
Kapak Lonjiong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai kemudian diikat menyiku.
Gerabah
Gerabah pada Zaman Batu Muda memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Untuk keperluan sehari-hari, rumah tangga atau untuk keperluan upacara. Gerabah ini banyak ditemukan di lapisanteratas bukit-bukit kerang Sumatra.
2) Manusia Pendukung
Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada Zaman Neolitikum bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka berasal dari ras Proto Melayu yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM.
3) Kehidupan Sosial Budaya
Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada Zaman Batu Muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik, yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan dan dari kehidupan berpindah-pindah menjadi kehidupan menetap. Manusia pada Zaman Batu Muda cenderung bertempat tinggal di dekat sumber air.
4) Kepercayaan
Masyarakat Zaman Neolitikum memeprcayai adanya kekuatan di luar kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan animisme yaitu kepercayaan adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib dan dinamisme yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan ruh.
4. *Megalitikum
Kebudayaan Megalitikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalitik ini dipergunakan sebagai sarana penghormatan dan pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan Megalitikum adalah sebagai berikut :
1) Menhir, yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dengan fungsi untuk sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang, memperingati seseorang, dan tempat menampung kedatangan roh.
2) Punden Berundak, bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat (undak-undak)
3) Dolmen, meja batu sebagai tempat sesaji
4) Kubur peti batu, peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisa-sisanya dibuat dari lempengan-lempengan batu.
5) Sarkofagus atau keranda, peti jenazah yang berbentuk seperti palung atau lesung yang mempunyai tutup.
6) Waruga, peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah.
7) Arca, arca-arca Megalitik banyak ditemukan di Sumatra Selatan dan diteliti oleh Von Heine Gelden. Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang.
II. *Zaman Logam (Zaman Perunggu) *
Pada zaman logam ini, penduduk Nusantara telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam).
1) Hasil-hasil kebudayaan
Hasil-hasil kebudayaan dari Zaman Logam berupa :
Kapak Corong (Kapak Sepatu), kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang berguna untuk memasukkan tangkai kayu.
Nekara, genderang besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya.
Bejana Perunggu, berbentuk bulat panjang
Arca Perunggu, berupa arca manusia dan binatang dalam berbagai bentuk
Benda-benda perunggu, perhiasan (cincin dan gelang), senjata serta alat-alat lain.
Benda-benda besi, berbeda dengan benda perunggu, penemuan benda-benda besi jumlahnya terbatas dan sering kali ditemukan sebagai bekal kubur.
Gerabah, gerabah pada zaman logam mencapai tingkat yang lebih maju dengan ragam hiasnya yang lebih kaya.
2) Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan pada Zaman Logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik :
Bivalve (Setangkap), menggunakan 2 cetakan yang dapat ditangkapkan (dirapatkan)
A cire Perdue (Cetakan Lilin), diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya dan dihias dengan berbagai pola hias.
3) Manusia Pendukung
Pendukung Utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu dengan membawa kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.
4) Kehidupan Sosial Budaya
Pada Zaman Logam manusia di Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai.Mereka hidup dalam perkampungan-perkampungan yang makin teratur dan terpimpin. Mata pencaharian mereka adalah dengan bertani dan berladang. Sejalan dengan kemajuan, maka tata susunan masyarakat semakin kompleks. Pembuatan alat-alat dari logam mendorong adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian.
5) Pelayaran
Pengetahuan manusia pada Zaman Logam dalam berbagai bidang meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan (astronomi) dan iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran.
Pada zaman logam ini, penduduk Nusantara telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam).
1) Hasil-hasil kebudayaan
Hasil-hasil kebudayaan dari Zaman Logam berupa :
Kapak Corong (Kapak Sepatu), kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang berguna untuk memasukkan tangkai kayu.
Nekara, genderang besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya.
Bejana Perunggu, berbentuk bulat panjang
Arca Perunggu, berupa arca manusia dan binatang dalam berbagai bentuk
Benda-benda perunggu, perhiasan (cincin dan gelang), senjata serta alat-alat lain.
Benda-benda besi, berbeda dengan benda perunggu, penemuan benda-benda besi jumlahnya terbatas dan sering kali ditemukan sebagai bekal kubur.
Gerabah, gerabah pada zaman logam mencapai tingkat yang lebih maju dengan ragam hiasnya yang lebih kaya.
2) Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan pada Zaman Logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik :
Bivalve (Setangkap), menggunakan 2 cetakan yang dapat ditangkapkan (dirapatkan)
A cire Perdue (Cetakan Lilin), diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya dan dihias dengan berbagai pola hias.
3) Manusia Pendukung
Pendukung Utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu dengan membawa kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.
4) Kehidupan Sosial Budaya
Pada Zaman Logam manusia di Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai.Mereka hidup dalam perkampungan-perkampungan yang makin teratur dan terpimpin. Mata pencaharian mereka adalah dengan bertani dan berladang. Sejalan dengan kemajuan, maka tata susunan masyarakat semakin kompleks. Pembuatan alat-alat dari logam mendorong adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian.
5) Pelayaran
Pengetahuan manusia pada Zaman Logam dalam berbagai bidang meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan (astronomi) dan iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran.
S1
Kehidupan awal di Indonesia dibagi dalam 2 zaman, yaitu …
S2
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong berlangsung di zaman …
S3
Von Koenigswald melakukan penelitian Kebudayaan Pacitan di tahun …
S4
Homo Soloensis dan Pithecanthropus Erectus hidup di zaman …
S5
Kebudayaan Tulang Sampang dan Toala adalah peninggalan budaya pada zaman …
S6
Fritz dan Paul Sarasin adalah dua bersaudara peneliti kebudayaan Toala yang berasal dari …
S7
Ras Papua Melanesoid adalah manusia pendukung di zaman …
S8
Kehidupan di zaman Batu Muda banyak dipengaruhi oleh gelombang perpindahan dari …
S9
Berikut adalah hasil kebudayaan di Zaman Logam kecuali …
S10
Bukti dari kemajuan budaya di Zaman Logam adalah …