Pengertian Difraksi dan Polarisasi Cahaya

Pengertian Difraksi dan Polarisasi CahayaPada topik sebelumnya, kalian telah belajar tentang interferensi Young dan lapisan tipis. Interferensi terjadi saat cahaya dilewatkan pada celah sempit. Ternyata ada satu proses yang terjadi di dalamnya, yaitu proses pembelokan cahaya atau difraksi. Nah pada topik ini, kalian akan belajar lebih lanjut tentang difraksi dan polarisasi cahaya.

Pengertian Difraksi dan Polarisasi Cahaya
Pengertian Difraksi dan Polarisasi Cahaya

A. Difraksi Cahaya

Difraksi adalah peristiwa pembelokan atau penyebaran gelombang saat melewati celah sempit, dalam hal ini adalah gelombang cahaya. Lalu apa bedanya dengan interferensi? Interferensi terjadi saat gelombang yang terdifraksi saling berpadu, sehingga membentuk pola gelap dan terang. Secara umum, difraksi dibagi menjadi dua macam, yaitu difraksi celah tunggal dan celah majemuk.

1. Difraksi celah tunggal

Salah satu jenis difraksi celah tunggal adalah difraksi Franhoufer. Difraksi ini memiliki sumber cahaya dan layar yang jauh tak hingga, sehingga muka gelombangnya dianggap sinar datar, bukan lagi sferis. Perhatikan skema difraksi berikut ini.
Sinar datang yang memiliki panjang gelombang λ melewati celah sempit d. Interferensi sinar-sinar tersebut akan membentuk pola gelap dan terang pada layar. Interferensi terbentuk karena ada beda lintasan sinar. Pada gambar di atas, beda lintasannya d2sinθ. Jika beda lintasan yang terbentuk 12λ, maka akan terbentuk perlemahan sinar atau interferensi minimum, sehingga muncul pola gelap pada layar.
a. Pola gelap terbentuk jika memenuhi persamaan berikut.
dsinθ = nλ, dengan n = 1, 2, 3, ...
b. Pola terang terbentuk jika memenuhi persamaan berikut.
dsinθ = (n - 12)λ, dengan n = 1, 2, 3, ...

2. Difraksi celah majemuk

Difraksi celah majemuk ini terjadi saat sinar dilewatkan melalui kisi atau celah yang sangat banyak, sehingga pola gelap dan terang yang teramati akan semakin banyak pula. Celah yang digunakan biasanya berorde 1000 celah/mm. Bisa kalian bayangkan, betapa sempitnya celah yang digunakan. Secara matematis, lebar celahnya dirumuskan sebagai berikut.

d=1N 

Keterangan:
d = lebar celah (m); dan
N = banyaknya celah dalam kisi per mm.
a. Pola terang terbentuk jika memenuhi persamaan berikut.
dsinθ = nλ, dengan n = 1, 2, 3, ....
b. Pola gelap terbentuk jika memenuhi persamaan berikut.
dsinθ = (n - 12)λ, dengan n = 1, 2, 3, ....

B. Polarisasi Cahaya

Polarisasi adalah perisiwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang saat melewati polarisator. Jika difraksi dan interferensi dapat terjadi pada gelombang transversal maupun longitudinal, maka tidak demikian untuk polarisasi. Polarisasi hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya, contohnya cahaya. Secara umum, polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat hal, yaitu pembiasan atau pemantulan, pembiasan ganda (bias kembar), absorpsi selektif, dan hamburan.

1. Polarisasi akibat pembiasan dan pemantulan

Benda yang memiliki permukaan bening atau transparan dapat membiaskan dan memantulkan sinar. Saat sinar pantul tegak lurus dengan sinar bias, akan terbentuk polarisasi. Polariasi maksimum akan menghasilkan sudut Bewster, yaitu sudut datang dan sudut pantul. Secara matematis, persamaan sudut Bewster dirumuskan sebagai berikut.

n=tanip 

Keterangan:
n = indeks bias reaktif bahan polarisator terhadap udara; dan
ip = sudut Bewster.

2. Polarisasi akibat pembiasan ganda

Beberapa kristal kalsit memiliki keunikan tersendiri saat ditembakkan sinar padanya. Kristal tersebut akan membiasakan satu sinar datang menjadi sinar bias biasa dan sinar bias luar biasa. Polarisasi terjadi saat tegak lurus sinar luar biasa tersebut.

3. Polariasasi akibat absorpsi selektif

Polarisasi dapat dideteksi oleh alat yang bernama polaroid. Polaroid ini terdiri dari susunan molekul yang saling terhubung. Di dalamnya, polaroid disusun oleh keping polarisator dan keping analisator. Ketika seberkas cahaya melewati polaroid, salah satu komponen penyusunnya akan hilang, sehingga intensitas akhirnya dirumuskan sebagai berikut.

I1=12I0 

I2=I1cosθ 

Keterangan:
I = intensitas akhir; dan
I0 = intensitas mula-mula.

4. Polarisasi akibat hamburan

Polarisasi akibat hamburan ini terjadi pada langit yang senantiasa berwarna biru dan terbentuknya mega warna merah saat matahari tenggelam.

Contoh Soal

Polarisasi cahaya menghasilkan sudut Bewster 50o. Berapakah indeks bias polarisator terhadap udaranya? (sin 50o = 0,766 dan cos 50o = 0,643)
Penyelesaian
Diketahui: ip = 50o
Ditanyakan: n?
Jawab:

n=tanip 

n=tanipn=sinipcosip 

n=sinipcosip=sin50ocos50o=1,19 

Jadi, indeks bias polarisator terhadap udara adalah 1,19.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel