Contoh Soal Membandingkan Unsur Intrinsik Hikayat, Novel Indonesia, dan Terjemahan
Contoh Soal Membandingkan Unsur Intrinsik Hikayat, Novel Indonesia, dan Terjemahan - Ditinjau dari sisi perkembangan sastra, karya-karya sastra di Indonesia atau Nusantara ini secara garis besar terbagai menjadi dua, yaitu karya sastra lama dan karya sastra baru atau modern. Salah satu hasil karya sastra lama berbentuk prosa adalah hikayat.
Hikayat berasal dari Arab. Mulai dikenal di Nusantara ini sejak masuknya ajaran agama Islam di Indonesia. Hikayat mirip dengan dongeng, penuh dengan khayalan. Biasanya berisi cerita kehidupan di kalangan istana atau lingkungan raja-raja.
Ciri khas hikayat adalah ceritanya bersifat istana sentris, anonim (tanpa nama penulis), komunal, statis, diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut, dan banyak dipengaruhi oleh sastra Arab.
Bentuk karya prosa yang mirip hikayat hasil karya sastra modern adalah novel. Sebagai karya fiksi (rekaan) novel pada umumnya menceritakan kejadian luar biasa pada diri tokoh-tokohnya yang ditandai dengan adanya perubahan nasib.
Dari pemahaman unsur intrinsik pada pembelajaran topik yang lalu kalian gunakan untuk membandingkan unsur-unsur intrinsik karya hikayat dengan unsur intrinsik karya novel. Yang paling utama harus Anda lakukan setelah membaca kedua bentuk karya sastra itu adalah mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada kedua karya tersebut.
Di samping terdapat perbedaan pada dasarnya kedua bentuk karya sastra itu memiliki unsur kesamaan, yaitu keduanya terbangun dengan unsur-unsur intrinsik tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Hasil pembandingan dari kedua bentuk karya sastra ini secara material dapat menunjukkan kesamaan, dapat pula menunjukkan perbedaan. Unsur latar misalnya, tempat, waktu, dan situasi yang dipaparkan dalam cerita tersebut ada kemungkinan sama dan kemungkinan berbeda.
Ciri khas hikayat adalah ceritanya bersifat istana sentris, anonim (tanpa nama penulis), komunal, statis, diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut, dan banyak dipengaruhi oleh sastra Arab.
Bentuk karya prosa yang mirip hikayat hasil karya sastra modern adalah novel. Sebagai karya fiksi (rekaan) novel pada umumnya menceritakan kejadian luar biasa pada diri tokoh-tokohnya yang ditandai dengan adanya perubahan nasib.
Dari pemahaman unsur intrinsik pada pembelajaran topik yang lalu kalian gunakan untuk membandingkan unsur-unsur intrinsik karya hikayat dengan unsur intrinsik karya novel. Yang paling utama harus Anda lakukan setelah membaca kedua bentuk karya sastra itu adalah mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada kedua karya tersebut.
Di samping terdapat perbedaan pada dasarnya kedua bentuk karya sastra itu memiliki unsur kesamaan, yaitu keduanya terbangun dengan unsur-unsur intrinsik tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Hasil pembandingan dari kedua bentuk karya sastra ini secara material dapat menunjukkan kesamaan, dapat pula menunjukkan perbedaan. Unsur latar misalnya, tempat, waktu, dan situasi yang dipaparkan dalam cerita tersebut ada kemungkinan sama dan kemungkinan berbeda.
Adapun unsur-unsur intrinsik yang bisa kalian bandingkan adalah sebagai berikut.
a. Tema: Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar inilah penulis memanfaatkannya untuk pengembangan cerita.
b. Alur: Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Jalan cerita dibagi menjadi;
1) Pengenalan situasi (exposition).
2) Pengungkapan peristiwa (complication).
3) Menuju konflik (rising action).
4) Puncak konflik (turning point/klimaks).
5) Penyelesaian (ending).
c. Latar: Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita dalam novel. Latar bisa bersifat faktual (sesuai latar nyata) dan imajiner (latar khayalan penulis).
Latar/setting dapat kita bagi dalam 3 bagian, yaitu :
1) Latar waktu : waktu terjadinya peristiwa (jam, menit, detik, pagi, siang, sore, malam dan lainnya).
2) Latar tempat : tempat terjadinya peristiwa (rumah, kantor, taman, kendaraan, dan lainnya).
3) Latar suasana : suasana terjadinya peristiwa (bahagia, senang, sedih, dan lainnya).
d. Penokohan: Penokohan adalah nama-nama para pelaku beserta watak, perilaku, dan karakternya. Penokohan merupakan cara penulis mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Berikut teknik menggambarkan karakter seorang tokoh:
1) Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh penulis.
2) Teknik dramatik, karakter dikemukakan dengan cara:
a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh,
b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh,
c) Penggambaran tata kebahasaan tokoh,
d) Pengunglapan jalan pikiran tokoh,
e) Penggambaran oleh tokoh lain.
e. Sudut Pandang: Sudut pandang adalah cara penulis novel menceritakan kisahnya atau posisi penulis dalam membawakan cerita. Sudut pandang berkaitan dengan penggunaan kata ganti dalam bercerita oleh penulis. Posisi penulis terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Berperan sebagi orang pertama,
2) Berperan sebagai orang ketiga sebagai pengamat.
f. Gaya Bahasa: Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang memperlihatkan hubungan dan interaksi antar tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasan, seperti adegan seram, peperangan, percintaan, kecemasan, maupun harapan.
g. Amanat: Amanat adalah pesan yang terkandung dalam novel. Amanat merupakan pesan didaktis atau ajaran moral yang hendak disampaikan penulis. Amanat ini bentuknya tersirat dan disembunyikan penulis.
b. Alur: Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Jalan cerita dibagi menjadi;
1) Pengenalan situasi (exposition).
2) Pengungkapan peristiwa (complication).
3) Menuju konflik (rising action).
4) Puncak konflik (turning point/klimaks).
5) Penyelesaian (ending).
c. Latar: Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita dalam novel. Latar bisa bersifat faktual (sesuai latar nyata) dan imajiner (latar khayalan penulis).
Latar/setting dapat kita bagi dalam 3 bagian, yaitu :
1) Latar waktu : waktu terjadinya peristiwa (jam, menit, detik, pagi, siang, sore, malam dan lainnya).
2) Latar tempat : tempat terjadinya peristiwa (rumah, kantor, taman, kendaraan, dan lainnya).
3) Latar suasana : suasana terjadinya peristiwa (bahagia, senang, sedih, dan lainnya).
d. Penokohan: Penokohan adalah nama-nama para pelaku beserta watak, perilaku, dan karakternya. Penokohan merupakan cara penulis mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Berikut teknik menggambarkan karakter seorang tokoh:
1) Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh penulis.
2) Teknik dramatik, karakter dikemukakan dengan cara:
a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh,
b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh,
c) Penggambaran tata kebahasaan tokoh,
d) Pengunglapan jalan pikiran tokoh,
e) Penggambaran oleh tokoh lain.
e. Sudut Pandang: Sudut pandang adalah cara penulis novel menceritakan kisahnya atau posisi penulis dalam membawakan cerita. Sudut pandang berkaitan dengan penggunaan kata ganti dalam bercerita oleh penulis. Posisi penulis terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Berperan sebagi orang pertama,
2) Berperan sebagai orang ketiga sebagai pengamat.
f. Gaya Bahasa: Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang memperlihatkan hubungan dan interaksi antar tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasan, seperti adegan seram, peperangan, percintaan, kecemasan, maupun harapan.
g. Amanat: Amanat adalah pesan yang terkandung dalam novel. Amanat merupakan pesan didaktis atau ajaran moral yang hendak disampaikan penulis. Amanat ini bentuknya tersirat dan disembunyikan penulis.
S1
Perbedaan yang mencolok antara hikayat dan novel dari isi cerita, hikayat pada umumnya menceritakan kehidupan raja-raja atau lingkungan istana, sedangkan novel menceritakan ....
S2
Kutipan 1) Hikayat Sri Rama
Maka Sri Rama pun bertanya, "Hai burung, adakah engkau lihat istriku dilarikan orang?"
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Kutipan 2) Novel Tiba-Tiba Malam
Di atas kapal Sunatha bertemu lagi dengan kapten yang dulu itu. Lelaki itu masih mengenalnya. Mereka salam-salaman sebagai dua sahabat
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
Unsur intrinsik yang menunjukkan kesamaan kedua kutipan tersebut adalah cara penggambaran tokoh. Penggambaran tokoh itu telah dilakukan ...
S3
Kutipan 1) Hikayat Sri Rama
Maka Sri Rama pun bertanya, "Hai burung, adakah engkau lihat istriku dilarikan orang?"
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Kutipan 2) Novel Tiba-Tiba Malam
Di atas kapal Sunatha bertemu lagi dengan kapten yang dulu itu. Lelaki itu masih mengenalnya. Mereka salam-salaman sebagai dua sahabat
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
Karakter tokoh burung jantan pada Hikayat Sri Rama sangat bertolak belakang dengan karakter tokoh Kapten pada novel Tiba-Tiba Malam yaitu ....
S4
Kutipan 1) Hikayat Sri Rama
Maka Sri Rama pun bertanya, "Hai burung, adakah engkau lihat istriku dilarikan orang?"
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Sahut burung jantan itu, "Engkaukah yang bernama Sri Rama? Aku dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara, perempuan seorang; lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang dengan saudaramu tiadalah dapat memeliharakan binimu seorang itu."
Maka kata Sri Rama, "Hai burung jantan, tiadalah kasihanmu akan daku melihat serupa ini, maka engkau berkata garang ini. Aku pinta kepada Dewata Mulia Raya, semoga-moga binimu lenyap daripada mata engkau, tiadalah engkau lihat dia hampir dengan engkau."
Maka dengan takdir Dewata Mulia Raya, pada tatkala itu juga burung jantan itu pun butalah dan bininya yang empat ekor itu pun duduk di sisinya, tiadalah dilihatnya lagi.
Kutipan 2) Novel Tiba-Tiba Malam
Di atas kapal Sunatha bertemu lagi dengan kapten yang dulu itu. Lelaki itu masih mengenalnya. Mereka salam-salaman sebagai dua sahabat
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
"Mana Pak Guru yang pintar nyanyi?"
“Apa kabar, Pak Guru?”
“Baik, Kapten.”
"Tidak ikut."
"Kerasan di sana?"
Sunatha tertawa. Kapten itu kemudian mengundangnya makan.
"Saya sangat tertarik pada orang yang jadi guru, percaya tidak?"
"Kenapa Kapten?"
"Karena Saudaralah yang sebenarnya menentukan apakah sebuah generasi akan baik atau tidak. Saya sendiri hampir saja jadi sampah kalau guru saya tidak ikut campur, padahal itu bukan urusan dia. Saudara ini orang-orang penting, tetapi Saudara sendiri tidak bisa menikmati kedudukan Saudara seperti orang-orang penting yang lain."
Sunatha menelan beberapa potong daging. la hanya tersenyum.
"Saya sendiri bukan guru yang baik."
"Tapi saya yakin Saudara guru yang baik."
Ada kemiripan dalam mengangkat permasalahan menjadi tema dari kedua kutipan cerita tersebut yaitu ....
S5
Perempuan itu pun membukakan matanya, karena ia mendengar suara anaknya yang kecil itu memanggil ibu. "Belumkah ibu lapar?" tanya anak itu, seraya duduk dekat bantal emaknya. "Anakku sudah makan?" tanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang. "Sudah Mak; Kak Riam memberi saya sayur... kol direbus. Enak Mak, enak. Makanlah Mak! Kak Riam bawa nasi untuk Mak, itu dia sudah datang," kata budak itu, sambil berbaring dekat ibunya.
Sengsara Membawa Nikmat karya Merari Siregar
Sengsara Membawa Nikmat karya Merari Siregar
Pendeskripsian “Mariamin” sebagai orang baik dalam kutipan novel di atas melalui ....
S6
Dia memacu kudanya dengan sombong dan merasa bangga dengan kudanya itu. Dia tidak melihat kepada seorangpun karena perasaan hebat dan sombongnya, serta perasaan ujub dan bangganya. Tiba-tiba dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Orang itu memberi salam kepada sang raja, tetapi raja itu tidak membalas salamnya. Orang itu kemudian memegang tali kekang kuda sang raja. Kemudian raja itu berkata: "Lepaskan tanganmu dari tali kekang kuda ini. Engkau tidak tahu tali kekang kuda siapa yang engkau pegang!" Orang itu berkata, "Aku mempunyai keperluan denganmu".
Etika Berkuasa karya Imam Al-Ghazali
Etika Berkuasa karya Imam Al-Ghazali
Bagaimanakah perilaku tokoh raja sesuai kutipan hikayat di atas....
S7
Datanglah Iblis kepada Barshisha menanyakan tentang nasib malangnya. Barshisha menjawab” inilah akibat yang menimpa mengikut teman yang jahat. ”iblis telah berkata kepada Barshisha ” Aku telah membelamu selama 220 tahun hingga engkau akhirnya disula, dan sekiranya aku mahu aku boleh membebaskan engkau.” Barshisha menjawab : “Ya, aku mahu dibebaskan dan aku akan beri apa yang engkau mahukan.” Iblis berkata : ”Engkau sujud kepadaku.
Barshisha menjawab : ”Bagaimana aku hendak sujud sedangkan aku disula dipalang kayu ?” Iblis berkata : ”Sujud dengan memberi isyarat. Maka barshisha pun sujud dengan isyarat kepalanya. Dengan itu Barshisha pun telah menjadi kafir. Wal’iyadzubillah. Setelah menjadi kafir Iblis berkata kepadanya” Sekarang aku berlepas tangan darimu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin.
Hikayat barbisha
Barshisha menjawab : ”Bagaimana aku hendak sujud sedangkan aku disula dipalang kayu ?” Iblis berkata : ”Sujud dengan memberi isyarat. Maka barshisha pun sujud dengan isyarat kepalanya. Dengan itu Barshisha pun telah menjadi kafir. Wal’iyadzubillah. Setelah menjadi kafir Iblis berkata kepadanya” Sekarang aku berlepas tangan darimu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin.
Hikayat barbisha
Amanat dalam kutipan hikayat tersebut adalah ...
S8
Sudah saya terima surat sahabat yang terkirim dalam bulan yang lalu. Mula-mula saya sangat bersedih hati sebab semenjak kita bercerai di Jeddah, tak pernah saya menerima surat lagi daripada engkau. Tetapi setelah surat itu saya terima saya baca, hilanglah sedih dan duka saya, nyata bahawa engkau tidak melupakan saya.
Di bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka
Di bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka
Amanat kutipan novel di atas adalah ....
S9
Tentu saja Edward dan Alice bukan saudara kandung (di Forks ceritanya adalah, semua anak keluarga Cullen diadopsi dr. Carlisle Cullen dan istrinya, Esme, karena keduanya jelas terlalu muda untuk mempunyai anak remaja), tapi mereka sama-sama berkulit putih pucat, mata mereka juga sama-sama memiliki secercah warna keemasan yang aneh, dengan bayangan gelap menyerupai memar di bawahnya. Wajah Alice sama seperti Edward, juga sangat indah. Bagi orang yang tahu—seperti aku—kemiripan itu menunjukkan siapa mereka sesungguhnya.
New Moon karya Stephenie Meyer
New Moon karya Stephenie Meyer
Unsur intrinsik yang paling dominan dari kutipan novel di atas adalah ....
S10
(1)Dia membalik laporan ke halaman dua, melihat laporan itu masih panjang, lalu menyerah. (2)Seraya meregangkan lengan di atas kepala, dia melihat ke sekeliling kantornya dengan pilu. (3)Kantornya bagus, dengan perapian pualam indah menghadap ke jendela-jendela panjang berbingkai, yang sekarang tertutup rapat gara-gara hawa dingin yang aneh. (4)Dengan sedikit bergidik Perdana Menteri bangkit dan berjalan ke jendela, memandang kabut yang berkumpul dan menekan jendela. (5)Saat itulah, ketika berdiri membelakangi ruangan, dia mendengar batuk pelan di belakangnya.
Harry Potter Pangeran Berdarah Campuran karya J.K Rowling
Harry Potter Pangeran Berdarah Campuran karya J.K Rowling
Pendeskripsian latar tempat dalam kutipan novel di atas terdapat pada kalimat ....