Contoh Soal Citraan dalam Puisi
Contoh Soal Citraan dalam Puisi - Saat membahas isi puisi, kita dapat menemukan makna puisi melalui citraan penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Citraan itu terlihat dari kata-kata yang disusun berdasarkan pengalaman sensorik penyair dan seolah-olah menciptakan sesuatu yang hidup, yaitu dapat didengar, dilihat, atau dirasakan oleh pembaca Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah isi puisi berikut ini.
Ada beberapa citraan dalam puisi, yaitu sebagai berikut.
1. Citraan visual atau penglihatan
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indra penglihatan. Gambaran tersebut memberi kesan terhadap sesuatu yang tidak terlihat tetapi seolah-olah terlihat, misalnya pada bait puisi karya W.S. Rendra yang berjudul ”Episode”. Kami duduk berdua/di bangku halaman rumahnya/Pohon jambu di halaman itu/berbuah dengan lebatnya.
2. Citraan auditif atau pendengaran
Citraan yang menghasilkan gambaran berupa suara atau bunyi. Misalnya, sesekali didengarnya/bunyi tiang listrik dipukul orang/juga lolong anjing tengah malam (”Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun”, Soni Farid Maulana).
3. Citraan taktil (cita rasa)
Citraan yang memberikan kesan terhadap indera peraba yang kita miliki termasuk perasaan. Misalnya, dingin jari kakiku di atas rerumputan/dingin angin malam ditafsir detik jam/dingin matamu layak sms sukar dibuka sukar dibaca (”Nguyung”, Soni Farid Maulana)
4. Citraan gerak
Citraan yang memberikan gambaran terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak. Gambaran gerak tersebut berasal dari gerakan tubuh atau suatu hal sehingga kita dapat merasakan atau melihat gerakan tersebut. Misalnya, Dan kita berjalan di antara deburan ombak, menyusur pantai dan gang-gang/Kita turun ke dalam gelap, dan kita mengendap-ngendap/Berjalan di antara gelap dan gelap (”Laut”, Sanento Yuliman)
5. Citraan penciuman
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indera pencium. Misalnya, Bau mulut busuk bagaikan bangkai!/Bah!/Inikah yang dinamakan dunia (”Melaut Benciku”, Amal Hamzah)
6. Citraan pengecapan
Citraan yang memberikan gambaran atau kesan terhadap indera pengecap. Misalnya, Orang-orang kampung mengenalnya/terkecap pahitnya tembakau (”Gerilya”, W.S. Rendra)
Setelah membaca puisi tersebut, kita dapat membayangkan isi puisi yang menceritakan keadaan samudera biru yang membentang, langit dan awan yang takjub, hingga keluasan angin. Kita dapat membayangkan isi puisi tersebut dengan citraan visual atau penglihatan dan citraan taktil (peraba atau perasaan). Kita dapat memvisualisasikan dan merasakannya dengan memahami susunan kata yang menciptakan citraan tersebut.
Pencitraan disebut pula pengimajian. S. Effendi menyatakan bahwa pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai cara penyair untuk berusaha menciptakan dan menggugah imaji pembaca, sehingga pembaca memiliki keinginan untuk menggunakan hatinya dalam melihat berbagai benda, warna, telinga untuk mendengar berbagai bunyi dan perasaan hati yang menyentuh keindahan dan kesejukan benda serta warna (Waluyo, 1995: 80-81). Dengan kata lain, citraan dapat diartikan sebagai kesan atau angan yang pembaca rasakan setelah membaca susunan kata atau kalimat dalam puisi.
Pencitraan disebut pula pengimajian. S. Effendi menyatakan bahwa pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai cara penyair untuk berusaha menciptakan dan menggugah imaji pembaca, sehingga pembaca memiliki keinginan untuk menggunakan hatinya dalam melihat berbagai benda, warna, telinga untuk mendengar berbagai bunyi dan perasaan hati yang menyentuh keindahan dan kesejukan benda serta warna (Waluyo, 1995: 80-81). Dengan kata lain, citraan dapat diartikan sebagai kesan atau angan yang pembaca rasakan setelah membaca susunan kata atau kalimat dalam puisi.
Ada beberapa citraan dalam puisi, yaitu sebagai berikut.
1. Citraan visual atau penglihatan
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indra penglihatan. Gambaran tersebut memberi kesan terhadap sesuatu yang tidak terlihat tetapi seolah-olah terlihat, misalnya pada bait puisi karya W.S. Rendra yang berjudul ”Episode”. Kami duduk berdua/di bangku halaman rumahnya/Pohon jambu di halaman itu/berbuah dengan lebatnya.
2. Citraan auditif atau pendengaran
Citraan yang menghasilkan gambaran berupa suara atau bunyi. Misalnya, sesekali didengarnya/bunyi tiang listrik dipukul orang/juga lolong anjing tengah malam (”Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun”, Soni Farid Maulana).
3. Citraan taktil (cita rasa)
Citraan yang memberikan kesan terhadap indera peraba yang kita miliki termasuk perasaan. Misalnya, dingin jari kakiku di atas rerumputan/dingin angin malam ditafsir detik jam/dingin matamu layak sms sukar dibuka sukar dibaca (”Nguyung”, Soni Farid Maulana)
4. Citraan gerak
Citraan yang memberikan gambaran terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak. Gambaran gerak tersebut berasal dari gerakan tubuh atau suatu hal sehingga kita dapat merasakan atau melihat gerakan tersebut. Misalnya, Dan kita berjalan di antara deburan ombak, menyusur pantai dan gang-gang/Kita turun ke dalam gelap, dan kita mengendap-ngendap/Berjalan di antara gelap dan gelap (”Laut”, Sanento Yuliman)
5. Citraan penciuman
Citraan yang memberikan gambaran terhadap indera pencium. Misalnya, Bau mulut busuk bagaikan bangkai!/Bah!/Inikah yang dinamakan dunia (”Melaut Benciku”, Amal Hamzah)
6. Citraan pengecapan
Citraan yang memberikan gambaran atau kesan terhadap indera pengecap. Misalnya, Orang-orang kampung mengenalnya/terkecap pahitnya tembakau (”Gerilya”, W.S. Rendra)
S1
Bacalah puisi berikut ini dengan saksama.
Perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
(”Perempuan-Perempuan Perkasa”, Hartojo Andang Djaja)
Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
(”Perempuan-Perempuan Perkasa”, Hartojo Andang Djaja)
Citraan yang terdapat dalam puisi tersebut adalah ....
S2
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
(”Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar)
Melintas-lintas di atas air kotor tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
(”Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar)
Citraan yang ada dalam puisi tersebut adalah ....
S3
Berikut ini puisi yang menunjukkan citraan auditif adalah ....
S4
Berikut ini citraan yang ada dalam puisi, kecuali ....
S5
Citraan yang memberikan gambaran tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak disebut citraan ....
S6
Harum madu
di mawar merah
mentari di tengah-tengah
.....
(Priangan si Jelita bagian dua dari ”Tanah Kelahiran”, Ramadhan K.H.)
di mawar merah
mentari di tengah-tengah
.....
(Priangan si Jelita bagian dua dari ”Tanah Kelahiran”, Ramadhan K.H.)
Citraan yang ada dalam puisi tersebut adalah ....
S7
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
(”Surat dari Ibu”, Asrul Sani)
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
(”Surat dari Ibu”, Asrul Sani)
Citraan yang ada pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....
S8
Sebelum matahari tinggi, naiklah ke mari, ke tebing daging kami. Angin, tulang menggigil, darah masih beku dibekap waktu. Dingin, tentu Tuan, tetapi bukankah memang dingin-- gemetar, rindu Para Pendaki?
(”Para Pendaki”, Gus tf)
(”Para Pendaki”, Gus tf)
Citraan yang ada pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....
S9
Berikut ini adalah beberapa fungsi citraan dalam puisi, kecuali ....
S10
Gula ditabur di atas mulut rakyat yang menganga
Demi pesugihan menggenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
(”Terang Bulan di Atas Comberan”, Dicky Rivaldi)
Demi pesugihan menggenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
(”Terang Bulan di Atas Comberan”, Dicky Rivaldi)
Citraan yang terdapat pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....