Dampak Sumber Energi Bagi Lingkungan

Dampak Sumber Energi Bagi Lingkungan - Saat ini negara kita Indonesia sedang mengalami musibah yang sangat memprihatinkan bahkan sampai merenggut korban jiwa. Di beberapa kota besar terutama di daerah pulau Sumatra dipenuhi kabut asap. Bahkan beberapa negara tetangga kita juga mendapat imbas akibat kiriman asap dari negara kita.

Dampak Sumber Energi Bagi Lingkungan
Dampak Sumber Energi Bagi Lingkungan

Kenapa bisa terjadi? Siapa yang seharusnya bertanggung jawab? Kenapa bisa separah ini? Mengapa penanggulangannya memakan waktu yang sangat lama? Pertanyaan ini mungkin sangat sering muncul dalam benak kita dan bisa menghadirkan beberapa opsi jawaban yang berbeda. Pada topik ini kita akan membahas dampak yang ditimbulkan oleh sumber energi yang dimanfaatkan oleh manusia.
Dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka berbanding lurus juga dengan peningkatan akan kebutuhan energi. Hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkit listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini memberi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan mahluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Berikut ini beberapa contoh dampak negatif penggunaan energi fosil bagi lingkungan:

Dampak Bagi Udara Dan Iklim

            Selain dapat menghasilkan energi, pembakaran energi fosil (minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas ke udara, antara lain;
  1. Karbon dioksida (CO2)
  2. Nitrogen oksida (NOx)
  3. Sulfur dioksida (SO2)
Dampak yang ditimbulkan oleh gas sisa pembakaran terhadap udara dan iklim berupa;

Hujan Asam


Emisi NOx adalah pelepasan gas NOx ke udara. Setengah dari konsentrasi NOxdi udara disumbangkan oleh manusia dan sisanya dari proses alami misalnya penguraian zat organik oleh mikroorganisme. Di udara sebagian gas NOx berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat mengakibatkan terjadinya hujam asam.
Emisi SO2 adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Di udara gas ini juga dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Jika awan mengandung asam pekat (HNO3danH2SO4) akibat emisi dari kedua gas tersebut dan turun hujan maka dipastikan air hujan tersebut akan bersifat asam (pH < 5,6) yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam akan berdampak negatif bagi lingkungan. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan bagi mahluk hidup di dalam air pH air berhubungan dengan populasi ikan. pH dibawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Selain itu hujan asam secara langsung dapat menyebabkan rusaknya bangunan (karat dan lapuk).

Pemanasan Global

Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan bumi selama beberapa kurun waktu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah “efek rumah kaca”. Pamanasan global terjadi akibat meningkatnya kadar gas rumah kaca (CO2,CH4,dll) di udara, gas-gas tersebut menyerap sinar matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer meningkat yang dapat mengakibatkan perubahan iklim di permukaan bumi.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida ke udara. Emisi CO2 tersebut yang dihasilkan dari sisa pembakaran sumber energi fosil menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.
Emisi CH4 adalah pelepasan gas CH4 (metana) ke udara yang berasal dari pembakaran gas bumi. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Langkah-langkah pengurangan emisi CO2 dan CH4antara lain dengan efisiensi penggunaan energi di berbagai sektor, misalnya industri, transportasi dan rumah tangga.

Smog (Asap dan Kabut)


Smog merupakan pencemaran udara berat yang terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan yang disebabkan oleh tingginya kadar NOxSO2O3 di udara yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor dan kegiatan industri. Asbut (Asap dan kabut) adalah istilah adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke and fog) dikategorikan ke dalam dua bagian:
  1. Asbut fotokimia
    Disebabkan oleh beberapa jenis hasil pembakaran bahan kimia yang dikatalisasi oleh kehadiran cahaya matahari. Asbut ini mengandung hasil oksidasi nitrogen, misalnya nitrogen dioksida ozon troposferik. Asbut fotokimia biasanya terjadi di daerah kawasan industri atau kota besar yang populasi kendaraannya padat.
  2. Asbut klasik
    Asbut yang terjadi akibat pembakaran, sama halnya seperti yang dialami oleh Indonesia khususnya daerah Pulau Sumatra dan beberapa negara tetangga akibat terbakarnya lahan perkebunan dan lahan gambut. Hasil pembakaran ini akan menghasilkan asap dan sulfur dioksida. Selain itu gunung berapi juga menyebabkan berlimpahnya sulfur dioksida di udara yang menghasilkan asbut gunung berapi atau Vog (volcanic smog, asbut vulkanis).

Dampak Terhadap Perairan


Dampak sumber energi terhadap perairan terjadi akibat adanya eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya terjadinya pencemaran pada air disebabkan oleh ulah manusia.

Dampak Terhadap Tanah


Dampak penggunaan energi pada tanah misalnya penambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan permukaan. Perlu diketahui lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, akibatnya jika lahan tersebut digunakan untuk lokasi pertambangan maka lahan itu tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk lahan pertanian atau hutan selama kurun waktu tertentu. Selain itu pertambangan permukaan dilakukan dengan membuang tanah dan batuan di atas lapisan batubara. Proses pelepasan tanah tersebut menggunakan kombinasi bahan peledak dan peralatan pertambangan dan dibuang ke lembah-lembah di dekatnya. Akibatnya lanskap akan berubah, dan sungai dapat dipenuhi dengan campuran batu dan tanah yang memungkinkan mengandung polutan yang dapat membahayakan satwa di daerah hilir.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber energi tak terbarukan selalu menyisakan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Sehingga dewasa ini digalakkan tentang penemuan sumber-sumber energi yang terbarukan yang tidak memberi dampak yang merugikan bagi alam dan tidak mengganggu kehidupan mahluk di bumi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel