Contoh Soal Perkembangan Pendidikan
Contoh Soal Perkembangan Pendidikan - Bagi masyarakat Indonesia, hakikat pendidikan sangat bermanfaat demi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, serta bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki setiap anggota.
Pendidikan sebenarnya mutlak dipahami sebagai rangkaian usaha pembaharuan. Pendidikan pada hakikatnya tidak mengenal akhir karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat. Persoalan pendidikan bukanlah terutama pada target pengetahuan yang ditetapkan, melainkan pada bagaimana anak didik dapat berinteraksi/berdialog dengan situasi dan kondisi masanya.
Paulo Freire, tokoh pendidikan terkemuka, mengembangkan pemahamannya tentang pendidikan dari pandangan mendasarnya yang banyak dikritik orang, yaitu bahwa dunia hanya terbagi atas dua kelompok, yakni kelompok penindas (oppressor) dan kelompok tertindas (oppressed). Setiap orang pastilah menjadi bagian dari salah satu kelompok, entah dia si penindas ataukah si tertindas. Dalam kerangka pemahaman ini, praktik belajar-mengajar yang banyak terjadi sebelumnya dapat dipandang sebagai pendidikan yang menindas karena hanya berwujud proses “satu arah” dari guru kepada murid. Paradigma yang mengandalkan hafalan ini berwatak pasif, tidak menyulut keberanian, penalaran dan kreativitas, padahal nalar dan kreativitas inilah yang dibutuhkan oleh rakyat tertindas untuk melawan. Freire berpendapat bahwa dalam pendidikan, peserta didik tidak boleh dipahami sebagai obyek tersendiri yang harus digarap dan diisi oleh pendidik.
Sebagai ganti sistem di atas, Freire menawarkan sistem hadap-masalah (problem-posing education). Dalam sistem ini, Freire menekankan metode pendidikan yang disebut “pendidikan dialogis” di mana terdapat suatu dinamika dialektik antara pendidik dengan peserta didik. Penekanannya adalah pada kesadaran pendidik dan peserta didik mengenai kemampuan dan keberanian menghadapi realitas secara kritis dan bertindak mengubah dunia secara kreatif.
Dengan demikian, pendidikan harus berorientasi mengarahkan manusia pada pengenalan akan realitas diri dan dunianya dengan melibatkan dua unsur, yakni pengajar dan pelajar di satu pihak sebagai subyek yang sadar (cognitive) dan realitas dunia di pihak lain sebagai obyek yang tersadari (cognizable). Di sini, pendidik tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi tumbuhnya perkembangan kesadaran peserta didik, namun sekaligus menjadi seorang rekan yang melibatkan dirinya sambil merangsang daya pemikiran kritis peserta didik.
Pendidikan sudah dimulai sejak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Barulah kemudian, setelah cukup usia, individu juga dididik dalam lingkungan sekolah. Sejumlah karakteristik dari sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan dalam kemajuan bangsa, antara lain:
1) Sekolah memanfaatkan mekanisme birokratis dalam mengelola kinerjanya. Ini tampak dari adanya:
• aturan dan prosedur yang ketat,
• hierarkhi jabatan dengan struktur pimpinan yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda,
• pelaksanaan administrasi secara profesional,
• mekanisme perekrutan staf berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan dan dilakukannya pembinaan secara berkala,
• struktur karir yang jelas dan dapat diidentifikasikan,
• pengembangan hubungan yang bersifat formal dan impersonal.
2) Penerapan manajemen ilmiah, yang mencakup:
• penggunaan alat ukur serta perbandingan yang jelas dan tepat,
• penelaahan dan evaluasi terhadap proses maupun hasil yang telah dicapai,
• penetapan sejumlah kriteria untuk menilai kinerja tiap bagian.
3) Melaksanakan proses pendidikan dengan berdasarkan pada kurikulum tertentu. Lazimnya, ada beberapa tipe dasar kurikulum yang dapat diterapkan, yakni:
• The classical curriculum
Yakni kurikulum yang bersifat tradisional, menekankan pada bahasa asing, sejarah, matematika, dan ilmu-ilmu murni.
• The vocational curriculum
Yaitu kurikulum yang bertujuan mempersiapkan lulusannya untuk bekerja, berwirausaha, dan hidup layak dalam masyarakat.
• Life adjustment curriculum
Yakni kurikulum yang difokuskan untuk pembangunan kepribadian dan pengembangan keterampilan sosial. Keterampilan sosial ini kelak akan sangat bermanfaat bagi peserta didik. Sebagai makhluk sosial, ia dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu, setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Tipe-tipe dasar tersebut umumnya dimodifikasi oleh pemerintah agar bersesuaian dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, masing-masing sekolah juga diberi kesempatan untuk mengembangkan muatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal.
4) Pendidikan di sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi kognitif, keterampilan, afektif, yang diwujudkan sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik, dimulai dari mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, memaparkan, menafsirkan, memahami, menjelaskan, mensikapi, hingga mengkritisi berbagai hal dalam lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
5) Sekolah mengutamakan prinsip belajar sepanjang hayat yang terdiri atas empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
6) Sekolah identik dengan guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar dan melatih, menilai, mengevaluasi dan menata proses belajar mengajar. Mendidik berarti meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar bermakna meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam bidang kemanusiaan, guru bertugas menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Tugas guru selanjutnya adalah menilai dan mengevaluasi peserta didik sebagai upaya memperbaiki kualitasnya.
7) Sekolah mengembangkan kemandirian (independence), prestasi (achievement), prinsip universalisme (universalism), dan spesifitas (specifity) dari peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik diajarkan untuk mengerjakan berbagai tugas secara mandiri dan berusaha untuk mencapai prestasi terbaik. Ia juga dibiasakan untuk menerima perlakuan yang sama serta memperoleh penilaian bersifat spesifik dari masing-masing guru mata pelajaran.
8) Sekolah melibatkan peran serta aktif dari seluruh anggota masyarakat dalam pelaksanaan proses pendidikan, baik menyangkut perencanaan pembelajaran, penyusunan anggaran sekolah, hingga pelaksanaan program-program sekolah.
1) Sekolah memanfaatkan mekanisme birokratis dalam mengelola kinerjanya. Ini tampak dari adanya:
• aturan dan prosedur yang ketat,
• hierarkhi jabatan dengan struktur pimpinan yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda,
• pelaksanaan administrasi secara profesional,
• mekanisme perekrutan staf berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan dan dilakukannya pembinaan secara berkala,
• struktur karir yang jelas dan dapat diidentifikasikan,
• pengembangan hubungan yang bersifat formal dan impersonal.
2) Penerapan manajemen ilmiah, yang mencakup:
• penggunaan alat ukur serta perbandingan yang jelas dan tepat,
• penelaahan dan evaluasi terhadap proses maupun hasil yang telah dicapai,
• penetapan sejumlah kriteria untuk menilai kinerja tiap bagian.
3) Melaksanakan proses pendidikan dengan berdasarkan pada kurikulum tertentu. Lazimnya, ada beberapa tipe dasar kurikulum yang dapat diterapkan, yakni:
• The classical curriculum
Yakni kurikulum yang bersifat tradisional, menekankan pada bahasa asing, sejarah, matematika, dan ilmu-ilmu murni.
• The vocational curriculum
Yaitu kurikulum yang bertujuan mempersiapkan lulusannya untuk bekerja, berwirausaha, dan hidup layak dalam masyarakat.
• Life adjustment curriculum
Yakni kurikulum yang difokuskan untuk pembangunan kepribadian dan pengembangan keterampilan sosial. Keterampilan sosial ini kelak akan sangat bermanfaat bagi peserta didik. Sebagai makhluk sosial, ia dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu, setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Tipe-tipe dasar tersebut umumnya dimodifikasi oleh pemerintah agar bersesuaian dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, masing-masing sekolah juga diberi kesempatan untuk mengembangkan muatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal.
4) Pendidikan di sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi kognitif, keterampilan, afektif, yang diwujudkan sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik, dimulai dari mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, memaparkan, menafsirkan, memahami, menjelaskan, mensikapi, hingga mengkritisi berbagai hal dalam lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
5) Sekolah mengutamakan prinsip belajar sepanjang hayat yang terdiri atas empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
6) Sekolah identik dengan guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar dan melatih, menilai, mengevaluasi dan menata proses belajar mengajar. Mendidik berarti meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar bermakna meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam bidang kemanusiaan, guru bertugas menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Tugas guru selanjutnya adalah menilai dan mengevaluasi peserta didik sebagai upaya memperbaiki kualitasnya.
7) Sekolah mengembangkan kemandirian (independence), prestasi (achievement), prinsip universalisme (universalism), dan spesifitas (specifity) dari peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik diajarkan untuk mengerjakan berbagai tugas secara mandiri dan berusaha untuk mencapai prestasi terbaik. Ia juga dibiasakan untuk menerima perlakuan yang sama serta memperoleh penilaian bersifat spesifik dari masing-masing guru mata pelajaran.
8) Sekolah melibatkan peran serta aktif dari seluruh anggota masyarakat dalam pelaksanaan proses pendidikan, baik menyangkut perencanaan pembelajaran, penyusunan anggaran sekolah, hingga pelaksanaan program-program sekolah.
S1
Pilihan Tunggal
Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, kepada anggota mudanya harus diteruskan hal berikut, kecuali ....
S2
Pilihan Tunggal
Pendidikan sebenarnya mutlak dipahami sebagai rangkaian usaha ….
S3
Pilihan Tunggal
Tokoh yang menyatakan bahwa dunia hanya terbagi atas dua kelompok, yakni kelompok penindas (oppressor) dan kelompok tertindas (oppressed) ialah ....
S4
Pilihan Tunggal
Paulo Freire berpendapat bahwa dalam pendidikan, peserta didik tidak boleh dipahami sebagai obyek yang harus ….
S5
Pilihan Tunggal
Pendidikan harus berorientasi mengarahkan manusia pada pengenalan akan realitas diri dan ....
S6
Pilihan Tunggal
Pendidikan dimulai dalam lingkungan ….
S7
Pilihan Tunggal
Sekolah memanfaatkan mekanisme birokratis dalam mengelola kinerjanya. Ini tidak tampak dari adanya ....
S8
Pilihan Tunggal
The classical curriculum ialah kurikulum yang bersifat ....
S9
Pilihan Tunggal
Life adjustment curriculum ialah kurikulum yang difokuskan untuk ….
S10
Pilihan Tunggal
Guru adalah pendidik profesional dengan sejumlah tugas utama, kecuali ....