Contoh Soal Nilai-Nilai Sosial dalam Cerpen

Contoh Soal Nilai-Nilai Sosial dalam CerpenPada topik sebelumnya, kalian belajar menemukan berbagai nilai moral yang terkandung dalam cerita pendek. Selain nilai moral, di dalam karya cerpen dapat ditemukakan nilai-nilai yang lain, yaitu nilai sosial. Pernahkah kalian menemukan nilai-nilai sosial dari cerpen yang dibaca ? Apa yang dimaksud dengan nilai-nilai sosial ? Bagaimana cara menemukananya. Nah, pada topik pembelajaran ini kalian diajak untuk memahami dan menemukan nilai-nilai sosial yang ada dalam cerpen.
      Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan tata laku hubungan sesama manusia (kemasyarakatan). Apa pengaruhnya, apa akibatnya, apa dampaknya terhadap orang lain atau masyarakat pada umumnya jika seseorang melakukan atau berbuat sesuatu. Tentu berbagai kemungkinan akan terjadi.
      Misalnya, Rangga mengedarai sepeda motor di jalan kampung yang banyak anak bemain dengan kecepatan tinggi dan suara knalpot yang bising. Meski tidak terjadi kecelakaan, banyak orang merasa was-was atau khawatir dengan perilakunya itu. Banyak orang merasa terganggu dengan kebisingan suara knalpot. Bisa juga remaja lain tertarik dan meniru perilakunya atau menjadi benci kepadanya. Berbagai kemungkinan akan terjadi. Bagaimana kita dapat menemukan nilai-nilai seperti ini dalam cerita pendek?

Cermati penggalan cerita berikut !

Tambah lama tambah panjang juga jadinya deretan itu karena orang-orang yang baru datang terus saja tegak menyambung. Tapi jendela loket itu belum juga terbuka. Kantor pos itu mestinya pukul 08.00 dibuka. Beberapa orang mulai bersungut-sungut dan malah sudah ada yang mengomel keras-keras karena sang pegawai belum juga tampak batang hidungnya.. Dan deretan memanjang hingga mengganggu lalu lalang ke loket lain.
      Akhirnya muncul juga pegawai yang ditunggu-tunggu. Seorang wanita separuh baya, berkaca mata, dalam gaun seragam lengkap dengan tanda pangkat kepegawaian yang terpampang di bahunya. Beberapa helai uban tampak di antara rambutnya yang tersusun rapi. setelah duduk di mejanya, sekejap ditatapnya deretan panjang di muka loket itu, seakan-akan hendak dihitungnya jumlah mereka. Sesaat wajahnya berubah mengkerut dan semua mata dalam deretan itu sekaligus membalasnya dengan lontaran rasa jengkel yang tersekat.
("Kisah di Kantor Pos" Karya: Muhammad Ali)
Setelah kalian mencermati penggalan cerpen tersebut, jawablah pertanyaan berikut!
1) Apa yang dilakukan orang-orang di sebuah kantor pos itu ?
2) Bagaimana kedatangan pegawai kantor pos itu ?
3) Apa akibat atau dampak perilaku si pegawai terhadap orang-orang yang sedang antre menunggu ?

Berikut Jawabannya.

Ya benar, orang-orang sedang antre menunggu kantor pos buka dan mendapatkan pelayanan sesuai dengan keperluan masing-masing. Tetapi apa yang terjadi ? Seorang pegawai kantor pos itu membuka pintu pelayan tidak tepat waktu. Akibatnya, beberapa orang tidak sabar, bersungut-sungut, dan ngomel. karena tidak segera mendapatkan pelayanan. Nah, dari kejadian ini tersirat nilai sosial bahwa orang yang tidak tepat waktu dalam memberikan pelayan kepada orang lain menimbulkan rasa tidak puas, kejengkelan, atau kemarahan.
Yaa, tidak sulit, bukan? Kalian cukup mencermati apa yang telah diperbuat seorang tokoh dan menemukan sikap atau perbuatan tokoh lain yang merupakan akibat atau dampaknya. Hubungan sebab akibat dari sebuah perbuatan, sikap, atau tingkah laku tokoh menjadi kunci untuk menemukan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sebuah cerpen.
Silakan kalian rajin membaca cerpen agar kalian banyak mendapatkan pengalaman tentang sebab akibat dari perbuatan yang telah dilakukan seseorang. Pada gilirannya nanti kalian bisa menentukan sikap apakah perlu ditiru atau tidak. Selamat belajar ! Semoga kalian berhasil.

Poin Penting

Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan tata laku hubungan sesama manusia (kemasyarakatan). Apa pengaruhnya, apa akibatnya, apa dampaknya terhadap orang lain atau masyarakat pada umumnya jika 

Contoh Soal Nilai-Nilai Sosial dalam Cerpen

Nilai-nilai sosial dalam cerpen adalah ....
Cara menemukan nilai-nilai sosial dalam cerpen dapat dilakukan dengan ....
Cermati penggalan cerpen berkut!
“Tapi kita tidak bisa menenerima kenyataan seperti ini. Mosook, di tengah kampung membangun tembok setinggi begini?”
“Bung Mandor benar-benar tidak tahu rencana Pak Taslim, kenapa mesti membikin tembok itu?”
Mandor itu menggeleng. Matanya yang bersih berkilat menyatakan keluguannya. 
“Kalau begitu kita bawa persoalan ini pada Pak RT! Dia mesti bertindak. Bisa tidak bisa, kita desak dia agar dengan kewibawaannya dan kekuasaan yang dimiliki menekan Pak Taslim agar membatalkan rencana bangunan yang ngawur itu.” 
("Tembok" cerpen Agnes Yani Sarjono)
Perilaku tokoh yang mencerminkan nilai sosial pada cerpen tersebut adalah ....
Cermati penggalan cerpen berikut!
"Kau ini bagaimana, Kang?" kata Dalijah. "Yang kau pikir hanya silaturahmi dan silaturahmi. Malah sekarang mau silaturahmi ke Jakarta lagi. Apa kau tidak pernah pikir bagaimana kerja keras cari duit? Anakmu sudah empat, Kang, sudah besar-besar."
Kalau istrinya sudah berbicara soal kerja cari duit. Kadis biasanya hanya diam saja. Luar dalam ia hampir tidak bisa beringsut, karena itulah titik yang paling peka dari hatinya. Pikiran Kadis memang sudah buntu juga memikirkan bagaimana ia bisa bekerja untuk mendapat penghasilan. Betapa tidak? la selalu berdalih dengan dirinya sendiri. la tidak punya keahlian apa-apa, kecuali membuat pelana dan pakaian kuda.
("Kadis" cerpen Mohammad Diponegoro)
Perilaku apakah dari tokoh Kadis yang dapat mencerminkan nilai sosial pada cerpen tersebut adalah ....
Cermati penggalan cerpen berikut!

"Karena kita sama-sama orang tani, bagaimana kalau Rimah kita nikahkan dengan Rustam?" bujuk Palar masa itu.
"Pinanganmu terlambat. Rimah sudah punya calon suami," balas Banun dengan sorot mata sinis.
"Keluargamu beruntung bila menerima Rustam. la akan menjadi satu-satunya insinyur pertanian di kampung ini, dan hendak menerapkan cara bertani zaman kini, hingga orang-orang tani tidak lagi terpuruk dalam kesusahan," ungkap Palar sebelum meninggalkan rumah Banun. ‘Maafkan saya , Palar ‘
Rupanya penolakan Banun telah menyinggung perasaan Palar. Lelaki itu merasa terhina. Mentang-mentang sudah kaya, Banun mentah-mentah menolak pinangannya. Dan, yang lebih menyakitkan, ini bukan penolakan yang pertama. Tiga bulan setelah suami Banun meninggal, Palar menyampaikan niatnya hendak mempersunting janda kembang itu. Tapi, Banun bertekad akan membesarkan anak-anaknya tanpa suami baru. 
("Banun" cerpen Damhuri Muhamamad)
Dari perilaku tokoh Banun pada cerpen tersebut mencerminkan adanya nilai sosial ....
Cermati penggalan cerpen berkut!
Suaminya hanya berdiri mematung di depan pintu menyaksikan kepergiannya tanpa sepatah kata.
"Aku tidak mencintanya!" kata wanita itu dalam hati ketika pergi meninggalkan suami. Kata-kata itu persis seperti yang diucapkannya beberapa tahun yang lalu ketika Mama menyodorkan seorang laki-laki tampan untuk menjadi pendamping hidupnya. Ya, seorang laki-laki yang kemudian memang benar-benar menjadi suaminya, tetapi belum pernah sekalipun berhasil menjamah tubuhnya. "Haruskah aku mengorbankan perasaanku? Tubuhku? Hanya untuk mengikuti kemauan Mama?" Pertanyaan-pertanyaan itu masih sering ia dengungkan ke dalam hatinya untuk membesarkan perasaannya. Dan, jawaban dari pertanyaan itu selalu tidak, tidak dan tidak.
(cerpen "Surat Buat Tuhan")
Tokoh Mama menyodorkan seorang laki-laki menjadi pendamping hidup anaknya menunjukkan bahwa penggalan cerpen tersebut mengandung nilai sosial ....
Cermati penggalan cerpen berikut!

“Tikun itu, tidak tahu sopan santun. Tikun itu tukang mencari alasan. Tikun itu sebenarnya bodoh kan?” tegas nenek meyakinkan.
“Aaah, nenek jangan begitu. Pak Tikun itu kan sudah lama menjadi pembantu kita. Dia kerasan di sini karena suasana di sini dirasa cocok bagi dia. Kok tiba-tiba saja nenek begitu?” jelas aku membela.
“Ah, dasaar tukang mencari alasan!”
“Rupanya Pak Tikun telah berbuat apa pada nenek,” pikirku penasaran. Setahuku kepada semua anggota keluarga ini, Pak Tikun selalu sopan, tidak pernah beralasan kalau diperintah. 
Ayah, Ibu, dan adikku akhirya mencoba mengingat-ingat satu persatu apa yang telah dilakukan Pak Tikun dalam beberapa hari ini. Tak ada yang ditemukan tentang kejelekan Pak Tikun. Semalaman aku hampir tidak bisa memejamkan mata, mengingat-ingat apa yang dilakukan Pak Tikun pada nenek. Ada sesuatu yang tidak rela dalam hatiku.

“Maaf Den Ayu ..., kemarin saya baru mandi, ketika nenek Den Ayu memanggil saya.” pinta Pak Tikun penuh permohonan kepadaku pagi hari.
Dialog pada penggalan cerpen tersebut mencerminkan nilai sosial ....
Cermati penggalan cerpen berikut!

1)"Ini aku bawa rejeki," kata Kadis. "Coba hitung. Ada dua puluh lima ribu rupiah."
2)Namun anehnya Dalijah menolak menerima uang itu. 3)Dompet itu tidak dibongkar isinya, hanya disentuh sedikit kulitnya, tapi yang justru keras tersinggung ialah Kadis. 4)Apakah, Ijah mengira uang itu hasil curian atau penipuan? tanyanya.
5)"Demi Allah, Ijah, ini uang halal." 6)Dalijah diam seperti patung kayu yang patah tengkuknya, ketika Kadis terus menohok-nohoknya dengan pertanyaan kenapa uang sekian banyak ditolak.
("Kadis" karya Mohammad Diponegoro)
Pada penggalan cerpen tersebut perbuatan yang mencerminkan nilai sosial menolak pemberian orang lain membuat perasan orang tersinggung terdapat pada kalimat ....
Cermati penggalan cerpen berikut!

Markum yang sebenarnya sedang sibuk bekerja tidak bisa menyembunyikan sikapnya yang tidak senang mendapat kunjungan pada hari sepagi itu. la tidak banyak bicara dan juga kalau harus membuka mulut, ia berhemat dengan kalimat pendek dan kadang diberi nada agak tinggi. la membiarkan Kadis menerangkan maksudnya untuk silaturahmi, tapi kemudian Markum kehilangan jalan ketika tamunya menguraikan pelajaran-pelajaran yang diterimanya dari Kyai Dofir. Markurn lalu memasang jala dalam kepalanya untuk menjaring apa sebenarnya maksud kedatangan Kadis.
("Kadis" cerpen Mohammad Diponegoro)
Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai sosial ....
Cermati penggalan cerpen berkut!

“Masaak, hanya menambal ban tiga jam lamanya. Nggak mungkin, di mana kamu menambalkan ban itu, he!? Ke kota ya?” Parto menunjuk-nunjuk ke muka Pardi.
Pardi terdiam. Seluruh anggota bandannya terasa kaku. Menyadari kata-kata yang terlanjur diucapkan itu tidak berkenan di hati pamannya. Maunya memang akan memberikan penjelasan bahwa di samping itu dia akan jujur mengatakan pergi ke kota sebentar menemui teman lamanya. Tapi, mulut telah terkunci rapat dengan kemarahan pamannya.
“Udah, pokoknya mulai hari ini kamu tidak boleh menggunakan sepeda motor itu. Apa pun kepentinganmu!” putus Parto lalu meninggalkan Pardi sendirian di ruang belakang.
Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai sosial ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel