Contoh Soal Model Pengembangan Wilayah Negara Maju dengan Negara Berkembang
Contoh Soal Model Pengembangan Wilayah Negara Maju dengan Negara Berkembang - Pada masa lalu, meskipun antar daerah mempunyai kesamaan fisik ternyata mempunyai perbedaan hasil bumi. Ada wilayah yang mempunyai kelebihan hasil pertanian, sebaliknya di daerah lain mengalami kekurangan. Adanya daerah surplus dan minus tersebut pada akhirnya mendorong penduduk melakukan interaksi. Interaksi ini menghasilkan daerah-daerah yang sering dijadikan pertemuan sehingga tempat tersebut ramai dan mengalami perkembangan pesat. Jadi, berkembangnya suatu daerah selalu dikaitkan dengan intensitas atau frekuensi pertemuan antar penduduk.
Dalam catatan sejarah, kota-kota kuno yang kita kenal sekarang pada awalnya berdiri karena proses interaksi. Pertumbuhan kota tidak hanya diakibatkan adanya surplus pertanian dan aktivitas perdagangan. Kota juga dapat tumbuh dan berkembang di sekitar lokasi pertambangan.
1. PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA MAJU
Negara-negara maju mampu mengelola pertumbuhan dan perkembangan wilayah dengan baik. Hal ini karena faktor ekonomi dan sosial negara maju relatif lebih baik. Pengembangan wilayah kota dilakukan atas dasar desentralisasi kota, yaitu dari kota industri yang rapat menjadi kelompok permukiman kota. Misalnya, setiap permukiman kota seluas 400 hektar dihuni 30.000 penduduk dan dikelilingi oleh kawasan pertanian hortikultura sebagai jalur hijau dengan luas 2.000 hektar.
Jayadinata (1999) mengemukakan lima macam pola bentuk kota yang merupakan trend pengembangan wilayah di masa depan. Pola ini sudah dirintis di negara-negara maju, yaitu :
1) Metropolis, menyebar terbentuk dengan mengembangkan bagian kota yang paling jarang penduduknya. Bagian kota yang padat penduduknya dibangun kembali dengan mengurangi kepadatan penduduk sehingga kota metropolis itu akan menyebar. Prasarana sosial ekonomi lantas disebar ke kawasan yang baru, seperti kantor, rumah sakit, pabrik, dan universitas. Permasalahan yang timbul pada pola ini adalah pilihannya terbatas, interaksi lemah, biaya transportasi tinggi, dan citra kota metropolitan terkesan kurang hidup.
2) Metropolis galaktika, terjadi dari permukiman kota-kota kecil berpenduduk padat dan dipisahkan oleh lahan pertanian yang jarang sekali penduduknya atau bahkan tidak berpenduduk. Kegiatan sosial ekonomi terpusat di berbagai permukiman. Masalah yang muncul yaitu interaksi dan penekanan biaya agar tidak terlalu sukar untuk direalisasikan.
3) Metropolis terpusat, terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya. Oleh karena kegiatan sosial ekonomi tinggi, maka banyak penduduk tinggal di apartemen dan rumah susun. Masalah yang muncul yaitu biaya tinggi karena inti kota padat, kurang nyaman, dan kurang mendukung partisipasi perorangan.
4) Metropolis bintang, terbentuk karena mempunyai inti yang utama, dengan pola kepadatan penduduk membentuk bintang, memanjang pada beberapa bagian kota. Inti kota utama, yaitu sebagian pusat kota banyak dikelilingi oleh pusat kedua, yang terletak sepanjang lengan-lengan memanjang. Lengan-lengan kota itu mempunyai kepadatan penduduk yang sedang. Masalah yang muncul adalah bentuk fisik pola ini cepat berubah karena perkembangan penduduk.
5) Metropolis cincin, terbentuk dengan persebaran penduduk yang padat terletak di sekeliling tengah kota. Adapun daerah yang jarang penduduknya terletak di tengah kota. Masalah yang muncul adalah timbulnya biaya transportasi yang besar dan proses penyesuaian yang sangat sulit.
1) Metropolis, menyebar terbentuk dengan mengembangkan bagian kota yang paling jarang penduduknya. Bagian kota yang padat penduduknya dibangun kembali dengan mengurangi kepadatan penduduk sehingga kota metropolis itu akan menyebar. Prasarana sosial ekonomi lantas disebar ke kawasan yang baru, seperti kantor, rumah sakit, pabrik, dan universitas. Permasalahan yang timbul pada pola ini adalah pilihannya terbatas, interaksi lemah, biaya transportasi tinggi, dan citra kota metropolitan terkesan kurang hidup.
2) Metropolis galaktika, terjadi dari permukiman kota-kota kecil berpenduduk padat dan dipisahkan oleh lahan pertanian yang jarang sekali penduduknya atau bahkan tidak berpenduduk. Kegiatan sosial ekonomi terpusat di berbagai permukiman. Masalah yang muncul yaitu interaksi dan penekanan biaya agar tidak terlalu sukar untuk direalisasikan.
3) Metropolis terpusat, terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya. Oleh karena kegiatan sosial ekonomi tinggi, maka banyak penduduk tinggal di apartemen dan rumah susun. Masalah yang muncul yaitu biaya tinggi karena inti kota padat, kurang nyaman, dan kurang mendukung partisipasi perorangan.
4) Metropolis bintang, terbentuk karena mempunyai inti yang utama, dengan pola kepadatan penduduk membentuk bintang, memanjang pada beberapa bagian kota. Inti kota utama, yaitu sebagian pusat kota banyak dikelilingi oleh pusat kedua, yang terletak sepanjang lengan-lengan memanjang. Lengan-lengan kota itu mempunyai kepadatan penduduk yang sedang. Masalah yang muncul adalah bentuk fisik pola ini cepat berubah karena perkembangan penduduk.
5) Metropolis cincin, terbentuk dengan persebaran penduduk yang padat terletak di sekeliling tengah kota. Adapun daerah yang jarang penduduknya terletak di tengah kota. Masalah yang muncul adalah timbulnya biaya transportasi yang besar dan proses penyesuaian yang sangat sulit.
2. PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA BERKEMBANG
Jika dicermati seksama, terdapat beberapa fenomena yang muncul pada wilayah di negara-negara berkembang.
a) Munculnya disparitas atau kesenjangan pembangunan antar wilayah. Kesenjangan ini berupa munculnya wilayah dengan kemajuan tinggi, tetapi di sisi lain ada wilayah yang mengalami stagnasi atau kemacetan. Kesenjangan ini muncul karena persebaran penduduk tidak merata. Menurut Jayadinata (1999), pada tahun 1970 penduduk yang tinggal di berbagai kota di negara-negara berkembang hanya berjumlah 49%, dan pada tahun 1985 menjadi 58%. Hal ini dipastikan akan terus meningkat.
b) Munculnya kota-kota dengan wajah kumuh, semrawut, dan tidak tertata. Kota-kota ini dipenuhi permukiman kumuh atau slums yang terjepit di antara pemukiman elit. Di berbagai negara berkembang, perkembangan yang cepat pada wilayah perkotaan dapat menimbulkan masalah fisik, misalnya pemukiman kumuh dan peningkatan kriminalitas. Oleh karena itu, perlu ada pola penataan kota yang baik.
c) Munculnya wilayah-wilayah yang tampak sebagai kawasan yang seolah-olah tidak tersentuh proses pembangunan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah terisolir atau terpencil.
a) Munculnya disparitas atau kesenjangan pembangunan antar wilayah. Kesenjangan ini berupa munculnya wilayah dengan kemajuan tinggi, tetapi di sisi lain ada wilayah yang mengalami stagnasi atau kemacetan. Kesenjangan ini muncul karena persebaran penduduk tidak merata. Menurut Jayadinata (1999), pada tahun 1970 penduduk yang tinggal di berbagai kota di negara-negara berkembang hanya berjumlah 49%, dan pada tahun 1985 menjadi 58%. Hal ini dipastikan akan terus meningkat.
b) Munculnya kota-kota dengan wajah kumuh, semrawut, dan tidak tertata. Kota-kota ini dipenuhi permukiman kumuh atau slums yang terjepit di antara pemukiman elit. Di berbagai negara berkembang, perkembangan yang cepat pada wilayah perkotaan dapat menimbulkan masalah fisik, misalnya pemukiman kumuh dan peningkatan kriminalitas. Oleh karena itu, perlu ada pola penataan kota yang baik.
c) Munculnya wilayah-wilayah yang tampak sebagai kawasan yang seolah-olah tidak tersentuh proses pembangunan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah terisolir atau terpencil.
Permasalahan utama dalam pengembangan wilayah di negara berkembang ialah penyediaan perumahan, prasarana, dan jasa. Permasalahan tersebut, antara lain, harga tanah dan rumah yang relatif mahal, sukar menjangkau lembaga keuangan, penduduk miskin di kota kurang berpartisipasi dalam berbagai proyek perencanaan dan pelaksanaan perumahan, biaya yang tidak cukup dari pemerintah dalam program investasi, standar dan kode pembangunan kurang tepat, serta harga bahan bangunan yang mahal.
Perencanaan dan pengembangan wilayah di negara berkembang umumnya diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pada praktiknya, memang sulit mengatasi masalah-masalah tersebut karena faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi meliputi keterbatasan negara dalam menyediakan dana pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik, ramah, dan kondusif.
Munculnya konflik antara masyarakat dengan pemerintah lokal, seperti penggusuran, kejahatan masyarakat dan kesemrawutan lalu lintas menunjukkan rendahnya kesadaran bekerja sama antara masyarakat dan pemerintah.
S1
Berkembangnya suatu daerah selalu dikaitkan dengan ….
S2
Pengembangan wilayah kota lazim dilakukan atas dasar ….
S3
Pernyataan yang tidak tepat mengenai pola metropolis adalah ….
S4
Perhatikan hal-hal berikut !
1) Terjadi dari permukiman kota-kota kecil berpenduduk padat
2) Dipisahkan oleh lahan pertanian yang jarang sekali penduduknya
3) Terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi
4) Inti kota padat
Yang merupakan karakteristik ‘metropolis galaktika’ adalah ….
1) Terjadi dari permukiman kota-kota kecil berpenduduk padat
2) Dipisahkan oleh lahan pertanian yang jarang sekali penduduknya
3) Terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi
4) Inti kota padat
Yang merupakan karakteristik ‘metropolis galaktika’ adalah ….
S5
- …. terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya.
…. terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya.
S6
Lengan-lengan kota mempunyai kepadatan penduduk yang ….
S7
Permasalahan yang timbul pada pola ‘metropolis bintang’ adalah ….
S8
…. terbentuk dengan persebaran penduduk yang padat terletak di sekeliling tengah kota.
S9
Kesenjangan pembangunan antar wilayah terjadi karena ….
S10
Berikut adalah permasalahan utama dalam pengembangan wilayah di negara berkembang, kecuali ….