Contoh Soal Gerakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia

Contoh Soal Gerakan Darul Islam atau Tentara Islam IndonesiaGerakan DI/TII adalah upaya untuk mengubah Republik Indonesia menjadi negara yang mempedomani ajaran Islam sebagai dasar negara. Gerakan DI/TII menuntut Indonesia menerapkan isi utuh dari Piagam Jakarta yang menjiwai Pembukaan UUD 1945. Untuk mewujudkan tujuan pergerakannya tersebut, dibentuklah Tentara Islam Indonesia (TII) yang melakukan sejumlah pemberontakan di wilayah NKRI.
1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Pemberontakan dimulai pada 7 Agustus 1949 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat oleh Kartosuwirdjo. Gerakan perlawanan dinamai Darul Islam dengan Tentara Islam Indonesia (TII) sebagai pasukan pendukungnya. Pemberontakan dilakukan pada saat Resimen TNI, Siliwangi, sedang meninggalkan Jawa Barat untuk berpindah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah sesuai dengan isi dari Perundingan Renville. Kekosongan penjagaan memberi keleluasaan bagi DI/TII untuk melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah rakyat dan melakukan perampokan harta penduduk.
Perlawanan oleh Resimen Siliwangi dimulai ketika mereka melakukan long march untuk kembali ke basisnya di Jawa Barat. Tercatat upaya perlawanan terhadap DI/TII di Jawa Barat berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti:
• Medan pertempuran yang memungkinkan pasukan DI/TII untuk melakukan perlawanan secara bergerilya.
• Bantuan dari beberapa orang Belanda dan pendukung Negara Pasunda kepada pasukan DI/TII.
• Ketidakstabilan situasi politik Indonesia pasca Perundingan Renville.
Perlawanan DI/TII di Jawa Barat baru berhasil ditumpas pada 4 Juni 1962, setelah digelarnya operasi bersama antara Resimen Siliwangi TNI bersama dengan rakyat yang disebut ‘Operasi Pagar Betis’ dan ‘Operasi Bratayudha’. Adapun Kartosuwirdjo berhasil ditangkap di daerah Majalaya, Jawa Barat dan kemudian dijatuhi hukuman mati dalam sidang oleh Mahkamah Angkatan Darat.
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilakukan di bawah pimpinan Amir Fatah dengan lokasi pergerakan di Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Pemberontakan ini dipadamkan oleh pemerintah pada Januari 1950, melalui operasi kilat yang disebut ‘Gerakan Banteng Negara’ (GBN) di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini.
3. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh. Berbeda dengan pemberontakan di daerah lain, timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh didasari kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari Daerah Istimewa menjadi Karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953, Daud Beureuh, yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Militer, menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan Kartosuwirdjo.
Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini, semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya, atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962, diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang mendapat dukungan tokoh-tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di Aceh dapat dipadamkan.
4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pemberontakan bermula pada 30 April 1950 setelah Kahar Muzakar mengajukan tuntutan kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Tuntutan tersebut ditolak karena rekrutmen pasukan harus melalui penyaringan ketat.
Pemerintah sempat berupaya melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Namun, pada tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat. Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan, pemerintah menggelar operasi militer. Pada Februari 1965, Kahar Muzakar berhasil ditangkap.
5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pada bulan Oktober 1950, DI/TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan kerusuhan dengan menyerang pos kesatuan TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut, pemerintah mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan memberinya kesempatan untuk menyerah dan dijanjikan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, tapi lantas melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Maka, pemerintah mengerahkan kekuatan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959, Ibnu Hajar serta seluruh anggota gerombolannya berhasil diringkus.

Contoh Soal Gerakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia

Tuntutan DI/TII untuk mewujudkan negara Indonesia yang berdasarkan syariat Islam pernah tertuang dalam dokumen yang menjadi jiwa Pembukaan UUD 1945, yaitu ….
Gerakan pemberontakan pertama DI/TII berlangsung di wilayah ….
Pimpinan pemberontakan di Jawa Barat, sekaligus tokoh utama DI/TII, adalah ….
Dalam melaksanakan pemberontakannya di Jawa Barat, pasukan DI/TII mendapatkan bantuan dari ….
Perlawanan DI/TII di Jawa Barat berhasil diatasi pada tanggal ….
Pimpinan pemberontakan DI/TII di Aceh adalah ….
Gerakan Banteng Negara adalah operasi militer dari TNI untuk menanggulangi pemberontakan DI/TII di wilayah ….
Berbeda dengan wilayah lain dimana pemberontakan ditumpas oleh operasi militer, di daerah ini pemberontakan diselesaikan dengan sistem musyawarah. Daerah dimaksud adalah ….
Pimpinan pemberontakan DI/TII di wilayah Sulawesi Selatan adalah ….
Akhir perlawanan pemberontak DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada tahun ….

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel