Contoh Soal Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
Contoh Soal Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi - Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak lantas menjamin keadaan yang kondusif bagi pemerintahan Republik Indonesia. Konflik bermunculan dari dalam negeri dan mengganggu stabilitas keamanan. Banyak konflik yang bermula dari pertentangan antara ideologi Pancasila dengan ideologi-ideologi yang berkembang di masyarakat. Konflik tak hanya bermaksud menyebarluaskan ideologi, melainkan juga bertekad menggulingkan pemerintahan yang sah. Beberapa konflik berlatar belakang perbedaan ideologi yang muncul pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, antara lain:
1. PERISTIWA PKI MADIUN
Pemberontakan PKI di Madiun berlangsung pada tahun 1948. Pemberontakan dimotori oleh Amir Sjarifuddin dan Muso. Amir Sjarifuddin adalah salah satu tokoh penting di awal pemerintahan Republik Indonesia dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun, akibat kegagalannya memperjuangkan kedaulatan Indonesia dalam Perjanjian Renville, Amir Sjarifuddin dan kabinetnya pun kehilangan legitimasi. Kekecewaan sehubungan peristiwa tersebut kemudian mengarah pada pembentukan Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 sebagai penggerak utama Pemberontakan PKI Madiun. Adapun Muso adalah seorang tokoh lama PKI yang melarikan diri ke luar negeri setelah kegagalan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926.
Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan aksi-aksi propaganda anti pemerintah dengan dukungan dari Front Demokrasi Rakyat, Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Partai Komunis Indonesia dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Aksi yang dilakukan, di antaranya :
a. Mengadakan pemogokan buruh di perusahaan, dan
b. Melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Sutarto dalam bentrokan senjata di Solo pada 2 Juli 1948.
Aksi anti pemerintah mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948 ketika pemberontak berhasil menguasai Madiun dan daerah sekitarnya. PKI lantas mengumumkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai pejabat Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dengan arahan agar segera mengerahkan kekuatan TNI dan polisi guna menumpas pemberontak. Bersama dengan Kolonel A.H Nasution, operasi penumpasan PKI Madiun pun dilakukan. Operasi militer dimaksud melibatkan Brigade Siliwangi dan Surachmad dari Jawa Timur.
Pada tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI berhasil diatasi. Tokoh pemberontak Muso melarikan diri ke luar kota dan ditembak mati oleh TNI. Sedangkan Amir Sjarifuddin tertangkap di daerah Purwodadi dan dihadapkan ke pengadilan militer.
2. PERISTIWA DI/ TII
DI/TII atau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia adalah gerakan pemberontakan yang diawali oleh Kartosuwirjo dengan tujuan memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Gerakan ini berawal pada 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Bermula dari kosongnya pengawalan akibat berpindahnya Brigade Siliwangi ke Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai bagian dari Perundingan Renville, pemberontakan DI/TII mendapatkan momentum untuk berkembang. Perkembangan pergerakan didukung juga oleh beberapa orang Belanda pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan. Pergerakan DI/TII pertama dapat ditumpas pada tahun 1960 setelah pasukan Siliwangi bersama dengan masyarakat melakukan Operasi ‘Pagar Betis’ dan ‘Bharatayudha’. Kartosuwirjo sendiri berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat.
Tertangkapnya Kartosuwirjo tidak lantas memadamkan pergerakan DI/ TII, ideologi yang sudah berkembang lantas menimbulkan pergerakan lain di beberapa daerah. Di Jawa Tengah, pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Amir Fatah yang berpusat di Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Gerakan ini berhasil ditumpas pemerintah pada bulan Januari 1950 dengan menggelar Operasi Kilat Gerakan Banteng Negara di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini dan Letnan Kolonel Ahmad Yani.
Pemberontakan DI/ TII lainnya muncul di daerah Aceh. Berbeda dengan dua daerah sebelumnya, pemberontakan ini muncul akibat kekecewaan Daud Beureuh karena diturunkannya status Aceh pada tahun 1950 dari Daerah Istimewa menjadi Karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pemberontakan berhasil diatasi dengan menyelenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat Aceh.
3. GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI
Gerakan 30 September PKI adalah salah satu pemberontakan yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pemberontakan didalangi oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1959 ketika era Demokrasi Terpimpin. Dominasi Ir. Soekarno ketika itu menjadi salah satu pemicu perselisihan antara elite pemerintah dengan TNI. Keadaan tersebut dimanfaatkan PKI untuk mendekatkan diri dengan rakyat dan merekrut agen-agen dari berbagai kalangan.
Kebijakan pemerintah yang cenderung condong ke Blok Timur juga turut memberikan angin segar bagi berkembangnya paham komunis di Indonesia. Puncak dari pemberontakan berlangsung pada 30 September 1965 dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap petinggi Angkatan Darat. Para Jenderal dijemput langsung oleh Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung. Target penculikan dan pembunuhan PKI, yakni:
1) Letnan Jenderal Ahmad Yani
2) Mayor Jenderal R. Suprapto
3) Mayor Jenderal M.T Haryono
4) Mayor Jenderal S. Parman
5) Brigadir Jenderal DI Panjaitan
6) Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomihardjo
7) Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Dalam penculikan ini, Jenderal A.H Nasution berhasil meloloskan diri. Namun, target lainnya berhasil diculik dan dibunuh. Jenazah para Jenderal dibuang di kawasan Lubang Buaya dan baru dapat ditemukan pada 3 Oktober 1965. Pemberontakan Gerakan 30 S/PKI akhirnya berhasil ditumpas pada tanggal 2 Oktober 1965 dalam sebuah gerakan militer yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
1. PERISTIWA PKI MADIUN
Pemberontakan PKI di Madiun berlangsung pada tahun 1948. Pemberontakan dimotori oleh Amir Sjarifuddin dan Muso. Amir Sjarifuddin adalah salah satu tokoh penting di awal pemerintahan Republik Indonesia dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun, akibat kegagalannya memperjuangkan kedaulatan Indonesia dalam Perjanjian Renville, Amir Sjarifuddin dan kabinetnya pun kehilangan legitimasi. Kekecewaan sehubungan peristiwa tersebut kemudian mengarah pada pembentukan Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 sebagai penggerak utama Pemberontakan PKI Madiun. Adapun Muso adalah seorang tokoh lama PKI yang melarikan diri ke luar negeri setelah kegagalan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926.
Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan aksi-aksi propaganda anti pemerintah dengan dukungan dari Front Demokrasi Rakyat, Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Partai Komunis Indonesia dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Aksi yang dilakukan, di antaranya :
a. Mengadakan pemogokan buruh di perusahaan, dan
b. Melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Sutarto dalam bentrokan senjata di Solo pada 2 Juli 1948.
Aksi anti pemerintah mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948 ketika pemberontak berhasil menguasai Madiun dan daerah sekitarnya. PKI lantas mengumumkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai pejabat Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dengan arahan agar segera mengerahkan kekuatan TNI dan polisi guna menumpas pemberontak. Bersama dengan Kolonel A.H Nasution, operasi penumpasan PKI Madiun pun dilakukan. Operasi militer dimaksud melibatkan Brigade Siliwangi dan Surachmad dari Jawa Timur.
Pada tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI berhasil diatasi. Tokoh pemberontak Muso melarikan diri ke luar kota dan ditembak mati oleh TNI. Sedangkan Amir Sjarifuddin tertangkap di daerah Purwodadi dan dihadapkan ke pengadilan militer.
2. PERISTIWA DI/ TII
DI/TII atau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia adalah gerakan pemberontakan yang diawali oleh Kartosuwirjo dengan tujuan memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Gerakan ini berawal pada 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Bermula dari kosongnya pengawalan akibat berpindahnya Brigade Siliwangi ke Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai bagian dari Perundingan Renville, pemberontakan DI/TII mendapatkan momentum untuk berkembang. Perkembangan pergerakan didukung juga oleh beberapa orang Belanda pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan. Pergerakan DI/TII pertama dapat ditumpas pada tahun 1960 setelah pasukan Siliwangi bersama dengan masyarakat melakukan Operasi ‘Pagar Betis’ dan ‘Bharatayudha’. Kartosuwirjo sendiri berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat.
Tertangkapnya Kartosuwirjo tidak lantas memadamkan pergerakan DI/ TII, ideologi yang sudah berkembang lantas menimbulkan pergerakan lain di beberapa daerah. Di Jawa Tengah, pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Amir Fatah yang berpusat di Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Gerakan ini berhasil ditumpas pemerintah pada bulan Januari 1950 dengan menggelar Operasi Kilat Gerakan Banteng Negara di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini dan Letnan Kolonel Ahmad Yani.
Pemberontakan DI/ TII lainnya muncul di daerah Aceh. Berbeda dengan dua daerah sebelumnya, pemberontakan ini muncul akibat kekecewaan Daud Beureuh karena diturunkannya status Aceh pada tahun 1950 dari Daerah Istimewa menjadi Karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pemberontakan berhasil diatasi dengan menyelenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat Aceh.
3. GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI
Gerakan 30 September PKI adalah salah satu pemberontakan yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pemberontakan didalangi oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1959 ketika era Demokrasi Terpimpin. Dominasi Ir. Soekarno ketika itu menjadi salah satu pemicu perselisihan antara elite pemerintah dengan TNI. Keadaan tersebut dimanfaatkan PKI untuk mendekatkan diri dengan rakyat dan merekrut agen-agen dari berbagai kalangan.
Kebijakan pemerintah yang cenderung condong ke Blok Timur juga turut memberikan angin segar bagi berkembangnya paham komunis di Indonesia. Puncak dari pemberontakan berlangsung pada 30 September 1965 dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap petinggi Angkatan Darat. Para Jenderal dijemput langsung oleh Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung. Target penculikan dan pembunuhan PKI, yakni:
1) Letnan Jenderal Ahmad Yani
2) Mayor Jenderal R. Suprapto
3) Mayor Jenderal M.T Haryono
4) Mayor Jenderal S. Parman
5) Brigadir Jenderal DI Panjaitan
6) Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomihardjo
7) Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Dalam penculikan ini, Jenderal A.H Nasution berhasil meloloskan diri. Namun, target lainnya berhasil diculik dan dibunuh. Jenazah para Jenderal dibuang di kawasan Lubang Buaya dan baru dapat ditemukan pada 3 Oktober 1965. Pemberontakan Gerakan 30 S/PKI akhirnya berhasil ditumpas pada tanggal 2 Oktober 1965 dalam sebuah gerakan militer yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
S1
Ideologi yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia adalah ….
S2
Tokoh pemberontakan PKI Madiun yang dikenal sebagai simpatisan PKI sejak lama adalah ….
S3
Pemberontakan PKI di Madiun berlangsung tidak lama setelah perundingan Indonesia-Belanda, yaitu ….
S4
Setelah tidak menjabat Perdana Menteri, Amir Sjarifuddin membentuk organisasi politik bernama ….
S5
Pemimpin operasi militer untuk menumpas Pemberontakan PKI di Madiun adalah ….
S6
Tokoh utama di balik berkembangnya gerakan menuntut pembentukan Negara Islam Indonesia adalah ….
S7
Daud Beureuh adalah pimpinan pemberontakan DI/ TII di wilayah ….
S8
Pemberontakan G30S PKI berlangsung pada saat Indonesia berada di era demokrasi ….
S9
Penjemputan paksa para Jenderal yang menjadi target penculikan PKI dilakukan oleh prajurit …
S10
Satu-satunya target penculikan G30S PKI yang berhasil meloloskan diri adalah ….