Contoh Soal Majas Metafora dalam Puisi
Contoh Soal Majas Metafora dalam Puisi - Majas atau disebut juga dengan gaya bahasa adalah satu unsur gaya penulisan yang menekankan makna-makna konotatif pada diksi yang dipergunakan. Persoalan majas atau gaya bahasa memang meliputi semua hierarki kebahasaan, seperti pemilihan kata, frasa, klausa, bahkan kalimat. Dalam perkembangannya, majas disebut juga sebagai suatu keahlian menulis indah. Keindahan penulisan semacam ini dulu sering dipergunakan dalam retorika orang-orang zaman Yunani kuno sebagai teknik pemakaian bahasa yang dianggap sebagai bagian dari seni. Oleh karena itu, kini kita sering menemukan majas pada karya-karya sastra semacam prosa dan puisi.
Metafora sebagai bagian dari majas
Salah satu majas yang dikenal luas adalah metafora. Metafora merupakan semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata-kata yang menunjukkan perumpamaan semacam bagaikan, bak, laksana, atau seperti. Bentuk konotatif semacam ini digunakan dalam bentuk yang singkat seperti yang tertera pada puisi “Aku” karya Chariril Anwar.
Bentuk binatang jalang pada baris 5 puisi “Aku” di atas adalah contoh penggunaan metafora dalam puisi. Kata jalang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘tidak dipelihara’, ‘liar’, atau ‘nakal’. Dalam puisi di atas, tampaknya Chairil memosisikan diri layaknya seorang yang hina atau kaum yang berada di bawah atau tak punya kuasa. Inilah yang dimaksud dengan analogi perbandingan secara langsung. Perhatikan contoh metafora lain dalam puisi karya Eka Budianta berjudul “Sebelum Bertemu Langit”
(bait 3)
Misalnya sebutir telur penyu
Menetas di pantai hatimu
Tukik kecil juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
Melalui desa dan kota, gunung dan hutan
Misalnya sebutir telur penyu
Menetas di pantai hatimu
Tukik kecil juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
Melalui desa dan kota, gunung dan hutan
Frasa pantai hati pada baris kedua termasuk ke dalam majas metafora. Frasa ini menyiratkan perasaan hati kekasih penyair, sedangkan pada baris keempat, yaitu seperti penyair mudik, bukanlah metafora, melainkan majas simile karena berupa analogi tak langsung dengan menggunakan kata seperti.
Selain contoh di atas, ungkapan-ungkapan yang selama ini kita dengar dalam keseharian pun termasuk ke dalam metafora, seperti buaya darat, tangan besi, tangan kanan, lintah darat, jantung hati, kuda hitam, dan darah daging.
Memaknai Metafora
Memaknai metafora tidaklah terlalu sulit selama kita memahami makna denotatif dari kata yang digunakan kemudian disesuaikan dengan konteks puisinya, seperti yang tertera pada binatang jalang dalam contoh di atas. Frasa ini perlu kita maknai secara denotatif dengan menggunakan kamus rujukan semacam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, kita perlu memahami sifat kata yang dimunculkan, termasuk nilai rasa kata tersebut. Sebagai contoh, perhatikan puisi berikut!
Majas metafora yang terdapat dalam puisi di atas adalah akulah si telaga. Telaga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘danau’ atau ‘kolam’. Sebagai tempat yang dipenuhi oleh air, telaga menjadi sumber kehidupan dan penyejuk. Atas dasar ini, kita dapatkan asumsikan bahwa penyair adalah orang yang menjadi sumber penghidupan bagi orang lain. ia pula yang siap menampung dan menjaga orang yang dimaksud penyair. Bisa jadi, penyair adalah seorang kekasih ataupun suami.
S1
Berikut ini yang termasuk bentuk metafora adalah .…
S2
Puisi di bawah ini yang mengandung metafora adalah, kecuali ….
S3
Perhatikan puisi di bawah ini!
Mataku matamu matakita berjauhan jauh terhempas angkasa langit dan lelautan dalam
Mataku matamu airmata mataanak kita
Yang tertidur tanpa ayah di sampingnya
Semoga hanya malam ini saja
Karena tak seorang pun ingin darah dagingnya terlepas raga
Mataku matamu airmata mataanak kita
Yang tertidur tanpa ayah di sampingnya
Semoga hanya malam ini saja
Karena tak seorang pun ingin darah dagingnya terlepas raga
(Irfan Sulistya)
Maksud majas metafora puisi di atas adalah ….
S4
Bacalah puisi berikut!
Hatiku … melayang jatuh
Di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin kupandang;
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adakah abadi sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi
(Sapardi Djoko Damono)
Di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin kupandang;
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adakah abadi sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi
(Sapardi Djoko Damono)
Majas metafora yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang puisi di atas adalah .…
S5
Perhatikan ilustrasi berikut!
Gunung Kidul adalah tempat yang terkenal tandus dan tidak subur. Saat kemarau, matahari bersinar sangat terik dan membuat lahan-lahan sekitar kering dan rakyat kelaparan.
Gunung Kidul adalah tempat yang terkenal tandus dan tidak subur. Saat kemarau, matahari bersinar sangat terik dan membuat lahan-lahan sekitar kering dan rakyat kelaparan.
Bentuk puisi dengan metafora yang tepat berdasarkan ilustrasi di atas adalah .…
S6
Di kota ini ada banyak tukang tambal.
Di sudut kiri jalan kau kan temui tukang
tambal ban. Tepat di depannya ada klinik
tukang tambal gigi bergelar. Di pasar sebelah
dalam kau kan bertemu tukang tambal sulam
Semua berbayar. Tapi, Berjalanlah sebelum
Matahari berpadu dengan garis langit. Kau
kan temukan Pak Dul: Tukang tambal
aspal yang kerja tanpa dibayar.
Di sudut kiri jalan kau kan temui tukang
tambal ban. Tepat di depannya ada klinik
tukang tambal gigi bergelar. Di pasar sebelah
dalam kau kan bertemu tukang tambal sulam
Semua berbayar. Tapi, Berjalanlah sebelum
Matahari berpadu dengan garis langit. Kau
kan temukan Pak Dul: Tukang tambal
aspal yang kerja tanpa dibayar.
Majas metafora yang terdapat pada puisi di atas adalah .…
S7
Hujan Bulan Juni
…
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(1989)-Sapardi Djoko Damono
Parafrase yang tepat terkait majas metafora hujan bulan juni di atas adalah .…
S8
Ingin sekali kupetik
Secuil senja di pelupuk matamu
Ketika waktu menyeret kita ke arah yang berbeda
Secuil senja di pelupuk matamu
Ketika waktu menyeret kita ke arah yang berbeda
Maksud metafora secuil senja di pelupuk matamu pada baris kedua puisi mini di atas adalah .…
S9
Suatu ketika
Terjadi pertemuan antara penyair hujan dan penyair celana
Di taman kota, mereka saling menukar kata
Penyair hujan berkata, kau masih jadi penjual celana dekat kuburan?…
Terkekeh suara penyair celana sambil membalas, ya dan kau sudah ringkih masih tetap menunggu hujan? Hapuskan sendiri jejakmu, jangan suruh hujan!
Tak terasa, malam sudah mengangkangi bumi
Dua penyair itu masih di sana, kini sambil mengendus kopi.
Terjadi pertemuan antara penyair hujan dan penyair celana
Di taman kota, mereka saling menukar kata
Penyair hujan berkata, kau masih jadi penjual celana dekat kuburan?…
Terkekeh suara penyair celana sambil membalas, ya dan kau sudah ringkih masih tetap menunggu hujan? Hapuskan sendiri jejakmu, jangan suruh hujan!
Tak terasa, malam sudah mengangkangi bumi
Dua penyair itu masih di sana, kini sambil mengendus kopi.
Majas metafora pada puisi di atas terdapat pada baris .…
S10
Berikut ini frasa/kelompok kata yang berbentuk metafora, kecuali ....