Contoh Soal Identifikasi Unsur Ekstrinsik Karya Sastra dalam Cerita
Contoh Soal Identifikasi Unsur Ekstrinsik Karya Sastra dalam Cerita - Pernahkah kamu tertarik pada kebudayaan suatu masyarakat saat membaca sebuah novel? Atau pernahkah kamu mendapat pengetahuan baru tentang alam semesta saat membaca novel sains fiction? Tanpa harus khusus membaca buku teks, tetapi sudah kita ketahui saat kita membaca sastra?
Aku dilahirkan dalam tahun 1632 di Kota York. Meskipun ayahku seorang asing, berasal dari Kota Bremen, dan mula-mula menetap di Hull, kami tergolong keluarga York yang terkemuka jua. Di Hull, ayahku pernah mempunyai perusahaan dagang sesudah beroleh kekayaan yang agak lumayan, ia bertempat tinggal di York untuk hidup senang dari uangnya. (Dikutip dari Robinson Crusoe karya Daniel Defoe)
Aku dilahirkan dalam tahun 1632 di Kota York. Meskipun ayahku seorang asing, berasal dari Kota Bremen, dan mula-mula menetap di Hull, kami tergolong keluarga York yang terkemuka jua. Di Hull, ayahku pernah mempunyai perusahaan dagang sesudah beroleh kekayaan yang agak lumayan, ia bertempat tinggal di York untuk hidup senang dari uangnya. (Dikutip dari Robinson Crusoe karya Daniel Defoe)
Dan Ndoro Seten, menurut Bapak, begitu saja menghadiahi nama kepada embok saya waktu diketahuinya Embok hamil tua. “Nanti kalau anakmu itu laki-laki, Mbok, namakan Soedarsono,” kata Ndoro Seten. Embok saya terkejut mendengar nama itu. Menurut Embok, sesungguhnya ia ingin memberi nama Islam (meskipun kami tidak sembahyang) seperti Ngali atau Ngusman. Bukankah nama bapak saya juga Kasan? Tetapi Bapak saya meyakinkan Embok untuk menerima saja pemberian nama itu. Embok masih bimbang, takut jangan-jangan nama itu nama yang terlalu berat bagi bayi seorang anak desa. Jangan-jangan jadi pendek umur anak itu nanti, begitu kekhawatiran Embok. Tetapi Bapak terus membujuk dan meyakinkan Embok bahwa kita tidak usah khawatir akan mengalami bencana itu. “Wong paringan hadiah priyayi tinggi kok dikhawatirkan,” tutur Bapak.
(Dikutip dari Para Priyayi karya Umar Kayam)
Matahari yang datang mencairkan salju di puncak gunung kebanggan kami itu, ialah seseorang yang baru kembali dari luar negeri. Ia setahun di Amerika.
(Dikutip dari kumpulan cerpen Hujan Panas dan Kabut Musim karya A.A. Navis)
Pengetahuan-pengetahuan itu disebut sebagai unsur ekstrinsik dalam karya sastra. Apakah perbedaannya dengan unsur intrinsik yang juga kita pelajari dalam sastra? Unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang memengaruhi pengarang dalam proses menulis novel, cerpen, drama, bahkan puisi. Dengan kata lain, unsur ekstrinsik bisa diibaratkan dengan pembangunan sebuah rumah. Unsur ekstrinsik lebih berupa kondisi sosial budaya pembangun rumah sehingga memengaruhi model rumah yang dibangunnya.
Unsur-unsur kehidupan pengarang yang termasuk unsur ekstrinsik dipengaruhi oleh hal berikut.
a. Latar belakang penciptaan, berkaitan dengan waktu karya sastra tersebut diciptakan.
Perhatikan kutipan cerita berikut ini.
“Wartawan-wartawan yang baru datang dari segenap penjuru dunia, New York, San Fransisco, dari Abilene kota kecil entah di negara bagian mana di Amerika Serikat, dari London, Inggris, atau dari kota kecil di Abilene akan membelikan minuman untuk wartawan-wartawan yang baru pulang dari medan perang, Mudah saja melihat wartawan mana yang baru pulang dari medan perang, mana yang akan pergi ke medan perang, atau yang tidak ada keinginan sama sekali untuk mengunjungi medan perang, tetapi hanya mengirimkan berita-berita peperangan Korea dari Tokyo saja. Yang baru datang biasanya janggut dan kumis dibiarkan tumbuh, pakaiannya uniform perang, ada yang masih membawa topi besi, tergantung-gantung di bahu.” (Mochtar Lubis, Kumpulan Cerita Pendek Perempuan: 1956)
Mochtar Lubis menulis cerita itu di masa revolusi. Sebagai wartawan, ia menceritakan pengalaman pribadinya bergaul dengan sesama wartawan yang meliput di medan perang. Ceritanya itu menjadi penanda unsur ekstrinsik yang dilatarbelakangi Perang Korea dan tentu saja termasuk kekalahan Jepang dari tentara Sekutu di Indonesia pada masa itu.
Unsur-unsur kehidupan pengarang yang termasuk unsur ekstrinsik dipengaruhi oleh hal berikut.
a. Latar belakang penciptaan, berkaitan dengan waktu karya sastra tersebut diciptakan.
Perhatikan kutipan cerita berikut ini.
“Wartawan-wartawan yang baru datang dari segenap penjuru dunia, New York, San Fransisco, dari Abilene kota kecil entah di negara bagian mana di Amerika Serikat, dari London, Inggris, atau dari kota kecil di Abilene akan membelikan minuman untuk wartawan-wartawan yang baru pulang dari medan perang, Mudah saja melihat wartawan mana yang baru pulang dari medan perang, mana yang akan pergi ke medan perang, atau yang tidak ada keinginan sama sekali untuk mengunjungi medan perang, tetapi hanya mengirimkan berita-berita peperangan Korea dari Tokyo saja. Yang baru datang biasanya janggut dan kumis dibiarkan tumbuh, pakaiannya uniform perang, ada yang masih membawa topi besi, tergantung-gantung di bahu.” (Mochtar Lubis, Kumpulan Cerita Pendek Perempuan: 1956)
Mochtar Lubis menulis cerita itu di masa revolusi. Sebagai wartawan, ia menceritakan pengalaman pribadinya bergaul dengan sesama wartawan yang meliput di medan perang. Ceritanya itu menjadi penanda unsur ekstrinsik yang dilatarbelakangi Perang Korea dan tentu saja termasuk kekalahan Jepang dari tentara Sekutu di Indonesia pada masa itu.
b. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan.
Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, berkaitan dengan keadaan masyarakat, unsur ekonomi, sosial, budaya, dan politik pada saat karya sastra itu diciptakan. Contohnya kutipan novel Dimsum Terakhir karya Clara Ng di bawah ini menggambarkan nilai budaya sekaligus religi keluarga Tiongkok.
“Meja sembahyang terlihat jelas di ruang keluarga. Abu jatuh dari hio yang sedikit lagi habis terbakar, membuat sebagian meja tampak kotor. Patung Dewi Kwan Im berdiri anggun di sana, diapit dua api yang menyala oleh minyak. Seikat bunga krisan berwarna kuning yang diletakkan di dalam vas tampak sedikit mengering. Di sampingnya, di sanalah abuku berada. Sejuta kenangan berhamburan turun. Tubuhku perlahan memudar. Dan setitik air mata meluncur turun di pipi.” (Clara Ng, Dimsum Terakhir: 2012)
Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, berkaitan dengan keadaan masyarakat, unsur ekonomi, sosial, budaya, dan politik pada saat karya sastra itu diciptakan. Contohnya kutipan novel Dimsum Terakhir karya Clara Ng di bawah ini menggambarkan nilai budaya sekaligus religi keluarga Tiongkok.
“Meja sembahyang terlihat jelas di ruang keluarga. Abu jatuh dari hio yang sedikit lagi habis terbakar, membuat sebagian meja tampak kotor. Patung Dewi Kwan Im berdiri anggun di sana, diapit dua api yang menyala oleh minyak. Seikat bunga krisan berwarna kuning yang diletakkan di dalam vas tampak sedikit mengering. Di sampingnya, di sanalah abuku berada. Sejuta kenangan berhamburan turun. Tubuhku perlahan memudar. Dan setitik air mata meluncur turun di pipi.” (Clara Ng, Dimsum Terakhir: 2012)
c. Pandangan hidup pengarang atau latar belakang pengarang.
Contohnya pandangan hidup Pramoedya Ananta Toer tersampaikan dengan jelas dalam Perawan Remaja dan Cengkeraman Militer. Perhatikan cuplikannya berikut ini.
“Tentu, bagaimana pun baik yang telah kalian peroleh dari kehidupan ini, masih ada saja yang kalian rasa kurang. Yang berada dalam kekurangan ingin terbebas dari kekurangan itu, ingin mendapatkan kemakmuran yang melimpah. Yang telah berada dalam kecukupan, ingin lebih cukup lagi. Dari perasaan yang kurang itu, dari keinginan mendapatkan yang lebih baik itu, timbullah impian. Dan impian itu bisa menjadi padat, menjadi cita-cita. Dan cita-cita itu menjadi pola yang menjadi dasar dan petunjuk dari perbuatan.” (Pramoedya Ananta Toer, Perawan Remaja dan Cengkeraman Militer: 2011)
Contohnya pandangan hidup Pramoedya Ananta Toer tersampaikan dengan jelas dalam Perawan Remaja dan Cengkeraman Militer. Perhatikan cuplikannya berikut ini.
“Tentu, bagaimana pun baik yang telah kalian peroleh dari kehidupan ini, masih ada saja yang kalian rasa kurang. Yang berada dalam kekurangan ingin terbebas dari kekurangan itu, ingin mendapatkan kemakmuran yang melimpah. Yang telah berada dalam kecukupan, ingin lebih cukup lagi. Dari perasaan yang kurang itu, dari keinginan mendapatkan yang lebih baik itu, timbullah impian. Dan impian itu bisa menjadi padat, menjadi cita-cita. Dan cita-cita itu menjadi pola yang menjadi dasar dan petunjuk dari perbuatan.” (Pramoedya Ananta Toer, Perawan Remaja dan Cengkeraman Militer: 2011)
Latar belakang pengarang berbeda satu sama lain. Pengarang yang berasal dari tanah Jawa tentu gaya bertutur atau pilihan tema ceritanya akan berbeda dengan tema atau gaya bertutur pengarang yang berasal dari tanah Melayu.
Ketiga unsur itu kemudian diuraikan lagi menjadi nilai-nilai ekstrinsik yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu berupa nilai sosial, nilai budaya, nilai politik, nilai agama, nilai ekonomi, nilai pendidikan, nilai sejarah, dan sebagainya.
Ketiga unsur itu kemudian diuraikan lagi menjadi nilai-nilai ekstrinsik yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu berupa nilai sosial, nilai budaya, nilai politik, nilai agama, nilai ekonomi, nilai pendidikan, nilai sejarah, dan sebagainya.
S1
Cermati kutipan cerita di bawah ini.
Aku dilahirkan dalam tahun 1632 di Kota York. Meskipun ayahku seorang asing, berasal dari Kota Bremen, dan mula-mula menetap di Hull, kami tergolong keluarga York yang terkemuka jua. Di Hull, ayahku pernah mempunyai perusahaan dagang sesudah beroleh kekayaan yang agak lumayan, ia bertempat tinggal di York untuk hidup senang dari uangnya. (Dikutip dari Robinson Crusoe karya Daniel Defoe)
Unsur ekstrinsik dalam kutipan cerita di atas dipengaruhi oleh . . . .
S2
Cermati kutipan cerita di bawah ini.
Aku dilahirkan dalam tahun 1632 di Kota York. Meskipun ayahku seorang asing, berasal dari Kota Bremen, dan mula-mula menetap di Hull, kami tergolong keluarga York yang terkemuka jua. Di Hull, ayahku pernah mempunyai perusahaan dagang sesudah beroleh kekayaan yang agak lumayan, ia bertempat tinggal di York untuk hidup senang dari uangnya. (Dikutip dari Robinson Crusoe karya Daniel Defoe)
Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kutipan cerita tersebut adalah ....
S3
Seorang pengarang mengisahkan kisah cinta dua karyawan yang tinggal di Korea Selatan dan
Indonesia. Unsur ekstrinsik yang dominan dalam cerita tersebut adalah ....
Indonesia. Unsur ekstrinsik yang dominan dalam cerita tersebut adalah ....
S4
Dalam biografi Sepatu Dahlan, penulis (Dahlan Iskan) menceritakan betapa sulitnya kehidupan Dahlan semasa kanak-kanak. Ia bahkan tak punya sepatu untuk bersekolah.
Unsur ekstrinsik yang terkandung dalam buku tersebut adalah ....
S5
Saini K.M, penulis novel trilogi cerita silat Jawa Barat begitu mampu menyampaikan cerita silat dengan deskripsi yang jelas, mengalir, memikat, dan penuh makna. Karenanya, tidak kalah menarik dengan cerita-cerita silat Cina yang sudah berkembang di Indonesia bertahun-tahun lalu. Sang pengarang, Saini K.M, juga menguasai ilmu-ilmu silat Sunda.
Pernyataan di atas jika dilihat dari analisis unsur ekstrinsik merupakan penilaian ....
S6
Cermati kutipan cerita beikut ini.
Dan Ndoro Seten, menurut Bapak, begitu saja menghadiahi nama kepada embok saya waktu diketahuinya Embok hamil tua. “Nanti kalau anakmu itu laki-laki, Mbok, namakan Soedarsono,” kata Ndoro Seten. Embok saya terkejut mendengar nama itu. Menurut Embok, sesungguhnya ia ingin memberi nama Islam (meskipun kami tidak sembahyang) seperti Ngali atau Ngusman. Bukankah nama bapak saya juga Kasan? Tetapi Bapak saya meyakinkan Embok untuk menerima saja pemberian nama itu. Embok masih bimbang, takut jangan-jangan nama itu nama yang terlalu berat bagi bayi seorang anak desa. Jangan-jangan jadi pendek umur anak itu nanti, begitu kekhawatiran Embok. Tetapi Bapak terus membujuk dan meyakinkan Embok bahwa kita tidak usah khawatir akan mengalami bencana itu. “Wong paringan hadiah priyayi tinggi kok dikhawatirkan,” tutur Bapak.
(Dikutip dari Para Priyayi karya Umar Kayam)
Berdasarkan isi kutipan novel tersebut, pengarang dipengaruhi oleh ....
S7
Karya sastra yang ditulis seseorang tidak lepas dari kehidupan sosial dan budaya penulisnya. Hal tersebut termasuk dalam salah satu unsur ekstrinsik ....
S8
Jika dianalisis lebih mendalam, nilai-nilai kehidupan ternyata banyak dijumpai dalam cerpen ini. Kekurangan hasil analisis ini sangat disayangkan karena pembaca tidak dapat mengambil pesan kehidupan secara rinci dalam cerpen tersebut.
Pernyataan di atas merupakan hasil evaluasi sebuah analisis cerpen yang dilihat dari unsur ....
S9
Dalam novel Gelombang, Dee menceritakan kehidupan tokoh utama yang tinggal di Sumatera Utara. Di tanah kelahiran tokoh utama, tradisi memanggil leluhur merupakan tradisi yang dipegang teguh para tokoh masyarakat jika ada peristiwa-peristiwa penting yang akan dilakukan masyarakat.
Unsur ekstrinsik yang ingin disampaikan resensator dalam ulasan novel Gelombang karya Dee di atas adalah ....
S10
Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!
Matahari yang datang mencairkan salju di puncak gunung kebanggan kami itu, ialah seseorang yang baru kembali dari luar negeri. Ia setahun di Amerika.
(Dikutip dari kumpulan cerpen Hujan Panas dan Kabut Musim karya A.A. Navis)
Kutipan cerpen tersebut merupakan unsur ekstrinsik yang bernilai pandangan hidup masyarakat atau nilai sosial. Hal ini ditandai oleh....