Contoh Soal Identifikasi Unsur Intrinsik Karya Sastra dalam Cerita

Contoh Soal Identifikasi Unsur Intrinsik Karya Sastra dalam CeritaSudahkah kamu tahu apa itu sastra? Pengertian sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari); (2) karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. 
      Nah, menurut Jakob Sumardjo, sastra memiliki badan dan jiwa. Jiwa sastra adalah pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia. Badan sastra berupa ungkapan bahasa yang indah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karya sastra tercipta dari hasil pemikiran dan pengalaman penulisnya dan dituliskan dengan bahasa yang indah dan penuh makna.
      Ada yang perlu kamu ingat, meskipun hanya berupa hasil karangan dan imajinasi pengarang, karya sastra yang baik tidak muncul begitu saja tanpa maksud tertentu, lho. Karya sastra dapat dikatakan sebagai perekam kondisi sosial-budaya pada saat karya sastra itu lahir. Dengan membaca sebuah karya sastra tertentu, kamu bisa memperoleh gambaran tentang situasi sosial budaya pada saat karya sastra itu muncul. 
      Pernah mendengar atau sudah membaca novel legendaris “Siti Nurbaya”? Dengan membacanya, kamu bisa melanglang buana menuju daerah yang menjadi latar novel “Siti Nurbaya” sekaligus mengetahui bagaimana kondisi sosial budaya pada saat itu. Nah, itu salah satu contoh mengapa karya sastra dikatakan sebagai perekam.
      Seru, kan, memahami karya sastra? Baiklah kita lanjutkan. Sebagai sebuah ciptaan, karya sastra tentu memiliki unsur-unsur yang membangunnya. Salah satu unsur yang membangun karya sastra yaitu unsur intrinsik atau unsur dalam.

Unsur Intrinsik

      Apakah unsur intrinsik itu? Unsur intrinsik adalah unsur sastra yang mempengaruhi terciptanya karya sastra atau yang membangun karya sastra itu dari dalam. Unsur ini bisa diketahui atau dipahami secara langsung dalam teks karya sastra itu. Yang termasuk dalam unsur intrinsik yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), sudut pandang, latar, gaya bahasa, serta pesan/amanat. Yuk, kita pelajari penjelasan masing-masing unsur intrinsik di paparan berikut ini.
A. Tema
Tema adalah inti atau pokok pikiran sebuah cerita yang hendak disampaikan pengarang melalui jalinan cerita. 
B. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan, hasil imajinasi pengarang, yang berperan dalam sebuah cerita. Adapun Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan tokoh yang diciptakannya. 
C. Alur (Plot)
Alur, bisa juga disebut plot atau jalan cerita, adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra. Rangkaian peristiwa disusun berdasarkan hukum sebab-akibat (kausalitas).
D. Sudut Pandang
Sudut pandang atau Point of View ialah cara pengarang memposisikan dirinya dalam sebuah cerita.
E. Latar
Latar atau sering disebut setting ialah gambaran mengenai tempat, waktu, suasana, juga sosial budaya dalam sebuah cerita. Latar berfungsi lebih meyakinkan pembaca mengenai jalan cerita yang dibacanya. Latar lebih menghidupkan sebuah cerita.
F. Gaya Bahasa
Apa yang dimaksud gaya bahasa? Gaya bahasa ialah bahasa khas yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan ide atau gagasannya melalui cerita. Setiap pengarang akan memilih kata-kata dan merangkai kalimat yang khas sesuai gayanya sendiri. Gaya bahasa menunjukkan ciri khas seorang pengarang. Bahasa yang digunakan bisa bahasa yang lugas seperti bahasa sehari-hari, bahasa simbol, atau pun bahasa sindiran. Pembagian majas juga perlu kamu pelajari untuk lebih memperkaya pemahaman tentang gaya bahasa.
G. Pesan/Amanat
Setiap karya sastra yang baik pasti mengandung pesan/amanat. Pesan atau amanat terkadang disampaikan oleh pengarang dengan cara dijelaskan (tersurat) oleh pengarang seperti memalui dialog para tokohnya. Bisa juga disampaikan secara tersirat atau tersembunyi yang baru bisa diketahui dan ditangkap maksudnya oleh pembaca setelah membaca keseluruhan isi cerita.

Langkah-Langkah Identifikasi Unsur Intrinsik Karya Sastra

Untuk bisa mengidentifikasi unsur intrinsik suatu karya sastra, kamu bisa mempraktikkan langkah-langkah berikut.
a. Baca dan pahami karya sastra dengan saksama. Membaca secara menyeluruh akan memudahkan kamu memahaminya.
b. Untuk memahami tema, kamu bisa menyimpulkan dari hal yang paling banyak dipaparkan pengarang atau dibicarakan oleh tokoh.
c. Mengidentifikasi tokoh utama bisa kamu lakukan dengan cara melihat dan membandingkan tokoh yang paling banyak ditampilkan oleh pengarang.
d. Alur bisa diketahui dengan melihat dari mana cerita dimulai.
e. Mengidentifikasi sudut pandang cukup mudah, tinggal melihat siapa tokoh utamanya. Contoh Jika tokoh utama “aku” berarti sudut pandang orang pertama.
f. Latar pun cukup mudah diidentifikasi, cukup dengan melihat kapan, di mana, dan dalam suasana apa cerita tersebut.
g. Pesan/amanat bisa kamu ketahui lewat pemahaman dan perenungan terhadap cerita.

Contoh Soal Identifikasi Unsur Intrinsik Karya Sastra dalam Cerita

“Iya Dho, jangan pernah lupa juga untuk berkirim kabar nanti. Kami di sini akan selalu merindukanmu. Kamu... kamu sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri. Berbaktilah selalu pada nenek dan ibumu ya Nak.” Bu Husin dengan terbata turut memberikan nasehatnya. Bahkan Bu Husin sudah meneteskan air mata.
(Disadur dari novel Mutiara-Mutiara Rindu karya Ahmad Khoirus Salim)
Latar yang paling menonjol yang terdapat dalam penggalan novel di atas adalah ....
Baiklah, tapi jangan panggil saya Tuan, ah. Saya bukan Tuan. Orang awam, sama seperti Saudara. Nama saya Waluyo. Orang-orang memanggilku ‘Pak Pong’. Lihat saja nanti, Pak Jenderalmu pasti memanggil aku dengan ‘Pak Pong’, ‘Pak Pong’ terlalu banyak makan singkong, kalau rakus dikasih teletong. Ooh, sejak kecil kami memang suka berolok-olok.” Dia tertawa lebar, terkenang masa kecilnya, ber¬canda di atas punggung kerbau. Si penjaga sempat menca¬tat: gigi tamunya ompong semua.
Disadur dari: cerpen "Jakarta" karya Totilawati Tjitrawasita
Watak tokoh dalam penggalan cerpen di atas adalah ....
Cermati penggalan cerpen berikut.

“Baiklah, tapi jangan panggil saya Tuan, ah. Saya bukan Tuan. Orang awam, sama seperti Saudara. Nama saya Waluyo. Orang-orang memanggilku ‘Pak Pong’. Lihat saja nanti, Pak Jenderalmu pasti memanggil aku dengan ‘Pak Pong’, ‘Pak Pong’ terlalu banyak makan singkong, kalau rakus dikasih teletong. Ooh, sejak kecil kami memang suka berolok-olok.” Dia tertawa lebar, terkenang masa kecilnya, ber¬canda di atas punggung kerbau. Si penjaga sempat menca¬tat: gigi tamunya ompong semua.
Disadur dari: cerpen "Jakarta" karya Totilawati Tjitrawasita
Watak tokoh dalam penggalan cerpen di atas adalah ....
Dulu, semasa kanak, ia memang pernah terpesona dengan makhluk yang bagai hanya ada dalam buku-buku dongeng. Di San Francisco yang hiruk pikuk, tempat ia tinggal sejak kanak-kanak, ia tak pernah melihat kunang-kunang secara langsung. Ia melirik Peter yang begitu asyik memandangi kunang-kunang yang disimpannya dalam stoples. Cahaya kuning kehijauannya membias pucat.
Disadur dari: "Kunang-Kunang di Langit Jakarta" karya Agus Noor
Alur cuplikan cerpen di atas adalah ....
“Tak ada yang bisa memengaruhi untuk kembali padanya. Aku sudah bosan dengan janji-janji palsunya!” tegasnya. Yang jelas, menurut Linda, akhirnya ini sejak suaminya pengangguran memang kerap ringan tangan. Padahal yang menutupi kebutuhan rumah tangganya dari gajinya.
      Lalu ia meminta masukan perihal tata cara perceraian. Sekadarnya kujelaskan sejauh yang kutahu, tanpa ingin aku masuk ke persoalan rumah tangganya. Aku selalu berada di antara keduanya. Aku katakan padanya, biasanya yang menggugat perceraian bukan dari pihak istri. Oleh sebab itu, sulit jika pihak laki tak mau menceraikan.
(Disadur dari: "Mata Ibu" karya Isbedy Stiawan ZS)
Latar yang terdapat pada paragraf kedua adalah ....
Anakku, desis Bunda dalam hati. Ditatapnya mata bintang kejoranya satu-satu. Percayalah hidup ini tidak mudah. Bahwa ketika Bunda tuangkan susu untuk sereal kalian, ada anak-anak di luar sana yang tidak kenal kata "sarapan". Ketika kalian tidur di atas duvet yang hangat dan angin AC yang sejuk membelai kepala kalian, mereka meringkuk dengan perut cekung di bawah bintang, kedinginan, kelaparan, terbuang.
(Disadur dari Cerpen "Bunda Duduk Bercerita" karya Bangkit Setia M)
Darmayanti, Nani.2008. Komunikatif dalam berbahasa Indonesia 3: untuk Tingkat Unggul (kelas XII) SMK/MAK. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
Pesan/amanat yang terkandung dalam penggalan cerpen di atas adalah ....
Bapak didampingi Emak bernasehat panjang lebar pada Rumi. Walau sangatlah berat, mereka berdua merelakan juga si bungsu itu pergi. Air mata yang hendak menetes sekuat tenaga mereka bendung. Biarlah membanjir dalam hati. Meski dari mata Emak menitik juga rasa sedih yang meleleh. Mereka tak sampai hati menggoyahkan impian Rumi. Ia sudah mantap!
Disadur dari Cerpen "Rumi" karya Ahmad Khoirus Salim
Watak tokoh Rumi dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....
...
Pertemuan malam di taman kota kutunggu. Pepohonan rindang dan sebuah bangku panjang berteduh di bawahnya. Rumput hijau seperti syal yang kau pakai pada pertemuan minggu lalu.
Hembusan angin malam yang menghantarkan kita pada kedamaian karena aku ingin membuatmu selalu tersenyum dan tenang. Aku pun telah menyiapkan sebuah hadiah kecil untukmu, tapi jangan kau lihat besar kecilnya hadiah itu. Hadiah itu adalah perasaanku. Perasaan bahagia karena aku telah bertemu denganmu dalam ketidaksengajaan atau kebetulan?
...
Disadur dari Cerpen "Perempuan yang Membunuh Kunang-Kunang" karya Fina Sato
Darmayanti, Nani.2008. Komunikatif dalam berbahasa Indonesia 3: untuk Tingkat Unggul (kelas XII) SMK/MAK. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
Tema dari penggalan cerpen di atas adalah ....
Hukum tak ambil pusing tentang namanya yang tidak umum itu. Dia beranggapan bahwa ayahnya yang dulu berprofesi sebagai hakim telah memberikan nama itu dengan banyak pertimbangan dan Hukum pun tak mengeluh soal nama itu.
Disadur dari cerpen "Fiksi Hukum" karya M Fajarli Iqbal
Sudut pandang pengarang dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....
Baca secara saksama kutipan cerpen berikut.
Irham coba menghitung-hitung berapa lama Mak tak mengirim oleh-oleh. Ternyata, persis sejak Alida menikah. Sejak Mak punya menantu baru; Yung. Suami Alida. Ya, sejak itu Mak tak pernah lagi bikin Rendang Ikan Pawas Bertelur, Krupuk Cincang, Lemang Tapai dan Goreng Belut. Mak hanya kirim Dendeng Lambok buat Yung. Menantu kesayangannya.
(Disadur dari cerpen "Menantu Baru" karya Damhuri Muhammad)
Watak Mak dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....
Perhatikan dengan teliti kutipan cerita rakyat berikut untuk menjawab pertanyaan.
Sejak kepergian Jayaprana ke hutan, Layonsari kelihatan murung. Sepanjang hari perasaan cemas selalu membayanginya. Ia mendapat firasat akan terjadi hal-hal yang sangat tidak diharapkannya. Untuk mengurangi rasa cemasnya, dia melanjutkan menenun. Ia bermaksud akan menghadiahkan hasil tenunannya itu kepada suaminya pada hari raya nanti.
Disadur "cerita" rakyat Jayaprana dan Layonsari, diceritakan kembali oleh Dwi Arimbawa
Latar yang terdapat dalam penggalan cerita rakyat di atas adalah ....
.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel