Contoh Soal Struktur Teks Novel
Contoh Soal Struktur Teks Novel - Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel diartikan sebagai ‘karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’. Bangunan novel disusun oleh unsur intrinsik, yang meliputi:
- Tema, merupakan pokok pikiran yang berfungsi menjadi dasar cerita.
- Alur (plot), merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu kejadian. Tahap alur meliputi pengenalan, penampilan masalah, pemunculan konflik, puncak ketegangan (klimaks), peleraian (antiklimaks), dan penyelesaian (konklusi).
- Tokoh (perwatakan), merupakan sifat dasar atau budi pekerti tokoh.
- Latar, merupakan situasi dan kondisi saat cerita berlangsung, berupa waktu, tempat, serta suasana dan keadaan sosial.
- Sudut pandang, merupakan cara pengarang menceritakan tokoh.
- Diksi (pilihan kata), merupakan kata-kata yang digunakan untuk menceritakan kisah secara utuh.
- Amanat, merupakan pesan yang disampaikan lewat nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
SOAL 1
Bacalah kutipan novel di bawah ini!
Zafran melihat sekelilingnya, merasa seperti berada di antara benang-benang ialalang raksasa setinggi pinggang. Mereka menelusuri jalan setapak yang membelah padang. Leher mereka terus berputar menikmati pemandangan sekitar. Dari atas mereka mirip enam titik kecil berjalan beriringan di antara keindahan alam Mahameru, membelah semesta dengan segala keindahan di sekeliling mereka.
Tak ada yang percaya keindahan telah mendatangi mereka lagi. Tak hentinya mereka melihat ke langit sambil mengucap syukur. Angin padang yang keras menghantam wajah mereka, jiwa petualang seperti merasuki hati mereka tatkala Puncak Mahameru kembali terlihat megah.
(Dikutip dari novel 5cm. karya Donny Dhirgantoro, hlm. 288
Cetakan ke-14, Januari 2010; Jakarta: PT Gramedia)
Tak ada yang percaya keindahan telah mendatangi mereka lagi. Tak hentinya mereka melihat ke langit sambil mengucap syukur. Angin padang yang keras menghantam wajah mereka, jiwa petualang seperti merasuki hati mereka tatkala Puncak Mahameru kembali terlihat megah.
(Dikutip dari novel 5cm. karya Donny Dhirgantoro, hlm. 288
Cetakan ke-14, Januari 2010; Jakarta: PT Gramedia)
Latar kutipan novel di atas adalah ….
SOAL 2
Simaklah cuplikan novel berikut ini!
Timbangan itu! Kanjat sangat menyadari perkakas metrologi yang terbuat dari kuningan itu adalah momok besar bagi para penyadap. Dan siapa yang mengendalikannya dibilang orang sebagai sahabat hantu yang suka makan cecek, yakni setrip-setrip batang timbangan. Satu setrip yang termakan adalah satu ons gula yang termanipulasi untuk keuntungan tetap seorang tengkulak. Dan Pak Tir, ayah kandung Kanjat, adalah salah seorang tengkulak itu. Kanjat menelan ludah.
(Dikutip dari novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari, hlm. 94
Cetakan ke-2, Maret 2013; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
(Dikutip dari novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari, hlm. 94
Cetakan ke-2, Maret 2013; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Penokohan yang tepat atas tokoh Kanjat dalam cuplikan novel di atas adalah ….
SOAL 3
Bacalah penggalan bagian komplikasi novel berikut ini!
“Karena tak tertahankan oleh saya siksaan yang telah dijatuhkan atas diri saya, hanya karena takdir saya, harus bersuami laki-laki Padang.”
Kalsum terdiam mendengar jawaban Julaiha ini. Dia tahu bagaimana adat istiadat negerinya. Dugaannya, tentulah perkara ini berhubungan dengan pandangan perempuan Padang atas perempuan lain di luar Padang. Dia merasa malu keluarga suaminya telah berbuat suatu kesalahan yang tercela di mata orang Sunda, karena hendak menurutkan adat istiadat bangsanya, yang di dalam hal ini, memang sudah tak baik dipertahankan lagi.
Dia yang telah lama tak ada lagi di daerahnya dan tak pula terikat oleh aturan Padang, telah melihat dan dapat memperbandingkan adat negerinya dengan adat negeri lain dalam hal perkawinan, kini merasakan kepincangan perkawinan Padang.
(Dikutip dari novel Memang Jodoh karya Marah Rusli, hlm. 163
Cetakan ke-2, September 2013; Bandung: Qanita)
Kalsum terdiam mendengar jawaban Julaiha ini. Dia tahu bagaimana adat istiadat negerinya. Dugaannya, tentulah perkara ini berhubungan dengan pandangan perempuan Padang atas perempuan lain di luar Padang. Dia merasa malu keluarga suaminya telah berbuat suatu kesalahan yang tercela di mata orang Sunda, karena hendak menurutkan adat istiadat bangsanya, yang di dalam hal ini, memang sudah tak baik dipertahankan lagi.
Dia yang telah lama tak ada lagi di daerahnya dan tak pula terikat oleh aturan Padang, telah melihat dan dapat memperbandingkan adat negerinya dengan adat negeri lain dalam hal perkawinan, kini merasakan kepincangan perkawinan Padang.
(Dikutip dari novel Memang Jodoh karya Marah Rusli, hlm. 163
Cetakan ke-2, September 2013; Bandung: Qanita)
Permasalahan yang tampak pada bagian komplikasi penggalan novel di atas adalah ...
SOAL 4
Kutipan dari novel Memang Jodoh karya Marah Rusli di bawah ini yang menggambarkan bagian orientasi di mana perwatakan tokoh dilihat dari penggambaran oleh tokoh lain adalah ….
SOAL 5
Kutipan dari novel berjudul Max Havelaar karya Multatuli di bawah ini yang menyiratkan tahap perkenalan konflik pada bagian abstrak adalah ….
SOAL 6
Simaklah kutipan-kutipan di bawah ini!
(1) Dari tempatnya yang tinggi kedua burung bangau itu melihat Dukuh Paruk sebagai sebuah gerumbul kecil di tengah padang yang amat luas. Dengan daerah pemukiman terdekat, Dukuh Paruk hanya dihubungkan oleh jaringan pematang sawah, hampir dua kilometer panjangnya. Dukuh Paruh, kecil dan menyendiri. Dukuh Paruk yang menciptakan kehidupannya sendiri.
(2) Meski Santayib dan istrinya meninggal ketika hari masing siang, mayat mereka tidak segera ditanam. Semua orang di Dukuh Paruk sibuk dengan mayat keluarga masing-masing. Atau merawat orang-orang yang masih bertahan hidup.
(3) “Kalian datang membawa persoalan ke rumah ini. Kalau kalian tidak ingin aku membatalkan rencana, beri kami kesempatan memecahkan persoalan itu. Hendaknya kalian mau diam sebentar di tempat masing-masing. Jangan mencoba bertengkar kembali. Aku hendak bermusyawarah sebentar di dalam.”
(4) Anak gembala itu membalikkan tabung hingga isinya jatuh ke tanah. Srintil menjerit dan melompat, tepat seperti gadis kecil yang ketakutan. Seekor ular rangon merayap bebas setelah sekian lama terkurung dalam tabung bambu. Sekali lagi terdengar sorak-sorai anak-anak gembala.
(5) Siti, seorang gadis seusia Srintil. Setiap pagi dia membeli singkong di pasar Dawuan. Ibunya menjadi penjual berjenis-jenis makanan yang terbuat dari umbi akar tersebut. Ibu Siti tidak berjualan di pasar itu. Tetapi di pasar Dawuan, orang dengan mudah mendapat segala macam keterangan. Demikian, maka aku tahu banyak tentang Siti dan ibunya.
(Dikutip dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
Cetakan ke-2, Januari 2004; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
(2) Meski Santayib dan istrinya meninggal ketika hari masing siang, mayat mereka tidak segera ditanam. Semua orang di Dukuh Paruk sibuk dengan mayat keluarga masing-masing. Atau merawat orang-orang yang masih bertahan hidup.
(3) “Kalian datang membawa persoalan ke rumah ini. Kalau kalian tidak ingin aku membatalkan rencana, beri kami kesempatan memecahkan persoalan itu. Hendaknya kalian mau diam sebentar di tempat masing-masing. Jangan mencoba bertengkar kembali. Aku hendak bermusyawarah sebentar di dalam.”
(4) Anak gembala itu membalikkan tabung hingga isinya jatuh ke tanah. Srintil menjerit dan melompat, tepat seperti gadis kecil yang ketakutan. Seekor ular rangon merayap bebas setelah sekian lama terkurung dalam tabung bambu. Sekali lagi terdengar sorak-sorai anak-anak gembala.
(5) Siti, seorang gadis seusia Srintil. Setiap pagi dia membeli singkong di pasar Dawuan. Ibunya menjadi penjual berjenis-jenis makanan yang terbuat dari umbi akar tersebut. Ibu Siti tidak berjualan di pasar itu. Tetapi di pasar Dawuan, orang dengan mudah mendapat segala macam keterangan. Demikian, maka aku tahu banyak tentang Siti dan ibunya.
(Dikutip dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
Cetakan ke-2, Januari 2004; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Teks yang menunjukkan latar tempat cerita pada bagian struktur orientasi dalam penggalan novel Ronggeng Dukuh Paruk di atas adalah ....
SOAL 7
Bacalah kutipan novel berikut ini!
Hanya karena pedukuhan itu bernama Dukuh Paruk maka penghuninya mampu memperlambat datangnya busung lapar. Orang-orang di sana pintar mengolah iles-iles, ubi gadung, atau keladi-keladi gatal seperti senthe urang dan lompong badung. Bahan-bahan itu diolah dengan cara-cara khusus sehingga mereka tidak mabuk oleh racun iles-iles atau ubi gadung. Lidah mereka tidak menjadi kelu oleh gatalnya keladi-keladi liar. Anehnya, orang-orang Dukuh Paruk enggan ikut mengganyang daging tikus. Padahal pada masa itu soal makan daging tikus ramai dipropagandakan orang. Tidak jarang para penganjur berdemonstrasi memakan sate daging tikus di tengah-tengah rapat umum.
(Dikutip dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; hlm. 227-228
Cetakan ke-2, Januari 2004; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
(Dikutip dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; hlm. 227-228
Cetakan ke-2, Januari 2004; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Amanat yang dapat diambil dari penggalan novel di atas adalah ….
SOAL 8
Bacalah penggalan novel di bawah ini!
Sudah seminggu kami dikurung seperti binatang dalam karantina. Bau pesing kakus semakin mencocok hidung sepanjang hari. Memang sulit diatasi. Dalam keadaan dikurung seperti ini keinginan untuk kencing lebih sering daripada hari-hari biasa. Demikian juga keinginan untuk berak. Padahal, makanan dan minuman jauh lebih sedikit daripada biasanya. Tentu itu disebabkan oleh ketegangan pikiran.
Pintu barak hanya dibuka dua kali sehari. Pagi subuh dan sore sekitar jam tiga. Paling lama setengah jam. Dalam waktu sesingkat itu, beberapa kebutuhan harus dapat diselesaikan: mandi, mencuci pakaian, korve membersihkan kamar mandi dan kakus, membawa air ke bak kakus yang hanya punya dua tong untuk kebutuhan 195 tahanan. Pagi-pagi seperti biasa kami hanya dijatah segelas air hangat, demikian juga sore. Siang hari hanya mendapat nasi dan sayur bayam. Karena kiriman tidak boleh masuk, kami hanya makan jatah.
(Dikutip dari novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta, hlm. 287
Cetakan ke-1, 2010; Jakarta: PT Elex Media Komputindo)
Pintu barak hanya dibuka dua kali sehari. Pagi subuh dan sore sekitar jam tiga. Paling lama setengah jam. Dalam waktu sesingkat itu, beberapa kebutuhan harus dapat diselesaikan: mandi, mencuci pakaian, korve membersihkan kamar mandi dan kakus, membawa air ke bak kakus yang hanya punya dua tong untuk kebutuhan 195 tahanan. Pagi-pagi seperti biasa kami hanya dijatah segelas air hangat, demikian juga sore. Siang hari hanya mendapat nasi dan sayur bayam. Karena kiriman tidak boleh masuk, kami hanya makan jatah.
(Dikutip dari novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta, hlm. 287
Cetakan ke-1, 2010; Jakarta: PT Elex Media Komputindo)
Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel di atas adalah ….
SOAL 9
Bacalah kutipan novel di bawah ini!
Lebih kurang tiga hari sebelum saya bertemu dengan Rafilus, seorang upas-pos bernama Munandir datang ke rumah saya. Setelah mengutuk matahari, dia menyatakan sangat capai dan ingin istirahat. Kemudian, tanpa malu-malu dia minta minum air setrup dingin. Setelah minum dengan cara sangat rakus, berulah dia menyerahkan surat.
Ternyata surat tersebut sebuah undangan dari seorang bernama Jumarup, tinggal di Jl. W.R. Supratman 205. Kalau tidak salah saya pernah mendengar namanya. Mungkin dia seorang pengusaha. Saya diundang untuk menyantap makanan pada pesta khitanan anaknya. Siapa nama anaknya, saya lupa.
Undangan jatuh pada hari Minggu pagi. Saya datang. Di sanalah saya bertemu dengan Rafilus untuk pertama kali. Semenjak saat itu saya mendapat kesan bahwa dia tidak akan mati. Dia berkaki dua, berjalan seperti manusia biasa, akan tetapi langkah-langkah kakinya menimbulkan derap bagaikan kendaraan berat. Saya juga mendapat kesan yang tidak dapat ditawar, bahwa dia kebal peluru. Itu kesan saya. Dan saya tahu bahwa sebetulnya saya harus melawan kesan saya sendiri.
Mungkin saya tidak akan bertemu dengan Rafilus seandainya Jumarup mempunyai sopan-santun. Dia mengundang sekian banyak tamu, tapi waktu mereka datang, dia tidak ada. Di mana anak Jumarup dan seluruh keluarganya, tidak juga ada yang tahu. Semua tamu diserahkannya ke tangan sekian banyak pelayan, sementara semua pelayan mempunyai anggapan seluruh tamu pasti kelaparan. Sikap mereka menampakkan hasrat untuk cepat-cepat menumpahkan seluruh makanan ke dalam perut tamu. Dan dari sikap mereka nampak bahwa mereka disewa dari bermacam-macam rumah-makan terkenal tanpa mengetahui di mana Jumarup.
(Dikutip dari novel Rafilus karya Budi Darma
Cetakan ke-1, Mei 2008; Yogyakarta: Jalasutra)
Ternyata surat tersebut sebuah undangan dari seorang bernama Jumarup, tinggal di Jl. W.R. Supratman 205. Kalau tidak salah saya pernah mendengar namanya. Mungkin dia seorang pengusaha. Saya diundang untuk menyantap makanan pada pesta khitanan anaknya. Siapa nama anaknya, saya lupa.
Undangan jatuh pada hari Minggu pagi. Saya datang. Di sanalah saya bertemu dengan Rafilus untuk pertama kali. Semenjak saat itu saya mendapat kesan bahwa dia tidak akan mati. Dia berkaki dua, berjalan seperti manusia biasa, akan tetapi langkah-langkah kakinya menimbulkan derap bagaikan kendaraan berat. Saya juga mendapat kesan yang tidak dapat ditawar, bahwa dia kebal peluru. Itu kesan saya. Dan saya tahu bahwa sebetulnya saya harus melawan kesan saya sendiri.
Mungkin saya tidak akan bertemu dengan Rafilus seandainya Jumarup mempunyai sopan-santun. Dia mengundang sekian banyak tamu, tapi waktu mereka datang, dia tidak ada. Di mana anak Jumarup dan seluruh keluarganya, tidak juga ada yang tahu. Semua tamu diserahkannya ke tangan sekian banyak pelayan, sementara semua pelayan mempunyai anggapan seluruh tamu pasti kelaparan. Sikap mereka menampakkan hasrat untuk cepat-cepat menumpahkan seluruh makanan ke dalam perut tamu. Dan dari sikap mereka nampak bahwa mereka disewa dari bermacam-macam rumah-makan terkenal tanpa mengetahui di mana Jumarup.
(Dikutip dari novel Rafilus karya Budi Darma
Cetakan ke-1, Mei 2008; Yogyakarta: Jalasutra)
Tokoh protagonis dalam kutipan novel di atas adalah ….
SOAL 10
Pernyataan berikut ini yang tidak termasuk penilaian terhadap struktur novel adalah ….