Contoh Soal Kaidah Teks Novel
Contoh Soal Kaidah Teks Novel - Kita sudah mengenal apa itu novel. Sekarang, kita akan mempelajari kaidah-kaidah dalam tata bahasa novel. Novel adalah jenis karangan yang berbeda dengan laporan, ataupun berita dan artikel. Karena itu, tata bahasa yang digunakan dalam novel berbeda dengan jenis karangan lain.
Kaidah Kebahasaan dalam Novel Indonesia
Novel diartikan sebagai karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dengan kata lain, merupakan genre sastra yang berbentuk prosa baru. Nyoman Kutha Ratna mengatakan bahwa sebagai prosa baru, novel berfungsi sebagai bagian dari seni. Karena itu, novel mengandung nilai estetis (keindahan). Nilai estetis dalam novel terbentuk karena faktor kebahasaan.
Ragam bahasa yang digunakan dalam novel tidak sama dengan ragam bahasa resmi yang digunakan pada karya-karya ilmiah atau jurnalistik. Novel menggunakan ragam bahasa sastra yang mengandung keindahan.
Ada beberapa kaidah kebahasaan dalam novel, antara lain sebagai berikut.
- Susunan Paragraf Bebas Novel sebagai bagian dari prosa memiliki susunan paragraf yang bebas. Kalimat-kalimatnya dirangkai dalam bentuk yang tidak terbatas oleh aturan sepeti puisi. Rangkaian kalimatnya tidak harus diwujudkan sebagai bait-bait atau baris-baris sajak.
- Ragam Bahasa Idiolek Tata bahasa dalam setiap novel berbeda antara satu dengan lainnya. Hal itu disebabkan ragam bahasa idiolek yang dimiliki satu novel tidak sama dengan novel lainnya. Idiolek menyebabkan tata bahasa maupun pilihan kata dalam suatu novel bersifat perseorangan. Sifat perseorangan tersebut timbul karena adanya ciri khas dari pribadi penulis.
- Tata Kalimat Lentur dan Padu Kalimat dalam novel disusun secara fleksibel. Satu novel dapat disusun hanya dari kalimat tidak langsung, seperti monolog. Suatu novel juga bisa disusun dari gabungan kalimat tidak langsung dan kalimat langsung. Pada umumnya, novel terdiri atas kalimat tidak langsung sekaligus kalimat langsung. Setiap kalimat selalu berhubungan dengan kalimat lain sehingga menciptakan kepaduan cerita.
- Penyesuaian Gaya Bahasa Gaya bahasa yang dipakai dalam novel menyesuaikan dengan tema. Gaya bahasa untuk novel anak berbeda dengan novel remaja, gaya bahasa novel sejarah berbeda dengan novel komedi. Penyesuaian tersebut berguna untuk membangun latar dan penokohan.
- Penggunaan Kata Tidak Baku Dalam novel, diperbolehkan menggunakan kata tidak baku. Misalnya, dalam kalimat tidak langsung yang mengandung ragam bahasa lisan atau bahasa percakapan.
- Penulisan Sesuai EYD Meskipun diperbolehkan menggunakan kata tidak baku, tetapi dalam hal penulisan, tata kalimat dalam novel harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Misalnya, dalam pemakaian huruf kapital, huruf miring, tanda baca, kutipan, dan sebagainya.
- Kosakata Denotatif dan Konotatif Novel terdiri atas kosakata yang bermakna denotasi dan konotasi. Kosakata denotatif digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kosakata konotatif untuk menggambarkan kiasan atas suatu keadaan demi menciptakan kesan keindahan. Karena itu, di dalam novel sering dijumpai ungkapan (idiom), majas, dan peribahasa.
SOAL 1
....
Hidupku dan Watti seolah-olah berada di dua alam. Kami adalah amfibi yang menjadi aneh di tengah hewan darat dan dicibiri ikan-ikan kalau nyemplung ke air. Menjadi China di sekolah negeri sama sekali bukan hal simpel. Masa sekolah merupakan masa perjuanganku menetralkan indra pendengaran supaya hati ini tak perlu nyelekit ketika anekdot-anekdot yang menyangkut ras China sampai ke kuping.
Seringnya, kami semua lupa soal kami ini China atau pribumi. Namun, ketika temanku di jalan mengumpat, “China loleng!” ke segerombolan anak China yang tak dikenalnya, aku pun berjuang setengah mati agar tidak tersinggung. Ketika seseorang menceletuk iseng sambil menunjuk anak China kecil, “Kasihan, ya. Kecil-kecil sudah China.” Ketika kami lulus dan corat-coret seragam, mataku terpentok pada sebaris tulisan, “Bandung Anti-China”. Dan, di dunia tempatku meleburkan diri, semua itu terdengar normal. Padahal tidak. Tidak ketika kulitmu berwarna kuning dan susah gosong sekalipun dijemur seharian di lapangan dan matamu tetap sipit padahal engkau sedang melotot lebar-lebar. Semua usahaku tak pernah berhasil. Hatiku tetap tertusuk-tusuk.
(Dikutip dari novel Petir karya Dewi Lestari, hlm. 26-27
Cetakan pertama, April 2012; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
Hidupku dan Watti seolah-olah berada di dua alam. Kami adalah amfibi yang menjadi aneh di tengah hewan darat dan dicibiri ikan-ikan kalau nyemplung ke air. Menjadi China di sekolah negeri sama sekali bukan hal simpel. Masa sekolah merupakan masa perjuanganku menetralkan indra pendengaran supaya hati ini tak perlu nyelekit ketika anekdot-anekdot yang menyangkut ras China sampai ke kuping.
Seringnya, kami semua lupa soal kami ini China atau pribumi. Namun, ketika temanku di jalan mengumpat, “China loleng!” ke segerombolan anak China yang tak dikenalnya, aku pun berjuang setengah mati agar tidak tersinggung. Ketika seseorang menceletuk iseng sambil menunjuk anak China kecil, “Kasihan, ya. Kecil-kecil sudah China.” Ketika kami lulus dan corat-coret seragam, mataku terpentok pada sebaris tulisan, “Bandung Anti-China”. Dan, di dunia tempatku meleburkan diri, semua itu terdengar normal. Padahal tidak. Tidak ketika kulitmu berwarna kuning dan susah gosong sekalipun dijemur seharian di lapangan dan matamu tetap sipit padahal engkau sedang melotot lebar-lebar. Semua usahaku tak pernah berhasil. Hatiku tetap tertusuk-tusuk.
(Dikutip dari novel Petir karya Dewi Lestari, hlm. 26-27
Cetakan pertama, April 2012; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
Ragam bahasa idiolek pengarang yang paling tampak pada potongan teks novel di atas adalah ….
SOAL 2
Memiliki hobi membaca dan menulis, wanita berparas cantik itu juga sangat suka travelling. Jika ada waktu libur yang cukup panjang, Elizabeth selalu memanfaatkannya untuk bepergian keliling Eropa, beberapa negara di Benua Amerika, bahkan sampai menjelajahi negara-negara di Afrika. Hal itu bukan dilakukan tanpa tujuan. Dia ingin agar pundi-pundi pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Tentunya hal itu akan sangat berguna dalam menghadapi tantangan pekerjaannya sebagai editor salah satu media cetak terkemuka di Inggris.
(Dikutip dari novel Koin Terakhir karya Yogie Nugroho, hlm. 184-185
Cetakan pertama, Juli 2013; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
(Dikutip dari novel Koin Terakhir karya Yogie Nugroho, hlm. 184-185
Cetakan pertama, Juli 2013; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
Perbaikan penulisan potongan teks novel di atas agar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah ….
SOAL 3
Tiba-tiba telepon berdering. Tokek itu terkejut. Ia kontan putus manggung, lalu ngibrit kembali ke tempat persembunyiannya.
Telepon menjerit-jerit. Suaranya menggelepar ke seluruh ruangan mencari seseorang sampai sembilan kali. Tapi sia-sia. Tak ada yang datang mengangkat. Akhirnya ia berhenti menggapai. Tetapi belum menyerah. Beberapa saat kemudian telepon berdering lagi. Lebih keras dari sebelumnya. Menerjang ke kamar tidur dan gudang. Tetapi tetap saja tidak ada yang menyambut.
(Dikutip dari novel Putri karya Putu Wijaya, hlm. 189
Cetakan pertama, Sepetember 2004; Jakarta: Pustaka Utama Grafiti)
Telepon menjerit-jerit. Suaranya menggelepar ke seluruh ruangan mencari seseorang sampai sembilan kali. Tapi sia-sia. Tak ada yang datang mengangkat. Akhirnya ia berhenti menggapai. Tetapi belum menyerah. Beberapa saat kemudian telepon berdering lagi. Lebih keras dari sebelumnya. Menerjang ke kamar tidur dan gudang. Tetapi tetap saja tidak ada yang menyambut.
(Dikutip dari novel Putri karya Putu Wijaya, hlm. 189
Cetakan pertama, Sepetember 2004; Jakarta: Pustaka Utama Grafiti)
Majas yang paling mendominasi kutipan novel di atas adalah ….
SOAL 4
Duduk di atas batu seperti ini, dikitari sunyi dan derai angin, gemericik air, suara belalang dan jengkerik, aku merasa tengah duduk di atas singgasanaku sendiri yang telah begitu kukenal. Singgasana dalam kerajaan khayal. Singgasana kemilau cahaya yang telah ditinggalkan oleh si buta bersama rahasia kebebasan dan kemerdekaannya. Pernahkah mereka berpikir bahwa semua anak punya rahasia dan rahasia itu adalah kerajaan megahku, di mana dapat kuperintahkan segenap pasukanku dengan kuasa dan kemampuanku dalam meniru kebijaksanaan Ratu Balqis?
(Dikutip dari novel Perempuan Berkalung Sorban karya , Abidah El Khalieqy, hlm. 42
Cetakan pertama, Maret 2001; Yogyakarta: Yayasan Kesejahteraan Fatayat)
(Dikutip dari novel Perempuan Berkalung Sorban karya , Abidah El Khalieqy, hlm. 42
Cetakan pertama, Maret 2001; Yogyakarta: Yayasan Kesejahteraan Fatayat)
Pernyataan yang tepat mengenai kebahasaan dalam penggalan novel di atas adalah ….
SOAL 5
Arif mengambil salah satu koran. Matanya kurang bersemangat melihat berita yang didominasi tema politik. Kolom opini juga penuh dengan analisis politik. Arif tersenyum, sambil menduga-duga, jika artikel yang dia kirimkan pasti tak mendapat tempat. Beberapa waktu lalu, koran-koran itu memintanya menuliskan sesuatu yang lain, agar tulisan di medianya beragam, tapi sekarang nampaknya semua media ingin fokus memuat masalah politik.
“Oh ya, tadi mas Majo menelepon. Dia bilang, tulisan Abang di-pending. Tapi pasti akan dimuat. Jadi, Abang tak usah mengirimkan ke media lain,” kata Ani, salah satu mahasiswi yang juga menjadi staf di kantornya.
Benar dugaan Arif. Semua media fokus ke tema pertarungan politik. Arif hanya mengangguk dingin.
“Artikel non-politik tak akan laku saat ini, Bang,” kata Edy.
(Dikutip dari novel Fatamorgana karya A. Totabuan Syukur, hlm. 3
Cetakan pertama, Maret 2010; Malang: Beranda)
“Oh ya, tadi mas Majo menelepon. Dia bilang, tulisan Abang di-pending. Tapi pasti akan dimuat. Jadi, Abang tak usah mengirimkan ke media lain,” kata Ani, salah satu mahasiswi yang juga menjadi staf di kantornya.
Benar dugaan Arif. Semua media fokus ke tema pertarungan politik. Arif hanya mengangguk dingin.
“Artikel non-politik tak akan laku saat ini, Bang,” kata Edy.
(Dikutip dari novel Fatamorgana karya A. Totabuan Syukur, hlm. 3
Cetakan pertama, Maret 2010; Malang: Beranda)
Kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan teks novel untuk mengisi bagian rumpang di atas yang paling tepat adalah ….
SOAL 6
Dia dimasukkan di kamar kecil di tangsi polisi militer di Laan Trivelli. Kamar itu kosong. Hanya untuk dia sendiri. Tidak ada meja, tidak ada kursi, tidak ada bale-bale, tidak ada tikar. Jendelanya berjeriji besi. Sebesar jendela biasa. Hanya empat buah besi itu. Langit amat biru dan awan amat putih kelihatan dari dalam kamar di belakang jeriji besi itu. Kalau tidak seperti kamar biasa yang kecil. Dan ketakutannya. Dia mendengar bunyi pintu dipukul, ditutupkan dan kemudian bunyi kunci. Dan sekarang dia sendiri.
Sendiri dalam kamar itu membuka semua pintu, lobang-lobang dan saluran-saluran yang selama ini mengungkung ketakutannya. Dan ketakutannya membanjir keluar, gemuruh riuh. Guru Isa panik, merasa seperti seekor tikus yang masuk perangkap. Dan kamar itu perangkapnya. Dan dia tikusnya.
(Dikutip dari novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, hlm. 155
Cetakan ke-7, Juni 2010; Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia)
Sendiri dalam kamar itu membuka semua pintu, lobang-lobang dan saluran-saluran yang selama ini mengungkung ketakutannya. Dan ketakutannya membanjir keluar, gemuruh riuh. Guru Isa panik, merasa seperti seekor tikus yang masuk perangkap. Dan kamar itu perangkapnya. Dan dia tikusnya.
(Dikutip dari novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, hlm. 155
Cetakan ke-7, Juni 2010; Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia)
Kaidah kebahasaan yang sebenarnya tidak baku tetapi diizinkan dipakai dalam sebuah novel terlihat pada kutipan teks novel di atas. Kaidah yang dimaksud adalah ....
SOAL 7
“Aku minum dari air tanah Jawa, aku makan dari makanan yang ditumbuhkan oleh tanah Jawa, bagaimana aku bisa membunuh Raja Jawa? Siapa pun dia, selama dia masih bisa mengaku sebagai orang Jawa, dia tidak akan berani membunuh Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat,” pembunuh yang dikenal dengan nama Ki Poleng, yang berhasil ditemui Danar, menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku sanggup memberimu rumah lengkap dengan isinya di dalam wilayah Negara bila kau sanggup membunuhnya. Bila kau berhasil, sawah di sekitar rumahmu itu akan menjadi milikmu.”
“Diberi keraton pun aku tidak sanggup. Aku tidak berani. Aku takut walat.”
(Dikutip dari novel Dasamuka karya Novel Junaedi Setiyono, hlm. 243
Cetakan pertama, Juni 2014; Yogyakarta: Elmatera)
“Aku sanggup memberimu rumah lengkap dengan isinya di dalam wilayah Negara bila kau sanggup membunuhnya. Bila kau berhasil, sawah di sekitar rumahmu itu akan menjadi milikmu.”
“Diberi keraton pun aku tidak sanggup. Aku tidak berani. Aku takut walat.”
(Dikutip dari novel Dasamuka karya Novel Junaedi Setiyono, hlm. 243
Cetakan pertama, Juni 2014; Yogyakarta: Elmatera)
Cara pengarang menunjukkan penekanan sebuah maksud pada potongan teks novel di atas adalah ….
SOAL 8
Yang menegangkan ialah ketika beberapa anggota geng lapar yang paling bandel menggondol setandan besar pisang kepok yang mereka curi dari tengah sawah. Gila! Kok bisa? Alatnya apa? Nah, setagen anak-anak Jawa itu memang praktis. Dikalungkan pada pucuk pohon lalu ditarik, dan... horeee, ambruklah makhluk pohon pisang. Betul-betul nekat, pisang sebanyak itu mereka tarik ke tepi sungai, diselundupkan lewat sela-sela kawat berduri, dan diangkat bersama ke belakang ruang tidur. Pisang-pisang itu kemudian dibungkus dalam tikar-tikar tidur yang sering dijemur. Dan sekarang menunggu, menunggu sabar sampai buah-buah itu menguning.
(Dikutip dari novel Balada Dara-Dara Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, hlm. 17
Cetakan pertama, 1993; Yogyakarta: Kanisius)
(Dikutip dari novel Balada Dara-Dara Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, hlm. 17
Cetakan pertama, 1993; Yogyakarta: Kanisius)
Hal kebahasaan yang paling menonjol pada penggalan novel di atas adalah ….
SOAL 9
(1) Ular saling membelit dengan ular atas nama warna berbeda bahkan saling terkam terhadap jenis yang sama, dari ukuran yang paling kecil dengan panjang sekilan atau yang raksasa yang berkesanggupan membelit seekor harimau hingga tidak mampu bernapas.
(3) Apabila anjing hutan menyalak bersahutan, setidaknya ada dua alasan yang menjadi penyebabnya.
(4) Pertama, mereka tiba-tiba berserobok dengan binatang yang lebih besar dan berbahaya.
(5) Karautan juga menjadi tempat tinggal ribuan jenis binatang yang lain, yang bisa ditandai dari jerit teriakannya.
(6) Melihat hantu bukanlah hal yang aneh bagi anjing-anijing liar itu, tetapi tetap saja kegaduhan terjadi.
(7) Kedua, mereka melihat hantu.
(2) Karautan yang pernah menjadi tempat tinggal Ken Arok adalah tempat yang menakutkan karena di sanalah berbagai binatang buas tinggal.
(Dikutip dari novel Majapahit Sandyakala Rajawangsa karya Langit Kresna Hariadi, hlm. 3
Cetakan pertama, Oktober 2012; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
(3) Apabila anjing hutan menyalak bersahutan, setidaknya ada dua alasan yang menjadi penyebabnya.
(4) Pertama, mereka tiba-tiba berserobok dengan binatang yang lebih besar dan berbahaya.
(5) Karautan juga menjadi tempat tinggal ribuan jenis binatang yang lain, yang bisa ditandai dari jerit teriakannya.
(6) Melihat hantu bukanlah hal yang aneh bagi anjing-anijing liar itu, tetapi tetap saja kegaduhan terjadi.
(7) Kedua, mereka melihat hantu.
(2) Karautan yang pernah menjadi tempat tinggal Ken Arok adalah tempat yang menakutkan karena di sanalah berbagai binatang buas tinggal.
(Dikutip dari novel Majapahit Sandyakala Rajawangsa karya Langit Kresna Hariadi, hlm. 3
Cetakan pertama, Oktober 2012; Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)
Susunan yang benar agar teks acak di atas menjadi kronologis dan padu adalah ….
SOAL 10
Melihat rekannya menangis, Badrun tidak sanggup pula menahan air matanya. Kalau saja pada malam itu mereka tidak terikat oleh tugas piket, pastilah mayat Soetjipto akan mereka bawa diam-diam ke markas komando di Kampung Jawa. Karena itulah, mereka memutuskan untuk mengeluarkan mayat rekannya dari dalam semak, kemudian membawa dan meletakkannya di pinggir jalan, dengan harapan ada beberapa orang penduduk yang tahu. Kalau sudah begitu, pasti orang yang pertama kali menemukan akan memberitahu kepada anggota masyarakat yang lain. Tapi bila sebaliknya mayat itu dibawa sendiri oleh mereka berdua, kemungkinan besar akan lebih memperburuk keadaan. Kalau saja ada mata-mata Belanda yang tahu bahwa Budiyono dan Badrun diam-diam melarikan sesosok mayat republiken, bukan saja mereka dipecat dari keanggotaan KNIL dan Algemeenee Politie, tapi lebih dari itu mereka pasti diinternir untuk kemudian dibawa ke atas bukit. Bila dari bukit itu terdengar serentetan tembakan, gugurlah mereka memeluk bumi pertiwi. Gugur dengan tubuh berlumuran darah sementara yang mereka sumbangkan buat nusa dan bangsa masih belum berarti apa-apa. Karena itulah, Budiyono mengambil sikap untuk meletakkan mayat Soetjipto di pinggir jalan, lalu meninggalkannya setelah menutup wajah mayat itu dengan selembar mantel.
(Dikutip dari novel Merah Putih di Langit Sanga-Sanga karya Djumri Obeng, hlm. 26-27
Cetakan pertama, Desember 1995; Jakarta: Pusoa Swara)
(Dikutip dari novel Merah Putih di Langit Sanga-Sanga karya Djumri Obeng, hlm. 26-27
Cetakan pertama, Desember 1995; Jakarta: Pusoa Swara)
Jika melihat kosakata yang digunakan pengarang pada kutipan novel di atas, terlihat bahwa tema teks tersebut adalah ….